Peranan OTM Dan BP Dalam Perencanaan

“Pacik lu Perwana. Awak undangnyo, awak hetong, kantong- kantong suaronyo. Ma nan kantong suaronyo gadang waliNagari nyo awak pacik. Awak agiah nyo tanggung jawab yang bertugas memacik Ninik-Mamak dalam Nagari nyo tu. Jan 82 Nagari tu lo nan awak rekrut. Cukup urang-urang PERWANA, kemudian awak petakan lo. Ma WaliNagari nan senior dan berpengaruh, inyo bisa mempengaruhi waliNagari lain. Kalau zaman kami tu, 10 wali Nagari jadi tim sukses “ 27 informan Dari kutipan di atas, menjelaskan bahwa tidak seluruh Walinagari yang akan di rekrut menjadi tim sukses. Nagari-Nagari tua serta memiliki jumlah DPT besar saja yang menjadi incaran tim sukses. Terhadap dukungan ini, jika Cabup yang didukungnya berhasil terpilih, maka Nagari selalu mendapat alokasi pembangunan yang di danai oleh APBD setiap tahunnya. Menjadi anggota Legislatif dan Kepala Daerah bagi masyarakat Agam bukan hanya bermakna untuk memperebutkan kekuasaan, mendapat jabatan, meningkatkan pendapatan, serta mendapatkan keuntungan pribadi lainnya. Lebih dari itu, ia merupakan representasi dari kepentingan OTM paruik, kaum, kampuang, Nagari serta mendapat alokasi anggaran APBD bagi Nagari. Jika peran tersebut tidak dapat mereka mainkan, maka mereka akan di ceme’eh diejek, dikucilkan, dan tidak akan dipilih untuk periode selanjutnya. Mereka akan dianggap orang gagal menjalankan peran mereka. Jika alokasi anggaran APBD berhasil diupayakan anggota Legislatif dan Kepala Daerah untuk Nagari, maka upaya tersebut sangat dihargai oleh penduduk Nagari

7.2. Peranan OTM Dan BP Dalam Perencanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab II, dihasilkan melalui dua ranah yang berbeda. Kedua ranah tersebut adalah ranah perencanaan dan ranah penganggaran. Ranah-ranah ini dibangun di atas landasan normatif UU No.252004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional, serta UU No.172003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang ini lantas diikuti oleh peraturan yang menjelaskan petunjuk 27 Pegang dulu Perwana itu, kita undang dia, kita hitung kantong suara yang dia punya. Mana yang memiliki kantong suara yang banyak kita rekrut Walinagarinya.Kita kasih dia tanggung jawab untuk bertugas mempengaruhi Ninik-Mamak dalam Nagarinya. Tidak semua 82 walinagari kita rekrut. Cukup Perwana saja. Kemudian kita petakan, mana walinagari yang senior, mana yang memiliki pengaruh. Kalau zaman kami, cukup 10 Walinagari direkrut menjadi bagian tim sukses. pelaksanaan Juklak dan petunjuk teknis Juknis, seperti Peraturan Menteri Dalam Negeri, Peraturan Menteri Keuangan dan turunannya. Dalam ranah perencanaan, dipergunakan pendekatan partisipatif yang kemudian disebut dengan istilah Musrenbang RKPD Musyawarah Perencanaan Pembangunan, Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Musrenbang dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dari jenjang terbawah pemerintahan yakni Musrenbang Desa, Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang Kabupaten. Di Kab.Agam, Musrenbang RKPD dimulai dari tingkat pemerintahan terendah yakni Jorong. Dari Jorong kemudian selanjutnya secara berurutan, Musrenbang Nagari, Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang Kabupaten. Ranah perencanaan ini, hasil akhirnya adalah RKPD untuk selanjutnya menjadi panduan dalam ranah Penganggaran APBD. Dalam pelaksanaan ranah perencanaan ini, banyak pihak yang terlibat dan memiliki peran yang berbeda-beda. Secara umum, terdapat dua pihak yang memiliki peran