Kasus Anggota DPRD Berperan Sebagai Lembaga Eksekutif

Dari Matriks di atas menunjukkan bahwa Liryanda memliki ragam peran dalam ranah penganggaran. Peran tersebut dilakukan dalam rangka melancarkan “bawaannya” untuk di titipkan pada RKA-SKPD seperti program SD dan SMP Islam Terpadu, pengadaan komputerisasi untuk Dinas CAPILSISDUK di Agam Timur dan pada proses ketika RAPBD di Bahas seperti manuver kolektif anggota DPRD, Alokasi dana Bansos. Dari matriks di atas, satu-satunya yang memiliki posisi peran berseberangan atau bahkan dapat mengarah konflik adalah dengan TAPD. Menurutnya, TAPD sering merusak kesepakatan yang telah dibangun bersama Kepala Daerah yang dihasilkan dalam forum “bilik ketek”, sering ingkar terhadap kesepakatan yang telah diputuskan secara bersama seperti kasus manuver kolektif anggota DPRD. Selebihnya, Liryanda berperan sebagai pendukung dan pesaing dalam ranah penganggaran dengan aktor-aktor yang berbeda. seperti terlihat dalam gambar berikut; RELASI AKTOR DALAM RAGAM PERAN LIRYANDA OTORITAS TRADISONAL BASIS SUARA PARTAI OTORITAS TRADISONAL KAMPUANG DAN NAGARI NAGARI Basis Suara Partai Kampung LIRYANDA RKA-SKPD RAPBD APBD RANAH PENGANGGARAN TRANSAKSIONAL SKPD-LIRYANDA TRANSAKSIONAL TAPD-LIRYANDA Sumber: Data Empiris 2010 BUPATI TAPD FORUM BILIK KETEK NAGARI Gambar 7.5 Relasi Aktor dalam Ragam peran Liryanda

7.4.3. Kasus Anggota DPRD Berperan Sebagai Lembaga Eksekutif

Secara kolektif, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, anggota DPRD juga memiliki peran yang beragam dalam ranah penganggaran. Peran tersebut ada yang dimainkan secara personal hingga kolektif. Dalam sub-bab ini akan dijelaskan bagaimana peran kolektif yang dimainkan secara kompak oleh hampir semua anggota DPRD lintas personal, komisi dan fraksi, terkait dengan program alokasi dana 500 juta per anggota DPRD dan Alokasi Dana Bansos. Program ini substansinya, secara teknis, DPRD meminta agar mereka diberi kesempatan membuat mengusulkan program kerja pembangunan dan peningkatan infrastruktur Jorong dan Nagari senilai Rp.500.000.000,- untuk setiap anggota DPRD, yang akan dialokasikan kepada basis utama suara atau konstituen. Di atas, telah dijelaskan, basis utama suara mereka adalah kampung halaman di mana mereka berasal. Artinya, program ini sebenarnya untuk kampung mereka, oleh karenanya terkait erat dengan OTM. Jika jumlah seluruh anggota DPRD Agam adalah 40 orang, maka jumlah keseluruhannya mencapai Rp.20.000.000.000,-. Program ini dibuat, dirancang, disusun oleh anggota DPRD kemudian dititipkan pada masing-masing SKPD sesuai bidang kerjanya. Pelaksanaannya program ini, sesungguhnya mengindikasikan Dewan Lembaga Legislatif, telah memainkan peran lembaga Eksekutif. Latar belakang usulan program ini adalah akan dilaksanakannya Pemilu pada tahun 2009, sehingga dalam pembahasan RAPBD tahun 2008 untuk belanja 2009, permintaan ini muncul dari anggota DPRD. Dapat diartikan bahwa usulan ini menjadi salah satu modal kampanye Pemilu agar mereka terpilih kembali. Upaya meloloskan usulan program ini berlangsung alot, dengan ancaman para anggota Dewan akan memboikot pembahasan RAPBD. Bagi Bupati, TAPD dan lembaga Eksekutif pada umumnya, ancaman ini cukup serius bagi mereka. Karena, jika DPRD memboikot dan tidak bersedia membahas serta mengesahkan RAPBD menjadi APBD, maka menurut aturan penganggaran Pemda akan memakai acuan APBD tahun yang lalu atau tahun 2008. Jika itu terjadi, penambahan anggaran pada Dana