usulkan, disampaikan dan diperjuangkan nantinya dalam Musrenbang Nagari, seperti ungkapan informan berikut;
“oo..ya kalau dahulu namonyo Musbang jo UDKP. masalah ko disesuaikan jo caro kampuang ko. Pertamo, diundang urang nan 4
jenis di wilayah Jorong dulu ko, ninik mamak, alim Ulama, cadiak pandai, Pemuda. termasuk Bundo Kandung.
3
Tokoh Adat. Musrenbang memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat karena isi
musyawarah adalah membahas kebutuhan yang tidak mampu ditanggulangi oleh masyarakat, sehingga mengharapkan bantuan BP. Kebutuhan tersebut adalah
pembangunan, rehabilitasi dan peningkatan prasarana Jorong dan Nagari seperti jalan, jembatan dan pengairan yang membutuhkan biaya cukup besar.
4
Prasarana tersebut berkaitan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas harta pusaka yang
umumnya merupakan lahan pertanian sawah serta kepemilikan masih menganut kepemilikan sistem komunal pada tingkat kaum-kaum.
5
Pentingnya prasarana ini juga untuk mempermudah akses masyarakat, di samping dapat menjadi citra
“maju” bagi Nagari.
6
8.1.1. Musrenbang Jorong
Pada kasus di Nagari Tabek Panjang, Musrenbang dilaksanakan berawal dari Jorong. Musrenbang diadakan oleh Walijorong dengan mengundang urang
nan ampek jinih. Jumlah peserta terbesar adalah berasal dari utusan kaum ninik- mamak. Salah satu Jorong di Tabek Panjang adalah jorong Sungai Janiah di
mana jumlah kaum mereka mencapai 17 kaum dari tujuh suku yang ada di Jorong tersebut. Sedangkan di Sungai Cubadak -jorong lain di Tabek Panjang- terdapat
40 kaum dari tujuh suku yang ada.
7
Sehingga ketika Musrenbang Jorong dilaksanakan peserta yang hadir di antara keduanya berbeda. Di Sungai Cubadak,
perserta dapat mencapai ± 70 peserta, sedangkan di Sungai Janiah hanya
3
Oh ya, kalau dulu namanya Musbang dengan UDKP. Cara pelaksanaan musrenban ini di sesuaikan dengan cara tradisi di kampung ini. Per
tama, di undang “orang yang empat jenis” yang hidup di jorong ini mereka itu ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai dan pemuda, termasuklah
di dalamnya bundo kanduang ibu kanduang.
4
Sebagai perbandingan, menurut informan PU, untuk mengaspal jalan 1 Km dengan lebar 2-3 M membutuhkan dana 350 jutaKm untuk aspal hotmix, dan 200-250 jutakm untuk jalan Nagari dan
100 jutakm untuk jalan usaha tani terdiri dari coran beton.
5
hasil wawancara dengan informan Bagindo Nan Hitam
6
Menurut informan Tokoh adat dan DPRD
7
Lihat Bab V
mencapai ± 25 peserta, yang mencakup “urang nan ampek jinih”. Seperti
ungkapan informan berikut. “...ini nan di tingkat Jorong dulu yo. wali Jorong mengundang
urang nan 4 jinih, ninik mamak, alim Ulama, cadiak pandai, Pemuda dan Bundo Kandung. termasuk Bundo Kandung
. a… itu berkisar udangan jumlahnyo bekisar 60 sampai 75 urang tu. .. iyo
satu Jorong tuh, ninik mamak se 40 urang kalo di Jorong ko, alim Ulama nyo lo lai, a sudah tu Pemuda
” ungkapan Tokoh Adat
8
Tingginya tingkat kehadiran jumlah peserta yang ikut, bukan saja dipengaruhi oleh
jumlah kaum atau anggota “urang nan ampek jinih”, namun semua orang sangat berharap mendapatkan bantuan BP
“Harok ka Dapek”.