utama, yakni pihak OTM dan pihak BP. Pihak-pihak yang berasal dari OTM adalah urang nan ampek jinih yang mewakili kampung jorong, mencakup mamak rumah, mamak kaum, ninik, bundo kanduang dan Pemuda.Pada level Nagari, terlibat elite Nagari, seperti Walinagari, KAN dan BPRN. Sedangkan dari pihak BP yang terlibat adalah Tim Bappeda sebagai penanggung jawab pelaksanaan Musrenbang, Camat dan perangkat Kecamatan, DPRD, SKPD, UPT Dinas di mana kantornya berada dalam wilayah Kecamatan. Setiap pihak memiliki peran dan porsi masing-masing, setiap pihak juga memiliki ragam peran tersendiri dalam mewujudkan kepentingannya. Berikut adalah tabel peran masing- masing pihak yang terlibat dalam Perencanaan RKPD. Tabel 7.4. Tabel Peran OTM dan BP dalam Perencanaan No Tokoh Aktor Peran 1 BAPPEDA Penanggung jawab menyusun RKPD Memfasiltasi Musrenbang Kecamatan Menjelaskan RPJM, Draft RKPD pada Musrenbang Kecamatn Bersama SKPD, pada forum SKPD, bersepakat hanya mengambil satu usulan dari setiap hasil Musrenbang Kecamatan 2 SKPD Berikut UPT Dinas Partisipan Musrenbang Kecamatan dan forum SKPD Pada forum SKPD, membahas bersama Bappeda untuk menetapkan satu usulan Kecamatan yang akan masuk dalam Renja SKPD untuk menjadi RKPD 3 DPRD Merekayasa prioritas Hasil Musrenbang Kecamatan Untuk Kosntituennya Sebahagian, tidak hadir dalam Musrenbang Kecamatan, karena tidak ingin berkomitmen bahwa usulan Kecamatan juga usulannya Membawa hasilMusrenbang kampung mereka langsung pada ranah penganggaran. perannya lihat dalam ranah anggaran 4 Tim Musrenbang Kecamatan Camat dan Perangkat Kecamatan Tim perumus Prioritasisasi Usulan Kecamatan Merubah hasil rumusan prioritas, sesuai dengan kepentingan kampung tim perumus, Terindikasi anggota DPRD bekerjasama dengan Tim Perumus Kecamatan merubah hasil rumusan prioritas sesuai dengan kepentingan Kampung anggota DPRD 5 Elite Nagari Walinagari, Bamus dan BPRN Mengakomodir hanya sebahagian kecil 5 persen usulan petani pada tingkat Jorong Usulan progam berasal dari kepentingan Elite Nagari WaliNagari 6 Urang Nan Ampek Jinih Memfasilitasi musyawarah jorong untuk mencari kata sepakat usulan jorong dari kebutuhan paruik, kaum dan jorong. Menitipkan hasil Musrenbang jorong pada salah seorang anggota DPRD yang merupakan anak-kemanakannya dikampung mereka. Menitipkan hasilmusyarah pada elite SKPD yang merupakan orang kampung Menitipkan hasil Musrenbang jorong pada Anggota DPRD yang telah mereka dukung perolehan suaranya Menitipkan hasilMusrenbang mereka pada Bupati,di mana ketika pemilihan, mereka menjad tim sukses untuk wilah Daerah Pilihan mereka. Menjadi partisipan pada seluruh jenjang Musrenbang, namun hanya sebagai aksesioris Sumber: Data Empiris 2010. Secara normatif, penanggung jawab utama Musrenbang adalah Bappeda Kabupaten. Bekerjasama dengan Kaur Pembangunan Kecamatan, mereka melaksanakan Musrenbang mulai dari tingkat Jorong hingga Kecamatan. Pada tingkat Kabupaten, tanggung jawab penyelenggaraan akan diambil alih kembali oleh Bappeda. SKPD terlibat dalam Musrenbang dalam rangka singkronisasi usulan hasil Musrenbang, diharapkan dengan mengikuti Musrenbang, khususnya pada tingkat Kecamatan dan Forum SKPD, mereka dapat mengakomodir mana usulan yang dapat disingkronkan dalam Rencana Kerja SKPD, dan mana pula yang tidak dapat diakomodir. Sedangkan DPRD, pada Musrenbang Kecamatan, bertindak sebagai wakil dari daerah pilhannya, agar mengetahui usulan yang menjadi prioritas Kecamatan untuk dapat diperjuangkan dalam ranah penganggaran APBD. Pada