58
Mayoritas petani kakao di Pulau Sebatik mengakui bahwa tanaman kakao mereka sudah tua 20 tahun, sehingga produktivitas hasilnya relatif rendah dan
mudah terserang oleh hama dan penyakit. Sebagian kecil petani telah melakukan peremajaan dengan cara sambung samping side grafting, dan produktivitas
hasilnya masih dapat dipertahankan atau relatif cukup tinggi. Biasanya dengan cara disambung, setelah umur 1,5 tahun tanaman tersebut mulai berbuah.
5.2. Sifat dan Kualitas Tanah
Kualitas tanah tidak dapat diukur dan bersifat komplek. Namun demikian kualitas tanah dapat diduga dengan menggunakan parameter atau sifat-sifat tanah
yang digunakan sebagai indikator kualitas tanah Acton dan Padbury dalam Islami dan Weil, 2000. Beberapa data yang dapat digunakan untuk menilai kualitas
tanah adalah sifat fisik, kimia dan bilogi tanah Doran dan Parkin, 1994; Larson dan Pierce, 1994.
Sifat fisik tanah
Sifat fisik tanah di Pulau Sebatik berdasarkan hasil analisis contoh tanah di laboratorium tertera pada Tabel 14. Sifat fisik tanah berhubungan erat dengan
pengelolaan tanah, penyediaan udara dan air tanah, perkembangan akar, dan daya menahan air. Tanah di lokasi penelitian umumnya bertekstur lempung berpasir
sampai lempung berliat. Bobot isi tanah sekitar 1,37 g cm
-3
kedalaman 1-15 cm, 1,45 g cm
-3
kedalaman 15-40 cm dan 1,47 g cm
-3
kedalaman 40 – 75 cm. Pori drainase cepat atau pori aerasi tergolong rendah, baik di lapisan atas maupun
bawah 10,17 – 7,77. Permeabilitas tanah tergolong lambat di lapisan atas dan sedang di kedalaman 15-75 cm 3-84-5,00.
Berdasarkan hasil analisis data tekstur tanah dapat diketahui bahwa tanah di kawasan tersebut mempunyai drainase cukup baik. Bobot isi BD tanah
bertambah tinggi pada lapisan tanah yang lebih dalam, dan sebaliknya untuk aerasi tanah. Menurut Karlen et al.1999 bobot isi merupakan quite variable dan
dapat dimasukkan dalam evaluasi kualitas tanah. Selain sebagai parameter sifat fisik, bobot isi juga akan mengkonversi data konsentrasi ke unit volumentric yang
lebih relevan.
59
Tabel 14. Sifat fisik tanah perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik
Kedalaman dan kelas kesesuaian lahan 0-15 cm
16-40 cm 41-75 cm
Parameter
S2 S3
S2 S3
S2 S3
Pasir 34,67
28,67 29,33
24,33 24,83
20,00 Debu
43,67 41,67
40,83 42,00
39,83 38,00
Liat 21,67
29,67 29,83
33,67 35,33
42,00 BD g cm
-3
1,37 1,48
1,45 1,48
1,47 1,49
Total pori 46,92
42,03 44,82
43,32 43,01
43,93 Pori drainase cepat
10,17 6,51
8,36 7,13
6,77 5,71
Pori drainase lambat 4,59
5,29 3,70
2,72 3,72
3,24 Pori air tersedia
17,74 23,43
15,57 22,64
14,91 24,10
Permeabilitas cm jam
-1
0,63 0,45
3,84 0,24
5,00 0,24
Agregat 65,00
34,50 65,80
37,70 -
- Stabilitas agregat
186,00 95,70
183,60 60,20
- -
Sumber: data primer survei lapangan
Berdasarkan hasil analisis kondisi sifat fisik, maka tanah di kawasan perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik tersebut perlu diperbaiki agar dapat
mendukung produktivitas hasil kakao yang optimal. Oleh karena itu penambahan hara melalui pemberian bahan organik atau cover crops untuk budidaya kakao di
kawasan tersebut sangat perlu dan akan membantu memperbaiki sifat fisik tanah serta meningkatkan produktivitas hasil kakao. Permeabilitas tanah yang
cenderung meningkat cepat pada lapisan yang lebih dalam menunjukkan bahwa peredaran udara dalam tanah cukup baik, sehingga laju erosi akibat aliran
permukaan dapat berkurang karena laju infiltrasi tanah cukup baik. Stabilitas agregat di lokasi penelitian cukup mantap, baik pada lapisan atas
maupun bawah. Stabilitas agregat dalam air water stable aggregate atau distribusi ukuran agregat direkomendasikan sebagai indikator kualitas tanah
lapisan permukaan surface soil quality Dariah, 2001. Stabilitas agregat merupakan sifat penting tanah karena faktor ini mempengaruhi banyak fungsi
tanah dan juga dapat merefleksikan keterkaitan sifat biologi, kimia dan fisik tanah Karlen et al., 1999; Islam dan Weil, 2000. Kemampuan agregat tanah untuk
tidak pecah atau hancur bila basah oleh air aggregate stability sangat penting dalam hubungannya dengan daya simpan lengas, permeabilitas, dan aerasi tanah.
