1. Pertama, utusan yang berasal dari Jorong yang menjadi tim Nagari, beserta urang nan ampek jinih yang memilki kepentingan agar
kebutuhannya diakomodir menjadi prirotas utama Kecamatan. 2. Kedua. pihak lain, yaitu Wali Nagariyang juga memiliki kepentingan
untuk mempertahankan
kepentingan-kepentingan kampung
dan konstituennya karena hutang budi dalam pemilihan Walinagari.
3. Ketiga, Camat juga memiliki program yang ingin pula diakomodir oleh
APBD. Oleh karena masing-masing tidak mau mengalah, maka untuk
menghindarkan pertengkaran, karena suhu pertemuan semakin memanas, pertemuan di tutup untuk dilanjutkan pada tiga hari ke depan. Selama tiga hari ini,
unsur OTM antar Nagari diberi kesempatan melakukan “lobi” dalam bentuk
forum- forum “bilik ketek”.
Tidak semua Musrenbang Kecamatan di Kabupaten Agam dapat melakukan tradisi bermusyawarah seperti yang dilaksanakan di Kecamatan Baso
yang kreatif mencari alternatif jalan ke luar terhadap kemungkinan buntunya Musrenbang. Pada Musrenbang di beberapa Kecamatan lain, mekanisme
musyawarah ini gagal dalam praktik, sehingga kebuntuan tidak terhindarkan. Terhadap kondisi buntunya Musrenbang, tim Musrenbang Kecamatan kemudian
melempar “bola panas” tersebut pada panitia Musrenbang Kabupaten. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat rekapitulasi dalam dokumen Musrenbang di
mana seluruh usulan masing-masing Nagari menjadi prioritas nomor satu semuanya, sehingga dokumen hasil Musrenbang Kecamatan menjadi daftar
panjang di mana usulannya menempati prioritas nomor satu seluruhnya, seperti ungkapan informan berikut ini
Tapi saat dilakukan Musrenbang, orang-orang dari masing- masing Nagari ini nggak mau mengalah. Masing-masing Nagari
ini, dia pengen usulan Nagarinya nomor satu. Jadi akibatnya, daripada kena masalah, orang Kecamatan pengen aman saja, dia
rekap aja semua. semacam long list aja, akibatnya usulan Musrenbang Kecamatan ini hasilnya sangat panjang. Jadi urusan
masyarakat ini bisa sampai R.150 milyar, setiap tahunnya seperti
itu…. format usulannya, dari Nagari ini 1,2,3, dari Nagari itu dibuat 1,2,3 lagi.. TAPD
Masih terdapat satu praktik lagi di Kecamatan Baso di mana ketika masing- masing pihak yang bertarung tak mau mengalah, maka kesepakatan selanjutnya
adalah membentuk kelompok kecil yang diberi tugas sebagai tim perumus. Kelompok ini dipilih oleh forum Musrenbang dan dipimpin langsung oleh Camat.
Pada saat perumusan ini dibahas pada forum “bilik ketek” oleh tim perumus,
disinilah dapat terjadi kompromi-kompromi yang menguntungkan kampung atau Nagari para tim perumus. Bahkan, ketika rumusan dan keputusan telah disepakati
oleh tim perumus dalam forum “bilik ketek” apa saja yang menjadi prioritas
usulan Musrenbang Kecamatan, masih dapat pula berubah ketika dalam proses pengetikan dokumen. Perubahan tersebut merupakan hasil persekongkolan elite
tradisional, seperti Walinagari, Penghulu Suku dan elite birokrasi tingkat Kecamatan sebagaimana ungkapan informan berikut ini.
“…kadang-kadang, untuk menjadi prioritas mau melalui tokoh masyarakatnya,
43
kadang-kadang melalui pak Camat. TAPD “sering pula terjadi kompromi di belakang layar antara tokoh
Nagari dengan Camat serta Pegawai Kantor Camat N Dt.Spd
Hasil Musrenbang pada akhir adalah merupakan rekayasa tim perumus, termasuk anggota DPRD, yang sebagian besar isinya tidak berasal dari hasil
Musrenbang Jorong, bukan pula dari usulan dari Musrenbang Nagari dan Kecamatan. Untuk lebih jelas mengenai peta persaingan musrenbang Kecamatan
dapat dilihat pada Gambar 8.2 berikut ini.
43
Untuk penjelasan lebih lanjut tentang strategi tokoh masyarakat terlibat aktif dalam kontestasi pengusulan program pembangunan untuk dapat di biaya oleh APBD, lihat strategi Dt. AnSyam
bukan nama sebenarnya yang memilki akses langsung pada Camat dan Bupati. karena teman sekolah, tim sukses Bupati dalam pemenangan Bupati dua kali priode.
PETA KEPENTINGAN OTORITAS TRADISIONAL DALAM MUSRENBANG KECAMATAN
Wali Nagari Camat
DPRD TIM
PERUMUS Basis Suara
Kampung Halaman
Kanagarian MUSRENBANG
KECAMATAN Infrastruktur
Kecamatan
Kampung Halaman
Kampung Halaman
UPTD DINAS
Garis Penyaluran Kepentingan Garis Keterlibatan Dalam Musrenbang Nagari
Gambar 8.2 Peta Kepentingan Otoritas Tradisional dalam Munsrenbang Kecamatan
8.1.4. Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten