66
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001, kelas kesesuaian lahan dapat berupa kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial. Kelas kesesuaian lahan
aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data survei tanah atau sumberdaya lahan dan belum mempertimbangkan masukan-masukan yang diperlukan untuk
mengatasi kendala atau faktor pembatas bagi persyaratan tumbuh tanaman. Kelas kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila
dilakukan usaha-usaha perbaikan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Secara umum kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao di Pulau
Sebatik adalah S2 dan S3. Produktivitas hasil kakao rakyat di kawasan ini berkisar antara 500-900 kg ha
-1
th
-1
, di bawah rata-rata potensi produksi kakao yang mencapai 2.000 kg ha
-1
th
-1
Wahyudi dan Rahardjo, 2008. Produktivitas hasil kakao tersebut dapat dinaikkan ke tingkat produksi optimal dengan cara
memperbaikai faktor pembatas. Perkiraan produksi tanaman yang dihasilkan berdasarkan klasifikasi kelas kesesuaian lahan FAO, 1983 tertera pada Tabel 18.
Tabel 18. Produksi optimal tanaman kakao berdasarkan kelas kesesuaian lahan
Kelas Klasifikasi kelas
kesesuaian lahan Produksi optimal
Input manajemen S1
Sangat sesuai 80
Tanpa input S2
Agak sesuai 60 – 80
Input praktis dan ekonomis S3
Sesuai marginal 40 – 60
Input praktis dan harus ekonomis
N Tidak sesuai
40 Input tidak menambah
produksi Sumber: FAO 1983
5.4. Analisis Kesenjangan Gap Analysis
Gap analysis
analisis kesenjangan dilakukan untuk membandingkan
kondisi aktual dengan kondisi yang diharapkan. Gap analysis dalam penelitian ini bertujuan mengetahui kesenjangan antara produktivitas lahan perkebunan kakao
rakyat di Pulau Sebatik kondisi saat ini eksisting dengan produktivitas lahan yang diharapkan optimal. Hasil analisis Tabel 19 digunakan untuk
mengidentifikasi kendala dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat
agar lebih terarah, terpadu dan sesuai dengan kondisi wilayah setempat.
67
Tabel 19. Kesenjangan produktivitas hasil dan teknologi usahatani perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik
Kondisi No Uraian
Aktual existing
1
Yang diharapkan optimal dan bisa dilaksanakan petani
1. Produktivitas hasil
550 – 610 kg ha
-1
th
-1
1.250 - 1.350 kg ha
-1
th
-1
2. Penggunaan sarana
produksi pupuk, kapur N 60 kg ha
-1
, P 15 kg ha
-1
, K 11 kg ha
-1
N 51 kg ha
-1
, P 31 kg ha
-1
, K111 kg ha
-1
, ppk organik 7-8 ton ha
-1
, kapur pertanian 3-3,8 ton ha
-1
2
3. Pemeliharaan tanaman
- Pemberantasan hama dan penyakit
1 kali Sesuai dengan tingkat serangan
3
- Tanaman penaung -
20 - 40
3
- Pemangkasan 1 kali
Pangkas produksi 2 kali: April - Oktober, pemeliharaan selang 2 - 3 bulan antara
pangkas produksi, wiwilan tiap bulan
3
- Peremajaan tanaman -
Tanaman tua 20 th dan rusak
3
4. Konservasi tanah
Teknik penanaman, pemanfaatan seresah
Teknik penanaman, drainase menurut kontur, terasering, rorak, pemanfaatan serasah,
pemanfatan limbah kakao
3
5. Fermentasi
- Dilakukan fermentasi untuk meningkatkan
kualitas hasil kakao 6.
Integrasi tanaman dan ternak
- Integrasi tanaman dan ternak
3 - 4 ekor ruminansia kecil
4
Keterangan:
1
Survei lapangan;
2
Sugiyono et al. 1995 hasil perhitungan;
3
Wahyudi dan Raharjo 2008;
4
Priyanto 2005
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik terdapat kesenjangan antara produktivitas lahan saat ini eksisting dengan
produktivitas lahan yang diharapan. Kesenjangan gap pada beberapa faktor atau parameter yang diuji nilainya negatif, sehingga perlu dilakukan perbaikan.