9
sebagaimana ungkapan berikut ini: “…Tokoh-tokoh masyarakat, serta utusan masyarakat itu pasti
hadir dalam Musrenbang, karena harok ka dapek
10
usulan Jorong dan Nagari masuk dalam prioritas usulan untuk di biayai oleh
APBD” informan TAPD Hal ini berbeda dengan temuan Widowati 2007,
11
Sopanah 2011,
12
dan Sujito 2008 bahwa praktik Musrenbang semu, manipulatif di mana rakyat atau
masyarakat yang hadir dalam Musrenbang hanya aksesioris, dalam tingkatan Musrenbang Jorong dapat ditolak.
Pelaksanaan Musrenbang Jorong dilakukan di Mesjid Jorong,
13
karena mesjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga sebagai tempat
pertemuan suku dan kaum dalam membicarakan permasalahan bersama. Musrenbang dilaksanakan malam hari setelah selesai shalat Isya. Pada siang hari
8
Ini yang Musrenbang tingkat jorong dulu ya. Wali jorong mengundang orang yang empat jenis seperti ninik mamak, ulama, kaum cerdik pandai, pemuda dan bundo kanduang , termasuk bundo
kanduang tu yo. jumlah keseluruhan undangan mencapai 60 sampai 75 orang. itu satu jorong tuh, ninik mamak aja ada 40 an jumlahnya di jorong ini, alim ulama nya sudah tu pemuda”
9
Mengharapkan dapat.
10
Mengharapkan dapat
11
Dyah Widowati, 2007.Kajian Partisipasi Dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah di Kab.Pati. Tugas Akhir pada Jurs.Perencanaan Wilayah dan Kota, Univ.Dipenogoro,
Semarang. Unpublish
12
Sopanah, 2011. Studi Fenomenologis Menguak Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan APBD, dalam Jurnal Auditing dan Akuntansi Indonesia.
13
Di jorong Sungai Janiah dan Cubadak, dan pada umumnya jorong yang ada di Sumatera Barat, memiliki mesjid besar yang utama untuk dipakai sebagai shalat berjamaah dalam jumlah besar,
seperti shalat Jum’at dan Tarawih, shalat Ied dan sejenisnya. Dan disetiap wilayah kaum juga terdapat mesjid-mesjid kecil yang disebut surau.
masyarakat bekerja baik di sawah maupun di ladang, sore hari baru kembali ke rumah.
Musrenbang dibuka dan difasilitasi oleh Wali Jorong, diberi kata sambutan oleh seorang ninik-mamak yang dituakan di Jorong. Setelah itu, pembicaraan
langsung pada pembahasan permasalahan dan kebutuhan “kaum-kaum” yang ada
di Jorong. Pembahasan diawali dengan usulan tahun lalu, mana yang telah dilaksanakan dan mana pula yang belum. Pada usulan yang belum dilaksanakan,
kemudian dibahas apa yang masih dibutuhkan dan hendak diusulkan kembali di tahun sekarang. Setelah itu, masing-masing utusan ninik-mamak mengajukan
usulan baru, mewakili kepentingan kaumnya. Dalam forum Musrenbang Jorong tidak ada fasilitator yang terlatih, tidak ada penjelasan mengenai RPJM Desa serta
rancangan RKP Desa yang dijabarkan sebagaimana yang disyaratkan oleh PP No.722005 tentang Desa dalam pasal 63, 64. Semua berjalan layaknya forum
musyawarah tradisional. Setelah semua kaum mengusulkan, usulan tersebut kemudian dibahas satu
per satu untuk menentukan usulan mana yang akan menjadi prioritas Jorong sehingga dituliskan dalam dokumen hasil Musrenbang Jorong. Usulan yang
berada di dalam dokumen Musrenbang itulah yang selanjutnya akan diusulkan dan diperjuangkan dalam Musrenbang Nagari. Seperti ungkapan informan berikut
ini; “aa… sudah tu a nan kita usulkan, itu kita sepakati dulu basamo
dulu. jangka pendeknyo, jangka panjang nyo. Sudah itu baru diajukan ka Nagari, Pada Musrenbang Nagari, itu nan diperkuat
14
Ungkapan Tokoh Adat. Dalam pembahasan usulan mana yang akan menjadi prioritas tersebut,
tidak terlihat persaingan, perebutan atau pertarungan antar kaum penyandang OTM, karena penentuan prioritas usulan Jorong semuanya berkaitan dengan hajat
hidup bersama seperti jalan lingkar Jorong, jembatan, pengairan, rehabilitasi Mesjid, Madrasah Diniyah Awaliyah
15
dan Sekolah. Fasilitas umum ini dinikmati oleh seluruh penduduk di Jorong. Inilah sebabnya mengapa usulan pembangunan
14
nah, sudah itu apa yang mau kita usulkan, kita sepakati dulu bersama. jangka pendeknya dan jangka panjangnya, setelah itu baru diajukan ke Nagari , melalui Musrenbang Nagari itu di
perjuangkan.
