Pemilu Kepala Daerah Dan Peran OTM

genealogis matrilineal Ninik-Mamak rumah, kaum dan suku untuk bermusyawarah mencapai mufakat dalam menentukan bakal calon Legislatif yang akan didukung dan dipilih bersama. Mekanisme adat dalam memilih pemimpin seperti proses “dicilakoi”, “raso pareso” itu gagal dalam praktek, sehingga, muncul 12 Caleg dan perolehan suara kemudian terpilah-pilah berdasarkan kelompok genealogis matrilineal, sehingga tidak satu pun dari Caleg tersebut mendapatkan kursi di DPRD. Berlainan dengan jorong dan Nagari lain, seperti yang terlihat dalam kasus Liryanda di Nagari AP, 19 Nirman di Nagari P dan DTH, PR di Nagari CKL. Karateristik OTM kedua, yakni musyawarah untuk mencapai mufakat masih terpelihara dengan cukup baik. Dengan mekanisme musyawarah itu mereka kemudian mencari kata sepakat, kepada siapa suara dukungan akan disalurkan. Sehingga, mereka dapat menempatkan unsur OTMnya duduk menjadi anggota DPRD, menjadi bagian dari BP, serta pada akhirnya, kepentingan mereka dapat terwakili dalam pemerintahan.

7.1.2. Pemilu Kepala Daerah Dan Peran OTM

Gejala yang terjadi pada pemilu lembaga Legislatif, dengan varian yang hampir sama, berlaku pula pada Pemilu Kepala Daerah Pemilukada di Kabupaten Agam. Hanya bedanya, dalam Pemilukada para Calon Bupati selanjutnya disebut Cabup bukan saja representasi OTM dalam Nagari saja, tetapi juga representasi wilayah supra Nagari, seperti Baso, Lubuk Basung, bahkan wilayah Agam Timur dan Agam Barat. Dalam mengkampanyekan dirinya, para Cabup sangat bergantung pada keaktifan OTM dalam Nagari dan Supranagari, terutama untuk membangun narasi dan musyawarah. Relasi di antara keduanya, Cabup dan OTM, dalam Pilkada bukan saja relasi pragmatis di mana prinsipal yang mendelegasikan kekuasaannya pada agen agar bertindak mewakili kepentingan prinsipal Lupia McCubbins, 2000; 20 Abdullah, 2006, 21 dengan membuat kebijakan-kebijakan belanja 19 Lihat kasus peran Liryanda, 20 Arthur Lupia Mathew McCubbins, 2000. Representation or Abdication? How Citizens Use Institution Help Delegation Succed. dalam European Journal of Political Research 37:291-307. anggaran yang dialokasikan pada mereka sebagai pemilih von Hagen, 2004. Namun, lebih dari itu, mereka adalah representasi dari paruik, kaum, kampung, suku, Nagari, terutama sekali representasi “darek” wilayah Agam Timur dan “rantau” wilayah Agam Barat. Dua periode Pilkada, 2005 dan 2010 menunjukkan bahwa Bupati yang terpilih berasal dari Agam Timur Agam Tuo dan Wakil Bupati berasal dari Agam Barat. Terdapat hukum tidak tertulis , bahwa Bupati “harus” berasal dari Agam Timur, dan Wakil Bupati “bolehlah” dari Agam Barat. Nilai kultural ini berkenaan dengan sejarah adat Minangkabau, bahwa tempat asalnya orang Minangkabau adalah “darek” darat yakni luhak nan tigo Luhak Agam, Luhak 50 Kota dan Luhak Tanah Datar. Seiring dengan pertambahan penduduk, serta daya tampung Nagari-Nagari di darek terbatas, maka sebahagian penduduk Nagari pergi merantau. Proses merantau ini, semula dilakukan pada daerah-daerah terdekat, diluar dari luhak nan tigo, seperti Solok, Padang, Sawahlunto dan seterusnya. Dari perantauan “dekat” dengan darek, kemudian berubah menjadi