Survei lapangan biofisik dan sosial ekonomi dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting perkebunan kakao rakyat. Hasil analisis contoh tanah survei
lapangan dilakukan untuk mengetahui sifat fisik, kimia dan biologi kesuburan tanah dan tindakan atau perbaikan yang diperlukan agar pertumbuhan dan
produktivitas tanaman kakao sesuai yang diharapkan.
Tanjung Aru, Kecamatan Sebatik
Berdasarkan jumlah kehilangan unsur hara akibat panen faktor tanaman dan hasil analisis tanah faktor tanah, maka kebutuhan pupuk, kapur dan bahan
organik untuk pertumbuhan optimal tanaman kakao pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2: a Urea 375 kg ha
-1
th
-1
, b SP-36 sebanyak 354 kg ha
-1
th
-1
, c KCl 394 kg ha
-1
th
-1
, d kapur pertanian 31 kwt ha
-1
, e kieserit 70 kg ha
-1
dan bahan organik 69 kwt ha
-1
. Pada kelas kesesuaian lahan sesuai marginal S3:
68
a Urea 408 kg ha
-1
th
-1
, b SP-36 sebesar 361 kgha
-1
th
-1
, c KCl 451 kg ha
-1
th
-1
, d kapur pertanian 38 kwt ha
-1
, e kieserit 70 kg ha
-1
dan f bahan organik 81
kwt ha
-1
. Data selengkapnya tertera pada Tabel 20 dan 21. Tabel 20. Kebutuhan pupuk untuk tanaman kakao di Tanjung Aru, Kecamatan
Sebatik
No Kelas kesesuaian lahan
Parameter
Hara tanaman kg ha
-1
1. Cukup sesuai S2
Faktor Tanaman
1
N P
2
O
5
K
2
O CaO
MgO -
Immobilisasi 4
5 10
7 3
- Produksi 1500kgha
- Biji
31 12
19 2
7 -
Kulit buah 16
4 82
8 6
Sub total 51
21 111
17 16
Kebutuhan pupuk-f1 316,77
233,33 251,13
35,71 69,72
Faktor tanah
- Kadar hara tanah hasil
analisis potensi-T
2
0,08 9,17
0,19 2,61
2,95 -
Hara optimum 0,125-0,250
20-40 0,25-0,50
2,12-4,25 0,75-1,50
yang diperlukan-S
1
ppm cmol+kg
-1
cmol+kg
-1
cmol+kg
-1
Sub total S-T
0,047 10,83
0,32 1,64
0,0 Efektivitas pupuk
1
35 25
85 85
85
Kdr unsur hara pupuk 46
36 60
56 27
Kebutuhan pupuk- f2 57,97 120,37 142,53 6,90 0,0
Total pupuk f1+f2
374,74 353,70
393,67 42,62
69,72
Urea SP-36
KCl Kaptan
Kieserit CaCO
3
MgSO
4
2. Sesuai marginal S3
Faktor Tanaman
1
N P
2
O
5
K
2
O CaO
MgO -
Immobilisasi 4
5 10
7 3
- Produksi 1.500kgha
- Biji
31 12
19 2
7 -
Kulit buah 16
4 82
8 6
Sub total 51
21 111
17 16
Kebutuhan pupuk-f1 316,77
233,33 251,13
35,71 69,72
Faktor tanah
- Kadar hara tanah
potensi-T
2
0,05 8,50
0,06 1,05
1,66 -
Hara optimum 0,125 - 0,250 20-40
0,25-0,50 2,12-4,25
0,75-1,50 yang diperlukan-S
1
ppm cmol+kg
-1
cmol+kg
-1
cmol+kg
-1
Sub total S-T
0,073 11,50
0,44 1,07
0,0 Efektivitas pupuk
1
35 25
85 85
85
Kdr unsur hara pupuk
46 36
60 56
27 Kebutuhan pupuk- f2
91,10 255,56 199,85 4,49
0,0
Total pupuk f1+f2
407,87 361,11
450,98 40,20
69,72
Urea SP-36
KCl Kaptan
Kieserit CaCO
3
MgSO
4
Sumber:
1
Sugiyono et al. 1995 dan Aries 1995;
2
Survei lapangan 2009
69
Tabel 21. Dosis kapur dan bahan organik di Tanjung Aru, Kecamatan Sebatik
Nilai No
Kelas kesesuaian lahan uraian
Eksisting
1
Syarat tumbuh
23
Kesenjangan gap
Kebutuhan kapur, BO
kwt ha
-1
Keterangan
1. Cukup sesuai S2
pH H
2
O 5,15
6 -7 0,85 - 1,85
30 Kaptan CaCO
3
[ke pH 6,0]
Bahan organik
- C Walkley Black
[] 0,99
3 2,01
