Kebijakan Pembangunan Pertanian di Pulau Sebatik Kondisi Sosial dan Ekonomi Kependudukan

31

3.6. Kebijakan Pembangunan Pertanian di Pulau Sebatik

Perhatian pemerintah terhadap pembangunan pertanian di kawasan perbatasan Pulau Sebatik relatif masih kurang. Hal ini terlihat dari terbatasnya sarana dan prasarana umum yang ada di kawasan tersebut. Jalan umum yang menghubungkan antar kecamatan dan desa sebagian besar rusak. Selain itu jalan usahatani di kawasan ini masih terbatas, sehingga masyarakat khususnya petani kakao mengalami kesulitan untuk mengangkut hasil panen, terutama pada saat musim hujan. Kebijakan pembangunan yang belum memperhatikan pengembangan kawasan perbatasan khususnya di Pulau Sebatik ini mengakibatkan makin besarnya kesenjangan jika dibandingkan dengan perkembangan pembangunan di daerah lain, apalagi jika dibandingkan dengan perkembangan negara tetangga Tawau-Malaysia. Untuk mengurangi kesenjangan dan mempercepat pembangunan di kawasan perbatasan Indonesia dengan Malaysia khususnya di perbatasan Kalimantan Timur, pada tahun 2008 pemerintah provinsi Kalimantan Timur telah membentuk Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Pedalaman dan Daerah Terpencil BPKPPDT. Badan yang mengurusi daerah perbatasan negara di Kalimantan Timur ini dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan tata Kerja Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Terpencil Provinsi Kalimantan Timur. Tugas pokok lembaga ini adalah melaksanakan penyusunan kebijakan daerah di bidang pengembangan wilayah perbatasan dan sumberdaya, peningkatan infrastruktur, pembinaan ekonomi dan dunia usaha, pembinaan lembaga sosial dan budaya. Visi BPKPPDT adalah mewujudkan percepatan pengelolaan kawasan perbatasan, pedalaman dan daerah terpencil yang terencana, terarah, terpadu dan bertanggungjawab BPKPPDT, 2009.

3.7. Kondisi Sosial dan Ekonomi Kependudukan

Penduduk Kabupaten Nunukan pada tahun 2007 berjumlah 125.585 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 8,8 jiwa per km 2 . Bila dibandingkan 32 dengan tahun 2006, jumlah penduduk mengalami pertumbuhan sebesar 5,8 persen BPS Nunukan, 2008. Berdasarkan pola persebaran penduduk Kabupaten Nunukan menurut luas wilayahnya belum merata, sehingga terjadi perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok antar kecamatan. Dari delapan kecamatan di Kabupaten Nunukan, Kecamatan Sebatik kepadatan penduduknya tertinggi, yaitu 194,2 jiwa per km 2 , kemudian diikuti oleh Kecamatan Sebatik Barat dengan kepadatan 77,6 jiwa per km 2 . Kepadatan penduduk di kecamatan lainnya hanya berkisar antara 1,29 - 33,79 jiwa per km 2 . Sebagian besar penduduk tinggal di Kecamatan Nunukan sekitar 44,8 persen, dan 15,8 persen diantaranya tinggal di Kecamatan Sebatik, sedangkan sisanya tersebar di enam kecamatan yaitu Kecamatan Sebatik Barat, Lumbis, Sembakung, Sebuku, Krayan dan Krayan Selatan BPS Nunukan, 2008. Berdasarkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin, pada tahun 2007 jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, dengan rasio jenis kelamin 114,74 artinya pada setiap 100 orang perempuan terdapat 114 orang laki-laki BPS Nunukan, 2008. Distribusi penduduk menurut kecamatan secara lengkap tertera pada Gambar 3. Gambar 3. Distribusi penduduk Kabupaten Nunukan menurut kecamatan tahun 2007 Tingkat dan sarana pendidikan Penduduk di Pulau Sebatik umumnya adalah pendatang dari Pulau Sulawesi yang sebelumnya bekerja di Malaysia Tawau. Berdasarkan informasi dari penduduk setempat, sebelum bermukim di Pulau Sebatik mereka adalah 33 pekerja kebun kakao dan sawit di Malaysia. Tingkat pendidikan masyarakat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik umumnya relatif rendah. Mayoritas responden petani kakao tidak tamat Sekolah Dasar SD. Rendahnya tingkat pendidikan ini disebabkan oleh sarana dan prasarana pendidikan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat petani pada saat itu kurang mendukung untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Sebatik pada saat ini terdiri atas TK Taman Kanak-kanak hingga SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Pada tahun 2007 sarana pendidikan yang tercatat di Kecamatan Sebatik terdiri atas 5 Taman Kanak-Kanak, 9 SD Negeri, 5 SD Swasta dan Madrasyah Ibtidaiyah, 2 SLTP Negeri, 1 SLTP Swasta, 1 SLTP Terbuka, 1 SMU Negeri dan 2 SMU Swasta dan Madrasyah Aliah. Di Sebatik Barat jumlah TK sebanyak 3 sekolahan, SD sebanyak 11 sekolahan dan SLTP sebanyak 2 sekolahan UPTD Dinas Pendidikan Nasional Kecamatan Sebatik dalam BPS Nunukan, 2008. Mata pencaharian Mata pencaharian utama penduduk di Pulau Sebatik adalah sebagai petani, sedangkan yang lain sebagai buruh, pedagang dan pegawai negeri atau swasta, serta bekerja di sektor lainnya. Mata pencaharian penduduk secara umum di Kabupaten Nunukan berdasarkan persentase yaitu pertanian 54,6 persen; pertambangan dan penggalian 1,32 persen; industri 0,76 persen; listrik gas dan air 0,27 persen; konstruksi 5,84 persen; perdagangan 10,06 persen; transportasi dan komunikasi 5,05 persen; keuangan dan jasa 20,28 persen; dan lainnya 1,82 persen BPS Nunukan, 2008.

3.8. Kondisi Infrastruktur dan Sarana Lainnya