merantau “jauh”, seiring perubahan teknologi transportasi. Anak Nagari kemudian merantau ke Sumatera, Jawa, Kalimantan, bahkan ke mancanegara. Dalam pepatah Minangkabau, kemudian muncul nilai baru, bahwa Alam Minangkabau itu terdiri dari darek dan rantau. Darek adalah luhak nan tigo, daerah asal etnis Minangkabau, sedangkan rantau merupakan daerah tanah negeri tempat mencari penghidupan Naim, 1979; Pelly, 1984. Dengan pemahaman tersebut, sesungguhnya alam Minangkabau luasnya hampir seluas Dunia, mengikuti sejauh orang Minangkabau berada di rantau Naim, 1984; Kato, 1984; Pelly, 1994. Meskipun Alam Minangkabau terdiri dari darek dan rantau, darek menganggap dirinya lebih tinggi, karena merupakan tempat Orang Minangkabau berasal. Pada tahun 1993, Ibukota Kab.Agam pindah dari Bukittinggi ke Lubuk Basung. Sebabnya, Bukittinggi mekar memisahkan diri dari Kab.Agam menjadi wilayah Kota sendiri. Sedangkan Agam Tuo, mekar menjadi Kab.Agam yang kini wilayahnya mencakup Agam Barat lihat Bab V. Agam Barat terletak di pesisir, 21 Syukri Abdullah dan Jhon Andra Asmara, 2006. Perilaku Oportunistik Lembaga Legislatif Dalam Penganggaran Daerah, Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik, Simposium Akutansi Nasional, di Padang, 23-26 Agustus, 2006. dan merupakan bagian dari Alam Rantau, dengan pengertian tersebut di atas. Karena menganggap wilayahnya kebudayaan lebih tinggi, rakyat wilayah Agam Timur tidak menginginkan di pimpin oleh “orang rantau”. Inilah yang menjadi penyebab, semenjak Pemilukada langsung, Bupati selalu berasal dari Agam Timur AgamTuo. Bukti lain yang menunjukkan bahwa politik Kewilayahan, Wilayah Agam Timur dan Agam Barat, sangat berperan dalam Pemilukada dapat dilihat dalam kasus Liryanda 22 ketika ikut mencalonkan diri dalam Pemilu menjadi Calon Kepala Daerah. Liryanda adalah unsur OTM, berkedudukan sebagai cendekia, ninik-mamak dalam Nagari di tempat beliau berasal. Nagari asalnya berada dalam wilayah Agam Timur Agam Tuo. Di samping menjadi unsur OTM, beliau merupakan Pemimpin Cabang salah satu partai Islam terbesar di Indonesia untuk Kabupaten Agam. Dalam Pemilu Legislatif tahun 2009, partai yang dipimpinnya ini menduduki peringkat ketiga dalam perolehan suara KPU, 2009. Beliau juga telah menjadi anggota DPRD selama dua periode, dari 2004-2009 hingga periode 2009-2014. Dalam masa jabatan dua periode tersebut, Liryanda menduduki jabatan puncak di DPRD. Dengan potensi tersebut, dan perhitungan analisis dari tim pakar partainya bahwa Liryanda dapat dikategorikan sebagai “calon jadi”. 23 Maka, pada Pemilu Kepala Daerah yang dilangsungkan pada tahun 2010 beliau mencalonkan diri menjadi Calon Bupati. Untuk memenangkan Pemilukada tersebut, beliau memilih calon wakil bupati yang berasal dari Agam Barat, dengan pertimbangan representasi wilayah tersebut di atas . Calon Wakil Bupati yang “digandengnya” ini, adalah incumbent sedang menjabat wakil Bupati di Kabupaten Agam. Harapannya tentu, dapat memakai sumber keuangan Daerah dan fasilitas kedudukan beliau. Untuk mencapai maksud tersebut, pinangan disampaikan pada calon wakil Bupati incumbent. Negosiasi dilakukan terhadap calon Wakil Bupati. Namun, sang calon incumbent menginginkan beliaulah yang menjadi menjadi calon Agam I calon Bupati. Tawaran ini diterima oleh tim Liryanda, sehingga kemudian 22 Informasn kunci dalam penelitian ini, bukan nama sebenarnya. 