69 Pupuk Organik
3 BO
Al
3+
KCl 1N [cmol +kg
-1
] 2,03
- 30
1,5 Al-dd; Kaptan CaCO
3
2. Sesuai marginal S3
pH
H
2
O 4,99
6 - 7 1,01 -2,01
31 Kaptan CaCO
3
[ke pH 6,0]
Bahan organik
- C Walkley Black
[] 0,64
3 2,36
81 Pupuk Organik
3 BO
Al
3+
KCl 1N [cmol + kg
-1
] 2,41
- 36
1,5 Al-dd; Kaptan CaCO
3
Sumber:
1
Survei lapangananalisa tanah;
2
Sugiyono et al. 1995;
3
BBP2TP 2008
Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Barat
Berdasarkan jumlah kehilangan unsur hara akibat panen faktor tanaman dan hasil analisis tanah faktor tanah, maka kebutuhan pupuk, kapur dan bahan
organik untuk pertumbuhan optimal tanaman kakao pada kelas kesesuaian lahan cukup sesuai S2: a Urea 360 kg ha
-1
th
-1
, b SP-36 sebesar 324 kg ha
-1
th
-1
, c KCl 419 kg ha
-1
th
-1
, d kapur pertanian 31 kwt ha
-1
, e kieserit 70 kg ha
-1
dan bahan organik 74 kwt ha
-1
. Pada kelas kesesuaian lahan sesuai marginal S3 adalah: a Urea 410 kg ha
-1
th
-1
, b SP-36 sebesar 350 kg ha
-1
th
-1
, c KCl 441 kg ha
-1
th
-1
, d kapur pertanian 39 kwt ha
-1
, e kieserit 75 kg ha
-1,
dan f bahan organik 79 kwt ha
-1
. Data selengkapnya tertera pada Tabel 22 dan 23.
70
Tabel 22. Kebutuhan pupuk untuk tanaman kakao di Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Barat
No Kelas kesesuaian lahan
Parameter
Hara tanaman kg ha
-1
1. Cukup sesuai S2
Faktor Tanaman
1
N P
2
O
5
K
2
O CaO
MgO -
Immobilisasi 4
5 10
7 3
- Produksi 1500kgha
- Biji
31 12
19 2
7 -
Kulit buah 16
4 82
8 6
Sub total 51
21 111
17 16
Kebutuhan pupuk-f1 316,77
233,33 251,13
35,71 69,72
Faktor tanah
- Kadar hara tanah hasil
analisis potensi-T
2
0,09 11,84
0,13 2,17
3,44 -
Hara optimum 0,125-,0250
20-40 0,25-0,50
2,12-4,25 0,75-1,50
yang diperlukan-S
1
ppm cmol+kg
-1
cmol+kg
-1
cmol+kg
-1
Sub total S-T
0,035 8,17
0,37 Efektivitas pupuk
1
35 25
85 85
85
Kdr unsur hara pupuk 46
36 60
56 27
Kebutuhan pupuk- f2 0,81
233,33 0,72 0,21 23,44
Total pupuk f1+f2
360,25 324,11
418,55 35,71
69,72
Urea SP-36
KCl Kaptan
Kieserit CaCO
3
MgSO
4
2. Sesuai marginal S3
Faktor Tanaman
1
N P
2
O
5
K
2
O CaO
MgO -
Immobilisasi 4
5 10
7 3
- Produksi 1500kgha
- Biji
31 12
19 2
7 -
Kulit buah 16
4 82
8 6
Sub total 51
21 111
17 16
Kebutuhan pupuk-f1 316,77
233,33 251,13
35,71 69,72
Faktor tanah
- Kadar hara tanah
potensi-T
2
0,05 9,50
0,08 1,49
0,13 -
Hara optimum 0,125-0,250
20-40 0,25-0,50
2,12-4,25 0,75-1,50
yang diperlukan-S
1
ppm cmol+kg
-1
cmol+kg
-1
cmol+kg
-1
Sub total S-T
0,075 10,55
0,42 0,63
0,62 Efektivitas pupuk
1
35 25
85 85
85
Kdr unsur hara pupuk
46 36
60 56
27 Kebutuhan pupuk- f2
0,68 181,56 0,54
2,65 5,40
Total pupuk f1+f2
409,94 350,00
441,18 38,36
75,12
Urea SP-36
KCl Kaptan
Kieserit CaCO
3
MgSO
4
Sumber:
1
Sugiyono et al. 1995 dan Aries 1995;
2
Survei lapangan 2009
71
Tabel 23. Dosis kapur dan bahan organik di Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Barat
Nilai No
Kelas kesesuaian lahan Uraian
Eksisting
1
Syarat tumbuh
23
Kesenjangan Gap
Kebutuhan kapur, BO
kwt ha
-1
th
-1
Keterangan
1. Cukup sesuai S2
pH
H
2
O 4,95
6 - 7 1,05 - 2,1