pihak OTM, Musrenbang merupakan arena tempat di mana mereka dapat membicarakan dan membahas kebutuhan mereka. Oleh karenanya, Musrenbang merupakan arena mengungkap kebutuhan dalam bentuk usulan dan sangat mengharapkan untuk mendapatkannya harok ka dapek. Dari tabel di atas, terlihat bahwa BP seperti Bappeda dan SKPD memiliki peran dominan. BP secara otoriter, menetapkan hanya masing-masing satu usulan hasil Musrenbang Kecamatan yang akan diakomodir dalam RKPD dan diperjuangkan untuk masuk dalam APBD. Sehingga, usulan petani yang berasal dari Musrenbang Jorong terpinggirkan. Kesepakatan SKPD yang hanya mengambil atau menetapkan satu usulan prioritas pertama dalam hasil Musrenbang Kecamatan, hanya strategi BP agar mereka tidak melanggar UU No.252004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU No.172003 tentang Keuangan Negara yang mengharuskan penganggaran APBD mengakomodir kepentingan Rakyat melalui perencanaan partisipatif. Kesepakatan BP dalam forum SKPD untuk memberi “Alokasi” satu usulan untuk setiap hasil Musrenbang Kecamatan, berakibat pada kecilnya kesempatan untuk mendapatkan “kue” APBD, sehingga ranah perencanaan menjadi dinamis dan pertarungan persaingan tidak terhindarkan. Dinamika ranah perencanaan, pada sisi OTM, juga ditandai dengan persaingan antara sesama OTM dengan nuansa filsafat alam mengenai filsafat alam lihat Bab II. Dalam filsafat alam ini, wajib bagi individu yang menjadi anggota kelompok secara berjenjang dunsanak saparuik satu rumah, sekaum, sekampung, dan satu Nagari dipertahankan dilindungi, dipagar, dibangun agar kadar kedudukannya tidak menjadi rendah dari yang kelompok genealogi matilineal yang lain. Usaha mempertahankan paruik, kaumkampung, suku dan Nagari sesuai bilik ketek, bilik gadang harus diusahakan bagaimana pun caranya. Jika gagal dengan jalan “biasa”, dibolehkan mengambil jalan yang “tidak biasa”. 28 Ketika jalan “tidak biasa” diambil, maka diharuskan untuk pandai menyembunyikan agar kerabat tidak mendapat malu 29 Navis, 1984. 28 Pepatah menyebutkan Tak lalu dandang di aia, di gurun ditanjakkan juo Tak lalu biduk di air, di gurun tanjakkan juga 29 Papatahnya menyebutkan, “ Jiko mamakan habih-habih, jiko manyuruak ilang-ilang” Kalau makan harus betul-betul habis, jika bersembunyi betul-betul hilang Karena kalau tidak sampai habis atau sampai hilang akan k etahuan “jalan tidak biasa” tersebut. Pendapat Navis 1984; 82-83 tersebut masih cukup relevan dengan pelaksanaan Musrenbang di KabAgam. Seperti akan dijelaskan pada bab selanjutnya, bahwa pelaksanaan Musrenbang Nagari berjalan secara normatif. Hasil Musrenbang yang tercantum dalam dokumen Musrenbang Nagari, bukanlah merupakan hasil Musrenbang Nagari, tetapi hasil manipulasi elite Nagari. Elite Nagari tersebut adalah Walinagari, KAN dan BAMUSBPRN. Indikasinya, banyaknya usulan program yang tercantum dalam dokumen musrenbang Nagari dialokasikan untuk Nagari dan jorong di mana para elite tersebut berasal. “Jalan tidak biasa” yang dilakukan para elite pada Musrenbang Nagari, melalui falsafah alam, hasilnya tidak mudah disembunyikan. Salah satu upaya dengan tidak menyebar luaskan dokumen hasil Musrenbang, dan memperlakukan hasil Musrenbang layaknya “rahasia” pada masyarakat Nagari, untuk tujuan menghilangkan jejak manipulasi elite dalam dokumen Musrenbang, tidak sepenuhnya berhasil. Hal ini dikarenakan, pada Musrenbang tingkat Kecamatan, “jalan tidak biasa” elite Nagari ini diketahui oleh masyarakat jorong dari anggota masyarakat yang bekerja