23 hasil wawancara dengan Liryanda Liryanda menjadi calon wakil Bupati. Ketika Pemilu berlangsung, dalam putaran pertama, Liryanda dan pasangannya langsung kalah. 24 Kekalahan Liryanda, seperti telah dijelaskan di atas, terkait dengan peran OTM. Pertama, Secara kultural aneksasi antara Agam Timur khususnya Agam Tuo dengan wilayah Agam Barat, sampai saat ini masih belum terintegrasi, secara budaya. Secara historis kedua wilayah memiliki lingkungan alam dan konteks sosial yang berbeda. Agam Barat, secara kutural adalah Rantau serta berada di pesisir, sedangkan Agam Timur Agam Tuo adalah darek, yang dipercaya tempat asalnya orang Minangkabau. Rantau memiliki makna subkultur, sedangkan Luhak atau darek lebih tinggi derajatnya. 25 Menurut Navis 1984, darek lebih tinggi peradabannya dari daerah pesisir. Oleh karenanya, secara kultur masyarakat darek di Agam Tuo dan masyarakat rantau di belahan Barat tidak dapat disamakan dan dipersamakan. Kedua, berdasarkan data DPT Kabupaten Agam, jumlah suara Agam Timur Agam Tuo lebih unggul dari Agam Barat. Data DPT Agam Timur menunjukkan jumlah 170.439 suara, sedangkan Agam Barat memiliki DPT sebanyak 125.254 suara. Jika membandingkan jumlah suara sah dan yang memakai hak suaranya, maka diperoleh jumlah 118.061 untuk Agam Timur dan 85.914 untuk Agam Barat. Jika Liryanda menang dalam pemilukada, maka Agam Timur Agam Tuo akan dipimpin oleh Bupati dari Agam Barat. Hal ini sama sekali tidak diinginkan oleh masyarakat Agam Tuo. Seperti ungkapan informan berikut ini; “Awak ko rang Agam, salah satu luhak asal urang Minang. Jan sampai awak ba mamak ka mamak urang. Bantuak indak ado calon pamimpin se awak ko. Indak namuah bantuak tu … 26 ” Informan Tokoh adat Pengaruh OTM pada pemilukada bukan hanya ciri khas dua wilayah tersebut AgamTimur dan Barat saja, namun, juga antar Kecamatan dan Nagari. 24 Disarikan dari wawancara dan observasi terlbat bersama beliau. Dan wawancara beberapa sumber yang dekat dengan beliau dan partainya. 25 Hadler 2010 memiliki pendapat berbeda. Menurut nya, justru darek atau daerah asal orang Minangkabau sebagai tempat para “kerbau”, karena mereka yang sebagai pemenang yang pergi dan menetap di Rantau. Mereka yang tinggal adalah kerbau. 26 Kita ini orang Agam tuo, salah satu luhak yang menjadi asal orang Minangkabau. Jangan sampai kita ber mamak memiliki pemimpin pada mamak orang lain pemimpin yang bukan berasal dari Agam Tuo,red. Seperti tidak ada calon pemimpin koita ini. Tidak bisa seperti itu Gejala ini terlihat dalam Pemilukada 2010 pada Kec. Canduang yakni Nagari Canduang Koto Lawas, Nagari Lasi, Nagari Panampuang, Nagari Bukik Batabuah. Kemudian juga terlihat pada Kec.Baso yakni Nagari Tabek Panjang, Nagari Koto Tinggi, Nagari Salo, Nagari Padang Tarok, Nagari Simarasok dan Nagari Koto Baru wilayah Kec. Baso. Kedua Kecamatan ini, masuk dalam wilayah Agam Timur dan masing-masingnya memiliki calon Bupati yang ikut dalam Pemilukada 2010. Hasil perolehan suara Kecamatan, menunjukkan