Ukuran agregat tanah yang terbentuk berkaitan erat dengan kerentanan susceptibility
terhadap transportasi oleh air dan atau angin yang lazim disebut
60
erosi. Ukuran agregat juga berhubungan erat dengan jumlah pori-pori yang terbentuk oleh proses agregasi Bambang et al., 1998.
Sifat kimia tanah
Kemasaman tanah pH tanah di lokasi penelitian agak masam dan berkisar antara 4,82 - 4,97. Kandungan bahan organik rendah 1,08 pada
lapisan atas dan semakin menurun kandungannya pada lapisan yang lebih dalam. Kandungan N, P, K dan KTK tanah tergolong rendah, sedangkan kejenuhan basa
KB tergolong sedang. Basa-basa dapat dipertukarkan Ca, Mg, K dan Na tergolong rendah yang disebabkan oleh bahan induk pembentuk tanah miskin
bahan lapukan dan juga akibat curah hujan di lokasi penelitian yang cukup tinggi, sehingga menyebabkan terjadinya pencucian basa-basa. Data hasil analisis tanah
selengkapnya tertera pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil analisis sifat kimia tanah di Pulau Sebatik
Kedalaman dan kelas kesesuaian lahan 0-15 cm
15-40 40-75
75 Parameter
Satuan S2
S3 S2
S3 S2
S3 S2
S3 pH
- H
2
O 5,07
4,87 4,73
4,93 5,07
4,57 5,30
4,60 - KCl
4,33 3,90
3,87 3,77
3,17 3,83
3,90 3,80
Bahan organik - C Walkley
Black 1,19
0,96 0,55
0,58 0,29
0,31 0,28
0,65 - N Kjeldalh
0,09 0,07
0,04 0,05
0,03 0,03
0,02 0,05
- CN 13,00
13,39 12,00
12,22 11,00
11,67 12,00
12,90 P
2
O
5
HCl 25 mg 100g
-1
11,17 10,33
10,17 8,67
9,67 9,33
13,20 6,00
K
2
O
5
HCl 25 mg 100g
-1
13,17 10,67
11,83 11,63
14,67 14,33
14,20 7,00
P
2
O
5
Bray 1 ppm
3,43 2,87
2,15 1,47
2,85 3,00
4,42 3,07
K
2
O Morgan ppm
56,33 39,00
63,83 58,33
68,00 59,33
68,00 36,00
Nilai tukar kation NH4-Acetat 1N, pH 7
- Ca cmol + kg
-1
2,58 1,96
1,63 1,78
1,80 2,39
1,65 1,37
- Mg cmol + kg
-1
3,32 2,88
3,00 3,99
3,13 4,45
3,09 1,78
- K cmol + kg
-1
0,13 0,07
0,12 0,11
0,12 0,11
0,13 0,10
- Na cmol + kg
-1
0,09 0,06
0,09 0,14
0,24 0,26
0,25 0,07
Jumlah cmol + kg
-1
5,24 5,59
4,91 6,00
5,29 7,20
5,51 3,29
KTK cmol + kg
-1
9,48 8,75
10,41 8,17
10,88 8,40
10,50 7,94
KB 56,67
61,00 48,83
57,33 50,67
65,33 47,80
40,67 Al
3+
KCl 1N cmol + kg
-1
1,38 1,54
2,70 3,55
2,72 3,59
2,66 3,05
H
+
KCl 1N cmol + kg
-1
0,19 0,17
0,29 0,33
0,31 0,27
0,27 0,23
Sumber: data primer survei lapangan
61
Berdasarkan hasil analisis data sifat kimia menunjukkan bahwa kondisi kesuburan tanah kandungan hara tanah relatif rendah dan belum mampu
mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal, sehingga produktivitas hasil kakao di kawasan ini relatif rendah. Oleh karena itu penambahan hara melalui
pemupukan dan penambahan bahan organik diperlukan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah, agar dapat mendukung peningkatan produktivitas hasil
kakao. Saat ini pemupukan yang dilakukan oleh petani belum mampu meningkatkan produktivitas hasil karena takaran pupuk relatif rendah kurang
sesuai dengan kebutuhan tanaman dan jarang dilakukan.