15
Bentuk pendidikan agama yang diperuntukkan bagi siswa TK hingga SMP
fisik selalu menjadi prioritas utama, karenan dapat di manfaatkan oleh seluruh masyarakat Jorong.
16
seperti ungkapan informan berikut ini, “Kok lai inyo agiah sado urang di kampuang ko lai indak ba a do.
Tapi nan sudah-sudah kajadiannyo kan di agiahnyo sakalompok, nan lain indak dapek. Nan kalompok mendapek ko, indak lo
namuah nyo mambagi. Kalau jalan jo pengairan, pasti sadonyo marasokan urang di kampuang ko. Kok sakolah jo Madrasah,anak
kamanakan, urang kampuang ko sadonyo baraja di sinan
17
Informan Petani Dari penjelasan kutipan di atas, menunjukkan bahwa pengalaman sejarah
menyediakan contoh bagi penduduk Jorong bahwa bantuan pelaksanaan program non-prasarana pertanian, manfaatnya tidak diterima secara merata oleh penduduk
kampung. Bantuan-bantuan dan pelaksanaan program yang disalurkan, dengan membentuk kelompok-kelompok mengakibatkan ada kelompok yang dapat dan
ada kelompok yang tidak mendapat. Kelompok yang mendapat bantuan akan menikmati sendiri bantuan tersebut, tidak akan membagikan kepada yang bukan
kelompoknya. Sedangkan pengelompokan biasanya berdasarkan rumah atau kaum, sehingga distribusi yang tidak merata ini mengakibatkan terganggungnya
hubungan sosial antara kaum yang satu dengan yang lain, baik dalam suku yang sama maupun antar suku yang berbeda.
Lebih penting lagi, dalam pelaksanaan Musrenbang Jorong terdapat kesepakatan tidak tertulis bahwa usulan program tidak mengorbankan harta
pusaka, baik harta paruik maupun kaum, seperti tanah perkarangan, ladang,
16
Ketika melihat hasil Musrenbang tingkat jorong, Nagari, Kecamatan hingga Kabupaten, yang menduduki prioritas utama adalah pembangunan fisik seperti di atas. Kemudian muncul
pertanyaan, mengapa bukan usulan untuk usaha tani, bantuan bibit, pupuk, alat pertanian, karena daerah kabupaten Agam adalah Agraris. Pertanyaan ini selalu ajukan pada seluruh Informan,
mulai dari Tokoh adat, hingga elite Birokrasi. Mulai dari petani hingga anggota DPRD. Jawabannnya dapat di sederhanakan bahwa kalau Jalan dan jembatan karena berhubungan dengan
aksesibilitas dan ini sesuai dengan karakter budaya Minangkabau yang memiliki mobilitas tinggi. Sekolah. MDA dan Mesjid, juga berkenaan dengan karaterisitik budaya yang memandang tinggi
agama dan pendidikan. Namun, terdapat jawaban menarik dari seorang tokoh adat yang menyebutkan, usulan tersebut dapat dinikmati hampir seluruh masyarakat, sehingga mudah
mendapat dukungan dari berbagai komponen masyarakat, baik petani, pedagang, guru dan sebagainya. Hal ini bermakna, usulan tersebut minimal mengandung konflik.