seluruh suara Nagari-Nagari 90 persen disalurkan pada Cabup yang berasal dari Nagari dan Kecamatan mereka. Namun, pada putaran pertama, calon dari Nagari CKL kalah. Karena suara tidak kuorum 50 persen + 1, maka Pemilukada dilanjutkan pada putaran kedua, dari 5 pasangan calon menjadi 2 pasangan calon bupati. Calon pertama, berasal dari Nagari Koto Tinggi Agam Timur, Calon Pasangan Kedua berasal dari Lubuk Basung, Agam Barat. Di Nagari CKL, dan Sungai Janiah, penyandang OTM seperti “urang nan ampek jinih ” membangun beragam narasi; seperti ungkapan informan dari Nagari CKL berikut ini: “Waktu Pilkada putaran pertama kami semua memilih calon X, karena dia dari kampung kami. Tapi waktu putaran kedua, Ninik- Mamak menganjurkan memilih calon yang dari Koto Tinggi ….mereka bilang: Bialah awak pilih mamak nan dari Nagari sabalah Koto Tinggi. Kok inyo bangun kampuangnyo, inyo aspal jalannyo, tantu awak tarikuik juo. Kareno inyo lalu tantu melalui jalan awak ko juo. Indak mungkin aspal rancak disinan, tapi jalan manuju kasinan buruak aspalnyo. Kok inyo pulang kampuang, kan lewaik Nagari awak, tantu tacaliak juo ba a kampuang awak ko…” informan CKL. Indikasi pengaruh OTM dalam Pemilukada juga dapat dilihat keterlibatan Walinagari. Dari hasil wawancara dengan tim sukses Bupati, WaliNagari menjadi kunci utama yang diharapkan dapat berperan menjangkau mulai dari paruik, Kaum, serta suku. Di Kabupaten Agam, khsusnya serta Sumatera Barat pada umumnya, terdapat perkumpulan walinagari yang disebut PERWANA. PERWANA inilah yang kemudian direkrut untuk menjadi bagian tim sukses. Seperti ungkapan informan berikut ini; “Pacik lu Perwana. Awak undangnyo, awak hetong, kantong- kantong suaronyo. Ma nan kantong suaronyo gadang waliNagari nyo awak pacik. Awak agiah nyo tanggung jawab yang bertugas memacik Ninik-Mamak dalam Nagari nyo tu. Jan 82 Nagari tu lo nan awak rekrut. Cukup urang-urang PERWANA, kemudian awak petakan lo. Ma WaliNagari nan senior dan berpengaruh, inyo bisa mempengaruhi waliNagari lain. Kalau zaman kami tu, 10 wali Nagari jadi tim sukses “ 27 informan Dari kutipan di atas, menjelaskan bahwa tidak seluruh Walinagari yang akan di rekrut menjadi tim sukses. Nagari-Nagari tua serta memiliki jumlah DPT besar saja yang menjadi incaran tim sukses. Terhadap dukungan ini, jika Cabup yang didukungnya berhasil terpilih, maka Nagari selalu mendapat alokasi pembangunan yang di danai oleh APBD setiap tahunnya. Menjadi anggota Legislatif dan Kepala Daerah bagi masyarakat Agam bukan hanya bermakna untuk memperebutkan kekuasaan, mendapat jabatan, meningkatkan pendapatan, serta mendapatkan keuntungan pribadi lainnya. Lebih dari itu, ia merupakan representasi dari kepentingan OTM paruik, kaum, kampuang, Nagari serta mendapat alokasi anggaran APBD bagi Nagari. Jika peran tersebut tidak dapat mereka mainkan, maka mereka akan di ceme’eh diejek, dikucilkan, dan tidak akan dipilih untuk periode selanjutnya. Mereka akan dianggap orang gagal menjalankan peran mereka. Jika alokasi anggaran APBD berhasil diupayakan anggota Legislatif dan Kepala Daerah untuk Nagari, maka upaya tersebut sangat dihargai oleh penduduk Nagari

7.2. Peranan OTM Dan BP Dalam Perencanaan