Sifat biologi tanah
Evaluasi terhadap kualitas tanah umumnya lebih difokuskan pada sifat fisik dan kimia tanah, karena metodenya lebih sederhana Larson dan Pierce,
1991. Padahal sifat biologi dan biokimia tanah dapat lebih cepat sebagai indikator yang sensitif terhadap perubahan agroekosistem atau produktivitas tanah
Kenedy dan Pependick, 1995. Menurut Paul dan Clark 1989 mikroorganisme tanah merupakan faktor penting dalam ekosistem tanah, karena berpengaruh
terhadap siklus dan ketersediaan hara tanaman serta stabilitas agregat tanah. Tiga parameter yang cukup baik untuk digunakan sebagai indeks kualitas
tanah menurut hasil penelitian Islam dan Weil 2000 adalah C
TMB
Total Microbial Biomass Carbon, C
AMB
Active Microbial Biomass Carbon dan qCO
2
Specifik Respiration Quotien . Menurut Karlen et al. 1999 pengukuran
microbial biomass C C
mic
dapat mendeteksi perbedaan atau perubahan karbon aktif yang disebabkan oleh variasi praktek pengelolaan lahan. Hasil penelitian
Dariah 2001 menunjukkan bahwa C
mic
memberikan respon yang lebih cepat terhadap terjadinya perubahan penggunaan lahan dibandingkan dengan C-total.
C
mic
merupakan indikator kualitas tanah yang lebih peka dibandingkan dengan sifat kimia dan sifat fisik tanah, sehingga parameter ini banyak dianjurkan sebagai
indikator terjadinya perubahan kualitas lahan akibat tipe penggunaan lahan landuse,
konversi lahan, pola tanam cropping pattern maupun pengelolaan tanah soil management Anderson dan Domsch, 1989; Henrot dan Robertson,
62
1994; Mendes et al., 1999; Karlen et al., 1999. C
mic
sebagai tolok ukur ciri mikrobiologi tanah mempunyai korelasi yang besar dengan sifat biologi tanah
lainnya, sehingga dapat digunakan untuk menilai perubahan sifat tanah secara umum Franzluebbers et al., 1995. Perubahan C
mic
microbial biomass C dapat menunjukkan pengaruh dari praktek pengelolaan terhadap sifat biologi dan kimia
tanah Powlson et al., 1987; Carter, 1991; Wang et al., 2009 Hasil analisis sifat biologi contoh tanah dari Pulau Sebatik selengkapnya
tertera pada Tabel 16. Pada Tabel tersebut ditunjukkan bahwa tipe penggunaan lahan akan berpengaruh terhadap microbial biomass C C
mic
. Pada lahan hutan mempunyai kandungan C
mic
paling tinggi, kemudian berturut-turut C
mic
kebun campuran, kakao dewasa dan kakao muda. Hasil penelitian sebelumnya juga
menunjukkan bahwa C
mic
merupakan indikator kualitas tanah yang lebih peka dibandingkan sifat kimia dan fisik tanah lainnya, sehingga parameter ini sering
digunakan untuk menilai terjadinya perubahan kualitas tanah terutama yang berkaitan dengan pengaruh tipe penggunaan lahan landuse, konversi lahan atau
pengelolaan tanah soil management Anderson dan Domch, 1989; Mendes et al., 1999; Karlen et al., 1999.
Tabel 16. Hasil analisis C
mic
, C-organik, dan nisbah C
mic
C-organik tanah di Pulau Sebatik
Parameter dan kelas kesesuaian lahan C
-mic
ppm C-organik
C
-mic
C-org Uraian penggunaan lahan
S2 S3
S2 S3
S2 S3
Hutan 378,25 a
378,25 a 1,64 a
1,14a 230,64
331,80 Kebun campuran
357,24 a 343,19 a
1,14 a 1,10a
313,37 311,99
Kakao dewasa 15 th 342,19 a
305,54 a 1,20 a
1,10a 285,16
277,76 Kakao muda 4 th
167,78 b 131,80 b
0,84 b 0,60b
195,09 219,67
Pada Tabel 16 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara kadar C- organik tanah pada lahan hutan, kebun campuran, kakao dewasa dan kebun kakao
muda. Terjadi penurunan kadar C-organik sekitar 47,36 - 48,78 akibat beralihnya fungsi penggunaan lahan dari hutan menjadi lahan perkebunan kakao
rakyat kakao muda 4 th. Namun demikian setelah tanaman kakao dewasa, tanaman kakao bisa mendukung pemulihan kualitas tanah yang ditunjukkan oleh
kadar C-organik yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan C-organik pada lahan perkebunan kakao muda, meskipun kadar bahan organik tanah sangat
bervariasi dan dipengaruhi oleh kemiringan lahan. Kadar bahan organik semakin
63
menurun dengan semakin meningkatnya kemiringan lahan pada semua jenis atau tipe penggunaan lahan. Faktor lereng berhubungan erat dengan terjadinya erosi
pada lahan miring.
5.3. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kakao