Perimbangan, DAK yang telah menjadi plafond Kabupaten Agam tahun 2009 akan sulit di belanjakan. Kedua, apabila pemboikotan itu terjadi, maka nama lembaga Eksekutif akan tercemar. Oleh karenanya, Bupati bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah TAPD tidak ada pilihan lain memilih jalan kompromi. Seperti ungkapan informan berikut ini; “…tiga tahun sebelumnya tahun 2005,2006 dan 2007 belum ada karena anggota dewan masih dalam pembelajaran. A kemudian nan kedua, alun taraso tekanan-tekanan dari masyarakat. Tapi lah mulai tahun ketiga, urang lah mulai gelisah, ini yang dijanjikan dulu belum juga terbangun. a jadi mulai kesal, a dia anggota dewan mulai ngotot tuh. Ambo indak namuah kalau jalan ko indak di aspal, tambah, kalau indak ambo indak namuah mengesahkan APBD ko. Bilo paralu boikot. A dia TAPD mau kompromi tuh. Liryanda Ungkapan dari petikan wawancara di atas, bukan saja lembaga Eksekutif dapat dipengaruhi oleh lembaga Legislatif dalam penganggaran, namun juga, mengindikasikan suhu politik anggaran dipengaruhi waktu atau berkenaan dengan masa jabatan anggota DPRD. Semakin mendekati masa Pemilu Lembaga Legislatif, intensitas tekanan lembaga Legislatif terhadap lembaga Eksekutif dalam masalah anggaran semakin menguat. Sesungguhnya, alokasi alokasi anggaran yang diberikan TAPD Pemda untuk Anggota DPRD Kabupaten Agam telah berjalan selama dua tahun, yakni mulai tahun 2008. Hanya saja, alokasi alokasi anggaran pada tahun 2008 hanya diberikan pada anggota DPRD yang duduk dalam Panitia Anggaran, sebagaimana ungkapan informan berikut; “Proses ikutnya anggota dewan mengalokasikan Daerah Pilihannya baru berlangsung dua periode tahun 2008 dan 2009, red.” YD, Ketua DPRD Dasar pemikiran alokasi alokasi anggaran tahun 2008 hanya diberikan pada anggota DPRD yang duduk sebagai Panggar karena, pertama, Panggar reprensentasi Fraksi dan Partai. Sehingga, walaupun diberikan kepada anggota Panggar, mereka akan mengkoordinasikannya dengan fraksi dan partai untuk pengalokasian alokasi tersebut. Kedua, menghindari defisit anggaran. Jika diberikan pada seluruh anggota dewan anggaran akan membengkak dan memicu defisit anggaran lebih besar. Defisit akan terjadi, karena alokasi alokasi tersebut akan menambah jumlah anggaran. Bukan dengan adanya alokasi itu, kemudian mengurangi plafond anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas. Namun, alokasi alokasi anggaran belanja tahun 2008 yang diberikan pada masing-masing anggota panggar tersebut, tidak pula seluruhnya di koordinasikan dengan fraksi masing-masing, sebagaimana harapan semula. Beberapa anggota Panggar, yang “berjalan sendiri” bersama temannya yang berasal dari fraksi yang sama, kemudian mengalokasi sendiri alokasi alokasi tersebut pada daerah pilihannya. Seperti ungkapan informan berikut; …contohkan begini, kita udah deal nih dengan PEMDA-TAPD kita dikasih, ada 100 juta, silahkan panitia anggaran mengalokasikan proyek 100 juta per orang, nih kita ada dua orang dari Partai, kita biasanya mengasih tahu yang lain, kasih tahu fraksi, nih 200 juta mau kita bangun apa, karena 200 juta mungkin yang penting di DAERAH PILIHAN itu. nah kawan-kawan yang lain itu saya lihat mereka nggak ngasih tahu yang lain. ada tiga orang dia disitu dapat alokasi 300 juta dia aja yang nulis usulanny, saya pernah alami itu, biasanya panitia anggaran ini dia ada sesuatu yang di rahasiakan juga ke anggota dewan yang lain, walaupun satu partai Danof. Rahasia ini lantas akhirnya