17
Kalau dikasihnya merata kesemua penduduk kampung bagus itu. Tapi, seperti yang telah terjadi yang dapat hanya sebahagian sekelompok. Kelompok yang mendapat bantuan, pelajaran, tidak
juga mau membagi. Kalau jalan dengan pengairan, semua penduduk kampung pasti menikmatinya. Begitu juga dengan sekolah dan madrasah, anak, kemanakan dan seluruh anak
penduduk kampung ini sekolah dan mengaji disana.
sawah, karena usulan tersebut akan mendapat tantangan dari kaum yang bersangkutan. seperti ungkapan berikut ini:
“..nan bedo ko, kalau usulan tu harus mengorbankan sawah, ladang, manggaregak Musrenbang tu. Indak talok di salasaikan.
18
Ungkapan Tokoh Adat Pada dokumen hasil Musrenbang Jorong, terlihat bahwa usulan
masyarakat Jorong berkenaan dengan tiga hal. Prioritas pertama, pembangunan prasarana Jorong seperti jalan dan jembatan. Prioritas kedua usulan program
rehabilitasi pengairan primer dan sekunder dari mulai bendung hingga jaringan.
Prioritas ketiga, rehabilitasi dan pembangunan Sekolah. Seperti terlihat dalam
tabel berikut. Tabel 8.1. Hasil Musrenbang di 4 Jorong Nagari Tabek Panjang, Tahun 2009
untuk APBD 2010 Bidang Prasarana
JORONG Baso
Tabek Panjang
Sungai Janiah Sungai Cubadak
INFRASRUK TUR ORONG
Jalan Lingkar Komalintang-Koto
Marapak Koto-Budi-
Kapai Pengaspalan Jln.
Balai Ateh-Pakan Kamih
Pengaspalan Jln.Tabek Aua
Sungai Parik-MDA DarulIhsan Baso
Pembukaan jalan
Rawang- Koto Budi
Perbaikan Jembatan Ujung Tanjung
Pengaspalan Jln.Simabua
Aspal Jalan Panjanura Pembukaan
jalan Bawah Kubang-
Madina Perbaikan
JembatanLadang Pekuni
Aspal Beton Jalan Lingkar Jorong
Pengecoran Jalan Blkg Stasiun-Air Tabik
Pembukaan Jalan
Rundo-Koto Pengerasan Jalan
pakan kamih Pengecoran Jalan
Kotomalintang-Sungai Barumbuang
Jln.Lingkar Garuah-
Koto Katiak Pengerrasan Jalan
Tumbuk Sumber: Dokumen Musrenbang Jorong Diolah, 2009
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa setiap Jorong memiliki usulan prasarana Jorong, mulai dari pembukaan jalan antar Jorong, hingga peningkatan
jalan berupa pengecoran jalan semen. Bahkan, terdapat pula usulan jalan Jorong agar di aspal beton seperti pada hasil Musrenbang Jorong Sei.Cubadak. Jika
18
Repotnya, kalau usulannya harus mengorbankan sawah dan ladang misalnya pembukaan jalan baru, jaringan pengairan baru dinamika Musrenbang akan meningkat, sehingga sulit diselesaikan.