di Kantor Camat, atau dari anggota DPRD yang berasal dari jorong kampung usulannya di singkirkan. Kemungkinan lain diketahuinya “jalan tidak biasa” elite Nagari adalah, berasal dari partisipan Musrenbang Kecamatan, yang kemudian tidak melihat usulan yang berasal dari Nagarinya. “Musrenbang Nagari tu kalau dijadikan patokan, kalau dikecekkan demokratis indak demokratis bana do. Usulannya ba a ka lamak dek WaliNagari senyo. Tantu awak pandai juo mambaca, dari dokumen Musrenbang tu. Awak sandiangkan dokumen Musrenbang Jorong, jo Nagari lah tabaco disinan karajo no. Atau bantuak kawan, kan kami hadir tu di Musrenbang Kecamatan, nyo caliak dokumen murenbang Nagari inyo bahas jo urang kampuangnyo 30 ” Informan DPRD Pada Musrenbang Kecamatan, menggunakan “jalan lain” itu, dengan cara yang berbeda terjadi juga. Seperti cara-cara yang dilakukan Nirman 31 , yakni dengan melakukan manipulasi hasil Musrenbang Kecamatan. Nirman adalah salah 30 Musrenbang Nagari itu kalau dijadikan patokan, tidak demokratis juga. Usulan hasil Musrenbang Nagari itu “sesukanya” WaliNagari aja. Tentu kita pandai juga membaca, dari dokumen Musrenbang itu. Kita bandingkan dengan hasil Musrenbang jorong-jorong udah terbaca kerjaan dia tu. atau seperti kawan yang menemukan hasil Musrenbang Nagarinya, yang kemudian dia bahas bersama orang kampungnya. 31 Nama sengaja disamarkan bukan nama sebenarnya. seorang anggota DPRD 32 . Terpilih menjadi anggota DPRD, dengan jumlah suara 977, dari 6.388 jumlah perolehan suara parpolnya di seluruh Kabupaten Agam. Basis utama suara sehingga beliau terpilih, berasal dari Jorong di mana beliau berasal yang menurut data DPT KPU Agam berjumlah 2.247 suara sedangkan data DPT Nagari tempat asalnya berjumlah lebih dari 9000 suara. Dari Nagarinya ini, terdapat satu anggota DPRD yang lain, berasal dari partai politik yang berbeda. Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, Nirman dipilih oleh masyarakat pemilih jorongnya dengan harapan dapat menarik sebanyak mungkin alokasi anggaran APBD untuk dialokasikan pada Jorongnya. Untuk memenuhi harapan dari peran yang diberikan pemilih tersebut, Nirman di antaranya melakukan dengan cara memanipulasi hasil Musrenbang kecamatan di mana kampungnya menjadi bagian wilayah dari kecamatan tersebut. Pemanipulasian hasil Musrenbang Kecamatan dilakukan Nirman bekerja sama dengan perangkat Kecamatan yang berasal dari Jorong yang sama dengannya. Sebagai anggota DPRD yang dekat dan berkantor di pusat Kabupaten dan terlibat dalam penganggaran, Nirman paham bahwa prioritas satu hasil Musrenbang Kecamatan sangat strategis, atau memiliki peluang besar untuk di akomodir dalam APBD, sebagaimana ungkapannya berikut ini; “…yang penting, prioritas 1,2,3, hasil Musrenbang Kecamatan sudah dipastikan dapek dapat …kalau tidak nomor 1, mungkin nomor 2 kalau tidak nomor 3. Biasanya untuk APBD Kabupaten Agam lah jaleh sudah jelas ” Nirman Informasi ini, telah menjadi pengetahuan bersama lembaga Eksekutif dan lembaga Legislatif bahwa karena keterbatasan dana, TAPDBappeda hanya mampu mengakomodir satu usulan hasil Musrenbang Kecamatan pada prioritas satu hingga tiga untuk dianggarkan dalam APBD. Jumlahnya tergantung kemampuan keuangan Daerah. Jika jumlah keuangan memungkinkan, maka seluruh prioritas satu sampai dengan tiga dimasukkan dalam RAPBD. Namun, jika keuangan tidak memungkinkan, maka satu dari salah satu prioritas hasil 32 Periode 2004-2009. Penelitian ini mulai dilakukan dari awal 2009 hingga awal tahun 2010 Musrenbang