37 Kaptan CaCO
3
[ke pH 6,0]
Bahan organik
- C Walkley Black
[] 0,85
3 2,15
74 Ppk Organik
3 BO Al
3+
KCl 1N [cmol + kg
-1
] 2,04
- 31
1,5 Al-dd; Kaptan CaCO
3
2. Sesuai marginal S3
pH H
2
O 4,95
6 - 7 1,05 - 2,1
36 Kaptan CaCO
3
[ke pH 6,0]
Bahan organik
- C Walkley Black
[] 0,77
3 2,23
77 Ppk Organik
3 BO Al
3+
KCl 1N
[cmol + kg
-1
]
2,55 -
38 1,5 Al-dd;
Kaptan CaCO
3
Sumber:
1
Survei lapangananalisa tanah;
2
Sugiyono et al. 1995;
3
BBP2TP 2008
Rekomendasi peningkatan produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik disusun berdasarkan: 1 kondisi produktivitas lahan saat ini
eksisting yang diperoleh berdasarkan survei lapangan dan analisis tanah di laboratorium, dan 2 kondisi yang diharapkan. Rekomendasi disusun dalam tiga
skenario alternatif, melalui perbaikan faktor-faktor penting yang diperoleh berdasarkan analisis kesenjangan, yang dilengkapi dengan analisis usahatani.
Skenario selengkapnya tertera pada Tabel 24. Tabel 24. Rekomendasi peningkatan produktivitas kakao rakyat di Pulau Sebatik
Rekomendasi Uraian
Eksisting Skenario 1
Skenario 2 Skenario 3
Pemupukan organik dan
anorganik, kapur, dll.
- Belum optimal
dan belum sesuai
anjuran - N,P,K sesuai
rekomendasi umum
- Kieserit - N, P, K sesuai hasil
analisis tanah dan kebutuhan tanaman
- Kieserit sesuai hasil analisis tanah
- Kapur pertanian 1,5xAl-dd atau ke
pH 6,0 - Ppk organik belum
optimal 1,5 BO - N, P, K sesuai hasil
analisis tanah dan kebutuhan tanaman
- Kieserit sesuai hasil analisis tanah
- Kapur pertanian 1,5 x Al-dd atau ke
pH 6,0 - Ppk organik optimal
3 BO Pemeliharaan
tanaman penaung, pemangkasan,
pemberantasan hama penyakit dll
- Tidak optimal
- Tidak optimal
- Tanaman penaung - Pemangkasan teratur
- Pemberantasan hama dan penyakit
- Peremajaan sebagian - Tanaman penaung
- Pemangkasan teratur - Pemberantasan hama
dan penyakit - Peremajaan sebagian
Fermentasi -
- - Dilakukan
- Dilakukan Integrasi tanaman
ternak -
- - Integrasi tanaman
ternak - Integrasi tanaman
ternak
72
Berdasarkan analisis usahatani dapat diketahui bahwa pada kondisi eksisting dan masing-masing skenario diperoleh nilai BC 1 artinya usahatani
perkebunan kakao rakyat tersebut menguntungkan untuk diusahakan. Namun demikian sesuai dengan hasil analisis, luas lahan garapan pada saat ini yang
berkisar antara 2 - 3 ha belum mampu untuk dapat menenuhi kebutuhan hidup layak KHL sebesar Rp 18.000.000 KK
-1
th
-1
. Perhitungan KHL selengkapnya dapat dilihat pada sub bab analisis sosial ekonomi sub bab 5.6. KHL ini sesuai
dengan standar garis kemiskinan Internasional senilai 1US per hari per orang. Jika satu anggota keluarga diasumsikan berjumlah 5 orang dan 1US sama
dengan Rp 10.000, maka sesuai standar Internasional penghasilan selama satu tahun 5 orang x 30 hari x 12 bulan x Rp 10.000 = Rp 18.000.000 KK
-1
th
-1
. Hasil analisis menunjukkan luas lahan garapan minimum untuk dapat menenuhi KHL
berkisar antara 3,14 - 4,35 ha. Data analisis usahatani dan luas lahan minimum Lm
yang dibutuhkan selengkapnya tertera pada Tabel 25 dan 26.