dibandingkan hasil Musrenbang untuk bidang petanian, maka akan terlihat bahwa yang menjadi pilihan prioritas adalah prasarana jalan juga, seperti terlihat dalam
tabel berikut ini; Tabel 8.2 Hasil Musrenbang di Empat Jorong Nagari Tabek Panjang, Tahun 2009
untuk APBD 2010 Bidang Pertanian
JORONG Baso
Tabek Panjang Sungai Janiah
Sungai Cubadak
PERTANI AN
Bantuan Bibit Palawija
- Pelatihan
Usaha Tani Jln Usaha Tani Bonjo-
Mato aia Bantuan Ternak
Sapi Simental -
Jln.Usaha Tani Koto Gobah
500M Jln Usaha Tani
Tembok Tangah- Banda Palupuah
Bantuan mesin Ubi Jalar
menjadi Tepung -
- Jln.Usaha Tani Bonjo-
Simabua
- -
- Jln. Usaha Tani
Sei.Lamak-Mato Aia
- -
- Jln. Usaha Tani
Tembok Tangah- Munggu Gadang
- -
- Jln.usaha Tani Surau
Iliran-Bawah Pinang Sumber: Dokumen Musrenbang Jorong Diolah, 2009
Tabel di atas memperlihatkan bahwa untuk bidang pertanian, Jorong Sungai Janiah dan Sungai Cubadak, usulannya kembali pada prasarana jalan yakni
jalan usaha tani. Usulan yang lain, seperti bantuan bibit palawija, sapi simental, mesin tepung ubi jalar juga sebenarnya dapat dikategorikan sebagai permintaan
dalam bentuk barang siap pakai. Hanya satu usulan yang membutuhkan pelatihan usaha tani, seperti yang diajukan oleh Jorong Sungai Janiah.
Usulan prasarana kembali mendominasi pada hasil Musrenbang bidang pengairan, di mana usulan terdiri dari pekerjaan peningkatan jaringan pengairan.
Pekerjaan in iumumnya adalah rehabilitasi dinding beton saluran primer dan sekunder, atau pemasangan baru dinding beton saluran air, seperti terlihat dalam
Tabel 8.3 di bawah ini.
Tabel 8.3 Hasil Musrenbang di 4 Jorong Nagari Tabek Panjang, Tahun 2009 untuk APBD 2010. Bidang Pengairan
JORONG Baso
Tabek Panjang Sungai Janiah
Sungai Cubadak
PENGAIRAN Titian Sasak-
Bancah Bohong;
Pos Rundo- Jln.Baru
Pambatan Cor 300 M
Simpang Tigo-Mato Aia
Tabek ujuang - Baruah;
- Baruh Gobah
500 M Bonjo-Mato Aia
- -
Tali Banda Baruh Pakan
Bonjo-Balerong Panjang-
Jln.Simarasok
- -
Sambungan DAM Sawah
Baruh Surau Tinggi-Banda
Palupuah
- -
Surau Tinggi- Munggu Gadang
Sumber: Dokumen Musrenbang Jorong Diolah, Tahun 2009
Usulan prasarana kembali mendominasi pada usulan bidang pendidikan, di mana terlihat hampir seluruh usulan merupakan kategori prasarana, seperti
rehabilitasi gedung sekolah, pembangunan lokal baru, perbaikan gerbang hingga kamar mandi sekolah. Hanya terdapat dua usulan non-prasarana, yakni beasiswa,
yang diusulkan dalam Musrenbang, seperti terlihat pada tabel berikut ini; Tabel 8.4 Hasil Musrenbang di 4 Jorong Nagari Tabek Panjang, Tahun 2009
untuk APBD 2010 Bidang Pendidikan
JORONG Baso
Tabek Panjang Sungai Janiah
Sei.Cubadak Pendidikan
Rehab Gedung SDN 01 Bea siswa SD 08
Mobiler SD 17 Rehab TK Al-Hidayah
Pembangunan Pagar SDN 01
Bea siswa SD 20 Rehab TK Ikan Sakti
Pengadaan Guru TK Alhidayah 09
Pembangunan Gerbang SDN 01
Penambahan Lokal SD 20
Mobiler MDA 1 lokal
Rehab Pembangunan Pagar SD 09
Pembangunan arealParkir MDA
DarulIhsan Pengadaan Mobiler
SD 20 -
Drainase Lingkungan Sekolah
- -
- Penambahan WC 24
- -
- Penambahan WC SD 09
- -
- Penambahan Buku
Pelajaran
Sumber: Dokumen Musrenbang Jorong Diolah, Tahun 2009. Dari keempat tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa usulan Musrenbang
pada tingkat Jorong didominasi oleh usulan prasarana. Hal tersebut juga terlihat dari usulan bidang keagamaan, bidang industri rumah tangga, dan bidang
kesehatan tidak tercantum di sini juga di dominasi oleh usulan prasarana. Hal tersebut disebabkan karena alasan bantuan prasana fisik dapat dinikmati oleh
seluruh masyarakat Jorong dan Nagari, tidak memicu konflik, serta merupakan usulan yang tidak mampu ditanggulangi bersama oleh masyarakat Jorong yang
umumnya berkerja sebagai petani semi subsistensi Profil Nagari Tabek Panjang, 2008.