Kecamatan saja yang akan diambil, seperti ungkapan informan berikut ini; “…saya sudah berusaha untuk menerapkan perencanaan partisipatif, saya pernah ikut program yang perencanaan partisipatif oleh USAID itu, tahun 2007. Jadi saya, sudah usahakan, namun tekanan politik ini besar, dan keuangan kita juga tidak besar. Sehingga, kita usahakan 1 sd 3 prioritas hasil Musrenbang Kecamatan tersebut diakomodir dalam APBD. Paling tidak satu. Seperti tahun ini, kita hanya mampu mengakomodir satu usulan perkecamatan….Namun, saya juga udah beri syarat bahwa seluruh program harus terakuntabilitas…mengapa programnya diterima dan apa alasannya dia ditolak” Tim Bappeda dan TAPD. Memanipulasi hasil Musrenbang Kecamatan memungkinkan untuk dilakukan karena Nirman menjadi salah satu Tim Perumus hasil Musrenbang Kecamatan. Jabatan itu sengaja diberikan pada masyarakat agar sebagai anggota DPRD yang terlibat pembahasan APBD nantinya diharapkan ikut memperjuangkan hasil yang telah dirumuskan bersama pada ranah penganggaran APBD, namun, justru kedudukan ini menjadi peluang bagi beliau untuk mendahulukan kepentingan jorong kampung dan Nagarinya, sebagai mana ungkapannya berikut ini; “…a.. kami yang anggota Dewan dari Kec.Baso tu kadang di satokan dalam tim tu tim perumus hasil Musrenbang ”…”bagi Anggota Dewan, nan ma nan untuak jorong atau Nagarinyo di masuakkannyo , ha ha ha. a di situlah persaingan Musrenbang di tingkat Kecamatan, belum lagi di tingkat Kabupaten tu banyak ditentukan panggar Dewan lai 33 Panitia Anggaran DPRD, red Nirman Dengan peran istimewa sebagai tim perumus, Nirman memiliki kesempatan bermanuver. Manuver tersebut dilakukan dengan beragam cara, mulai dari mengarahkan diskusi, mengatur siasat sebelum dilakukannya Musrenbang, sampai pada akhirnya, jika kedua proses tersebut terkendala, manuver pamungkas 33 Kami anggoat DPRD ini sering dijadikan tim perumus hasil musrenbang Kecamatan. Bagi anggota DPRD, mana usulan yang berasal dari Jorong dan Nagarinya itu dahulu yang letakkannya dalam prioritas. Belum yang Musrenbang ditingkat Kabupaten, itu sudah banya ditentukan oleh badan angggaran DPRD lagi. adalah menukar usulan yang dalam Musrenbang telah disetujui menjadi perioritas ketika di ketik dan hendak dikirim ke Bappeda untuk dibahas pada Musrenbang tingkat Kabupaten Agam. Beliau mengungkapkannya sebagai berikut; “ Tapi bisa di masukkan di belakang ketika akan di ketik di Kantor Camat. Kan Tim perumus dan peserta Musrenbang tu, ketika mengetik hasilnyo, indak satonyo do. Beko bisa di tukarkan program dan prioritas ketika di ket ik di Kantor Camat…..ya, bisalah tu. Kami pernah mengalami model itu. Kami nggak ada mengusulkan dari situ. Tapi kalau kami minta model itu bisa. Orang siko minta tuka beko baliak bisa tu”. 34 Nirman Setelah hasil usulan Musrenbang Kecamatan yang sesuai dengan keiginannya tercapai, langkah selanjutnya adalah memperjuangkannya dalam proses Penganggaran. Dalam proses penganggaran, dokumen manipulatif hasil Musrenbang Kecamatan tersebut kemudian dititipkan pada anggota Panitia Anggaran Panggar 35 , baik dengan teman satu partai, maupun dengan teman berbeda partai Anggota Panggar ini biasanya hanya teman dekat karena sering pergi dan pulang bersama dengan memakai Bus antar jemput khusus anggota DPRD. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kabupaten Agam terbagi dalam dua wilayah yang berbeda secara ekstrim, Agam Timur dan Agam Barat. Ketika terjadi pemekaran wilayah, di mana semula Bukittinggi menjadi ibukota kabupaten Agam dan kemudian mekar menjadi Kotamadya sendiri, maka ibukota Kabupaten Agam dipindahkan ke Lubuk Basung yang terletak di Agam Barat. Praktis seluruh kegiatan dan kantor pemerintahan dan DPRD berada di Lubuk Basung. Karena letak kedua wilayah, Agam Timur dan Barat, berjauhan maka dibuat kebijakan bagi anggota dewan diberikan tunjangan sewa rumah dan Bus antar jemput yang berangkat dari kota Bukittinggi setiap pagi ke Lubuk Basung pada pagi hari, sekitar jam 8.00 WIB dan kembali pada sore hari ke kota Bukittingi jam 16.00. WIB. Hampir seluruhnya anggota DPRD berasal dari Agam Timur memilih angkutan pulang-pergi ketimbang menyewa rumah di Lubuk Basung. 36 34 Tapi bisa dimasukkan di belakang ketika akan di ketik di kantor Camat 35 saat ini namanya Badan Anggaran atau Banggar 36 Pada periode 2009-2014, mobil angkutan ini ditiadakan. Perjalanan dari Bukittinggi menuju Lubuk Basung ini memakan waktu sekitar 1 sd 2 jam diperjalanan. Perjalanan rutin ini menjadi ajang sosialisasi bagi anggota DPRD sehingga dekat satu sama lainnya. Sering pula, perjalanan di dalam bus ini menjadi “rapat parlemen berjalan”, karena banyak agenda rapat dibicarakan dan dibahas di dalam bus tersebut, sehingga ketika sampai di ruang sidang agenda telah matang. Bagi Nirman , “rapat parlemen berjalan” ini menjadi salah satu tempat beliau menitipkan “bawaan”nya yakni hasil Musrenbang Kecamatan yang ingin ia perjuangkan agar diakomodir dalam APBD. Beliau memiliki manuver tersendiri, pada siapa anggota DPRD yang dapat beliau pengaruhi. seperti ungkapannya berikut ini: “…kita tahu, angota dewan itu kita maklum tingkat SMA. SMA nya swasta anu lagi. Tapi kalau kita pandai-pandai mmpengaruhinya, contohnya Bob Panggar, kita satu partai, saya titip. Besok harus itu masukkan salah satu ….contohnya Pak PSB di Canduang, ambo di Baso kan. Misalnya pak PSB Panggar. ambo minta satu. Alokasi Baso iko nan ambo suruh alokasi Baso ini yang saya suruh. Ambo ambiak ambil hasil Musrenbang Kecamatan, ambo paragaan ka saya tunjukkan kepadanya Panggar tu. Ko ha ini dia, hasil Musrenbang Kecamatan. Iko ini lokasi nan ambo mintak. Sasuai dengan hasil no 1,2,3. Disitu ambo pentingnyo mencaliak melihat tadi. Kalau lah menetapi 1,2,3 lah dapek dapat peluang”. Nirman Manuver lain dalam rangka memperjuangkan hasil Musrenbang Kecamatan di mana kampungnya berada, dapat dilakukan dengan “barter” program antar sesama anggota DPRD yang berbeda fraksi dan komisi. Salah satu yang pernah dilakukan Nirman adalah dengan melakukannya bersama Danof 37 yang merupakan anggota Banggar 38 dan juga duduk di Komisi A 39 . Partai Danof memiliki program melahirkan 100 mubaligh yang ingin di titipkan pada SKPD Dinas Pendidikan. Danof telah membahasnya dengan Kepala Dinas Pendidikan, dan beliau setuju. Namun, ketika membahas program tersebut, Dinas Pendidikan akan berhadapan dengan Nirman yang duduk di komisi C sebagai mitra kerjanya. Nirman dapat saja tidak setuju dengan program tersebut, dengan memaakai berbagai alasan, yang berakhir gagalnya program partai tersebut. Oleh karena itu, 37 Lihat manuver Danof. Danof merupakan nama samaran. 38 Badan anggaran, organisasi kerja DPRD yang terlibat langsung membahas anggaran APBD. 39 Komisi yang memiliki mitra kerja dinas-dinas yang memiliki program peningkatan. rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, gedung, irigasi dan sejenisnya. untuk mengamankan program partai tersebut, terjadilah tawar menawar, Nirman tidak akan mengganggu program Partai Danof, namun Danof harus memasukkan dan mempejuangkan usulan program Nirman agar masuk dalam APBD. dengan demikian kesepakatan pun terjadi. 