Tabel 25. Analisis usahatani perkebunan kakao rakyat di Tanjung aru, Kecamatan Sebatik Timur pada kondisi eksisting dan kondisi yang diharapkan rekomendasi
Kelas kesesuaian lahan S2
S3 Rekomendasi
Rekomendasi Uraian
Eksisting
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Eksisting
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Pengeluaran Rp
3.318.800 3.719.500
8.466.650 10.632.400
3.558.800 3.995.000
9.016.225 11.147.350
Penerimaan Rp
8.400.000 9.450.000
21.740.000 27.738.000
7.700.000 8.750.000
20.466.000 26.676.000
Pendapatan Rp
5.081.200 5.730.500
13.273.350 17.105.600
4.141.200 4.755.000
11.449.775 15.528.650
BC
1,53 1,54 1,57 1,61 1,16
1,19 1,27 1,39
Lm ha
3,54 3,14 1,36 1,05 4,35
3,79 1,57
1,16 Lm ha = KHLpendapatan
73
Tabel 26. Analisis usahatani perkebunan kakao rakyat di Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Barat pada kondisi eksisting dan kondisi yang diharapkan rekomendasi
Kelas kesesuaian lahan S2
S3 Rekomendasi
Rekomendasi Uraian
Eksisting
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Eksisting
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Pengeluaran Rp
3.318.800 3.724.500
8.469.225 10.690.350
3.558.800 3.971.500
8.877.525 10.946.150
Penerimaan Rp
8.400.000 9.450.000
21.740.000 27.738.000
7.700.000 9.100.000
20.466.000 26.676.000
Pendapatan Rp
5.081.200 5.725.500
13.270.775 17.047.650
4.141.200 5.128.500
11.588.475 15.729.850
BC
1,53 1,54 1,57 1,59 1,16 1 ,29 1,31 1,44
Lm ha
3,54 3,14 1,36 1,06 4,35 3,51 1,55
1,14 Lm ha = KHLpendapatan
Berdasarkan hasil analisis kesenjangan produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik dapat diketahui bahwa: 1 produktivitas lahan
perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik pada kondisi saat ini eksisting di bawah kondisi yang diharapkan optimal. Faktor-faktor kesenjangan gap antara
kondisi saat ini dan kondisi optimal antara lain adalah: penggunaan sarana produksi pupuk, obat-obatan, pemeliharaan tanaman pemberantasan hama dan
penyakit, penggunaan tanaman penaung, pemangkasan, fermentasi, integrasi tanaman dan ternak; 2 hasil analisis usahatani pada kondisi eksisting diperoleh
nilai BC 1,16 artinya usahatani perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik menguntungkan. Namun demikian untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup layak
KHL diperlukan luas lahan minimal Lm sekitar 3,14 - 4,35 ha, padahal luas lahan garapan petani kakao di Pulau Sebatik saat ini hanya berkisar antara 2 - 3
ha. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan melalui perbaikan terhadap beberapa faktor
yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas hasil kakao yang optimal.
74
5.5. Analisis Kendala, Perubahan yang Dinginkan dan Kelembagaan Pendukung