Usulan Musrenbang Jorong bukanlah representasi kebutuhan atau keputusan elite. Peserta Musrenbang mewakili seluruh kelompok rumah dan
kaum, bukan hanya “urang nan ampek jinih”. Meskipun proses pengambilan
keputusan dimusyawarahkan dan dilakukan melalui ninik-mamak kaum, namun anggota kaum diperbolehkan ikut memberi dukungan dan masukan. Pengambilan
keputusan dilakukan dengan melihat kekuatan isi argumentasi kelompok- kelompok
yang mengusulkan,
kemudian masing-masing
pihak mempertimbangkan usulannya dengan usulan lainnya, ditimbang mana yang lebih
membutuhkan. Proses pengambilan keputusan ini disebut, raso pareso.
19
Menurut Dt.Sipado, kepala salah satu suku di Jorong Sei.Cubadak, raso pareso
20
merupakan salah satu metode pertimbangan pemikiran dalam rangka mengambil kata putus dalam penyelesaian sengketa maupun non sengketa, yang
berlaku di Sei.Cubadak. Metode berfikir ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan dua atau lebih pendapat atau perselisihan dengan
membatinkan dalam diri. Kemudian, baru memberi pendapat, mana dari usulan tersebut yang paling dibutuhkan. Contohnya, seperti dokumen hasil Musrenbang
Sei.Cubadak menunjukkan bahwa terdapat lima usulan program untuk perbaikan pengairan, yakni jaringan pengairan Simpang Tigo Mata Aia, Bonjo-Mata Aia,
Bonjo-Balerong Panjang-Simarasok, Surau Tinggi-Banda Palupuah dan Surau Tinggi-Munggu Gadang lihat tabel di atas.
Setelah melalui proses “raso pareso” tersebut, kemudian ditetapkan Simpang Tigo-Mata Aia sebagai prioritas, karena
jaringan tersebut merupakan hulu dari empat pengairan lainnya. Jika di hulu terjadi kerusakan jaringan, maka akan mempengaruhi aliran air hingga menuju
hilir. Begitupun untuk usulan program hasil Musrenbang Jorong Sungai Janiah, pengaspalan Jalan Balai Ateh menuju Pakan Kamih sepanjang 1 Km menjadi
prioritas usulan Musrenbang Jorong karena jalan tersebut merupakan jalan utama
19
Wawancara dengan Dt.Sipado, informan kunci tokoh adat Sei Cubadak
20
Terjemahan bebasnya rasa periksa atau di rasa dan diperiksa.
Jorong yang membutuhkan dana cukup besar dalam mewujudkannya, dibanding program usulan lainnya.
Pada akhir pertemuan, setelah pemandu musyawarah Walijorong mencatat, seluruh usulan berikut prioritasnya, maka seluruh mamak suku Datuk
masing-masing suku yang berjumlah tujuh orang menandatangani hasil dokumen Musrenbang. Tertulis di dalam dokumen bahwa Datuak nan tujuh suku telah
sepakat, sehingga menandakan bahwa sakato kesepakatan musyawarah telah tercapai.
8.1.2. Musrenbang Nagari