40 Setelah keberhasilan upaya Nirman dalam memperjuangkan kepentingan Kampung, Daerah Pilihan berhasil di akomodir dalam APBD, program tersebut harus tetap dikawal. Sebab, ketika program telah berhasil masuk dalam APBD, masih besar kemungkinan pelaksanaannya bergeser ke kampung atau Daerah Pilihan lain. Seperti yang di ungkapkan Nirman berikut. “Kalau di Kecamatan Baso ambo nan paling gadang. Dari tigo urang, ambo mandapek 560 juta. Tapi yang terealisasi, memang di anggarkan tapi dalam tendernyo ado nan dipindahkan ciek. Iko memang ado lucunyo . Ambo mengusulkan 5 buah kebetulan untuk jalan di siko ambo usulkan ciek, kebetulan jalan usaha tani jorong Kampeh...kemudian SD 02 Koto Baru. itu nan berhasil ambo dapek. Kalau nan ambo minta dulu, Jalan di siko 300 juta, ternyata di kabulkan 200 juta. Jalan di siko di kecamatan Musrenbang kecamatan, red udah masuk dua jo tigo juo tu. kebetulan jalan usaha tani di jorong Kampeh. ini nan lucu kami anukan. Jalan usaha Tani, Sawah Tangah, Jorong Kampeh ternyata di latakkan jo urang ka situ. Ka Jorong lain. iko setelah ambo indak duduak, tentu tambah main wali Nagari. Papan namonyo judulnyo jalan usaha Tani Jorong Kampeh. tapi lokasinyo indak di jorong Kampeh. a tu SD 01 di Rehab dengan dana, urang tu memintak untuk pagar dulu nyo, tapi ditambah hingga dapeknyo 150 juta. ” Nirman Hal yang telah dijelaskan di atas, merupakan salah satu peran yang di mainkan Nirman sebagai anggota DPRD. Peran yang hampir sama juga dimainkan oleh anggota DPRD dari daerah pilihan atau Nagari lain, terutama pada Nagari, Kecamatan di mana Musrenbangnya tidak berjalan. Sehingga, hasil Musrenbang daerah ini menjadi ajang manipulasi para elite BP, baik pihak Kecamatan, Bappeda, SKPD maupun DPRD. Tidak terlaksananya Musrenbang berjenjang, di beberapa tempat di Kabupaten Agam, disebabkan OTM enggan melaksanakannya. Keengganan ini 40 Upaya lain, yang dilakukan Nirman adalah memperjuangkan sendiri, dengan alokasi yang diberikan kepada DPRD oleh TAPD. Hal ini seperti yang telah dijelaskan pada manuver agen secara kolektif selanjutnya. bersumber dari kekecewaan karena usulan mereka tidak pernah diakomodir dalam APBD. Pada hal, telah bersusah payah mengumpulkan masyarakat kemudian melaksanakan Musrenbang. Masyarakat Nagari serta Kecamatan kemudian mengecam elitenya yang kemudian berakibat pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam Musrenbang. Bagi masyarakat kampung jorong serta urang nan ampek jinih, mengambil bagian peran dari Musrenbang Nagari dan Kecamatan merupakan upaya dari “harok ka dapek”. Selain manuver peran individual anggota DPRD di atas, terdapat ragam peran lain, yang secara umum terdiri dari dua cara. Cara pertama, hasil Musrenbang kampung di titipkan kepada anggota DPRD yang telah mereka pilih secara bersama. Anggota DPRD kemudian memperjuangkannya pada tahap-tahap dalam ranah penganggaran lihat bab selanjutnya. Cara kedua, anggota DPRD mendapat “alokasi alokasi anggaran” dari TAPD atau Bupati, yang diperolehnya melalui cara kompromi atau pemaksaan. Kemudian, alokasi tersebut dibahas bersama unsur OTM urang nan ampek jinih untuk apa saja alokasi anggaran tersebut dialokasikan. Dari penjelasan di atas, relasi peran OTM dan birokrasi pemerintah modern dalam ranah perencanaan memperlihatkan dominasi peran otoritarian BP terhadap OTM. Hal ini ditandai dengan keputusan otoriter untuk memberi “alokasi” satu usulan untuk setiap hasil Musrenbang Kecamatan, sesuatu yang tidak terdapat aturan normatifnya. Akibat terbatasnya sumberdaya, persaingan Musrenbang ditandai dengan dinamika peran-peran saling memarjinalkan usulan program di antara mereka, sehingga kebutuhan petani yang umumnya muncul dari Musrenbang Jorong hilang di jalan. Ironisnya, dalam kasus Tabek Panjang, hilangnya justru pada Musrenbang Nagari lihat bab selanjutnya. Fakta ini menjadi jawaban bagi pertanyaan pertama penelitian ini, bahwa kecilnya anggaran pertanian, karena kebutuhan petani telah disingkirkan mulai dari ranah perencanaan, khususnya mulai dari Musrenbang Nagari. Minimalnya kesempatan sumberdaya usulan program hasil Musrenbang partisipatif dapat di anggarkan oleh APBD, mengakibatkan Musrenbang menjadi dinamis dan persaingan tidak terhindarkan. Peta persaingan dapat dilihat dari gambaran singkat dari tabel berikut ini Tabel 7.5. Peta Persaingan Aktor-Aktor Dalam Ranah Perencanaan Ranah Hubungan Aktor Kerjasama Bersaing Konflik PERENCANAAN Musrenban g Jorong Urang Nan Ampek Jinih Kaum, Suku dan Urang Nan Ampek Jinih Antar kaum, urang nan ampek jinih Jika mengorbankan harta pusaka Musrenban g Nagari Elite Nagari, Kampung dan Daerah Pilihan Antar Jorong Jorong Vs Jorong Jorong Vs Elite Nagari Musrenban g Kec. Tim Perumus- DPRD Suku yang Sama Forum Lobi Antar Nagari Antar Nagari Forum SKPD-Kab Bappeda-SKPD meminimalisir hasil Musrenbang partisipatif SKPD Vs SKPD SKPD Vs Bappeda Sumber: Data Primer, 2010 Dari tabel di atas terlihat bahwa persaingan OTM telah muncul pada ranah Musrenbang jorong hingga Musrenbang Kecamatan. Peran OTM tersebut adalah “urang nan ampek jinih” Ninik-Mamak, Alim Ulama, cendikia, bundo kanduang dan elite Nagari. Terjadinya persaingan karena merupakan bagian dari peran yang harus mereka mainkan sesuai dengan filsafat alam. Terjadinya persaingan tersebut, dalam rangka memagar membangun 41 paruik, kampung Jorong, suku dan Nagari. Persaingan yang terjadi tersebut memperlihatkan bahwa otoritas tradisional masih berlanjut hingga saat ini. Tabel di atas bukan saja menunjukkan persaingan telah terjadi antar sesama OTM, namun juga di antara BP. Hal ini terjadi disebabkan karena prinsip maksimalisasi anggaran, untuk mendapat keuntungan dari program yang dianut SKPD. Untuk itu, SKPD berupaya memasukkan sebanyak mungkin rencana kerja Renja-SKPD untuk menjadi bagian RKPD. Karena anggaran terbatas, persaingan bahkan konflik antar SKPD dan SKPD dengan Bappeda tidak terhindarkan. Seperti ungkapan informan berikut ini, 41 Kata memagar dan mempertahankan paruik, kampuang, suku dan Nagari, juga memiliki konotasi membagun keempat level organisasi genealogis tersebut. “Nanti pada penyusunan dan pembahasan RKPD, kita melakukan asistensi dengan SKPD. Mereka diminta untuk menjelaskan seluruh Renja yang akan menjadi bagian RKPD. Karena anggaran terbatas, kemudian ada rambu-rambu seperti RPJMD, Renstra mereka, maka dalam asistensi itu mana yang tidak sesuai kita coret. Marah dia tu. Ada yang sampai nggak cakapan dengan kita lagi hingga menjadi konflikpersonal. Yang keras orangnya, biasanya kerjasama dengan anggota Dewan ” Informan HDH Kutipan wawancara dari salah seorang anggota Tim Bappeda tersebut memperlihatkan persaingan sesama SKPD dan Bappeda sudah mulai terlihat pada penyusunan Renja SKPD. Persaingan berujung konflik ini, kemudian melibatkan anggota DPRD yang kemudian muncul dalam ranah penganggaran.

7.3. Peranan OTM Dan BP Dalam Penganggaran