terbuka, dan memicu pertengkaran di dalam fraksinya. Belajar dari kasus 2008 tersebut, maka usul agar alokasi diberikan kepada masing-masing fraksi menurut alokasi alokasi anggaran belanja 2009 yang dibahas pada tahun 2008, tidak mendapat kata sepakat dari anggota DPRD. Ketidak sepakatan usulan agar alokasi di salurkan pada fraksi masing-masing juga didasarkan atas kenyataan, bahwa partai hanya sebagai alat kendaraan politik yang kurang bermakna bagi pemilih. Masyarakat Kabupaten Agam lebih cenderung melihat calon orang ketimbang gambar atau partai dalan Pemilu. Disamping itu, perjuangan anggota Dewan dalam Pemilu dibiayai oleh pribadi tanpa dukungan partai, seperti ungkapan berikut ini; “…awalnya kita buat per fraksi. Alokasinya per fraksi 500 juta. Silahkan cari di mana program mau di usulkan. Tapi akhirnya, kawan ini-kawan ini nggak mau per fraksi. Karena, fraksi-fraksi lain itu dia perjuangannya pribadi-pribadi. Nggak partai yang memperjuangkan. Partai hanya kendaraan..500 juta itu untuk dua jalan, masin2nya 1 Km saja tidak cukup. Kadang dia satu fraksi ada 4 orang jadi panitia Anggaran”. Liryanda Maka, setelah disepakati dari internal DPRD usulan anggota Dewan yang akan diperjuangkan tim Panggar DPRD untuk masuk dalam APBD tahun anggaan 2009 adalah : a. Usulan penambahan anggaran 20 Milyar dalam APBD tahun 2009 b. Tambahan 20 M adalah untuk 40 orang anggota DPRD untuk dialokasikan pada Daerah Pilihan DAERAH PILIHAN Masing-Masing c. Masing-masing Anggota DPRD mendapat alokasi sama besar Rp. 500.000.000,- d. Usulan alokasi sebesar Rp 500. 000.000anggota DPRD tidak seluruhnya untuk kegiatan pembangunan fisik jalan, namun bisa untuk sekolah, Puskesmas, Irigasi dan sebagainya terserah anggota Dewan Penyampaian usulan anggota dewan ini sengaja dipilih waktunya sehari sebelum rapat penetapan APBD. Jika usulan mereka tidak diakomodir, maka mereka akan memboikot proses penganggaran yang meliputi pembahasan, peetapan dan pengesahan RAPBD Kabupaten Agam tahun anggaran 2009. TAPD mencoba mengakomodasi usulan anggota dewan dengan membawanya dalam rapat tim internal TAPD bersama Bupati. Hasil Rapat internal TAPD bersama Bupati memutuskan untuk mengakomodir usulan anggota Dewan. Maka, TAPD bersama Panggar DPRD, selama lima hari terhitung mulai 1 sampai 5 November 2008, mengadakan Raker Penetapan APBD Kabupaten Agam dengan agenda penyampaian usulan kegiatan anggota DPRD terkait dengan alokasi 500 juta per orang untuk anggaran 2009. Menurut Tim TAPD terdapat beberapa kendala dalam mengakomodir usulan anggota dewan dalam APBD 2009 yakni: 1 Usulan anggota Dewan yang masuk pada Tim TAPD seluruhnya atau sebahagian besar program pembangunan Fisik yang dikelola oleh dinas PU. Sementara, PU tidak memiliki dana tambahan selain DAK Rp. 8 Milyar. 2 Adanya pemecahan usulan dalam bentuk volume dan dana kecil yang menurut analisa PU tidak dapat diakomodir sesuai dengan ketentuan penggunaan dana terutama DAK. 3 Usulan bidang kesehatan juga tidak dapat dipecah dan dialihkan sesuai dengan usulan, karena tahapan perencanaan lokasi dan besaran dana untuk kegiatan kesehatan ditentukan oleh survey konsultan yang telah ditetapkan. 4 Usulan bidang pendidikan Khusus DAK hanya di alokasikan untuk bangunanrehab SD, dan telah di fotocopy daftar 125 buah SD yang akan di survey dan diusulkan untuk alokasi DAK 2009 prakiraan yang dapat dialokasikan tahun 2009 untuk 75 buah SD. 5 Adanya usulan yang tidak bisa ditampung dalam penganggaran APBD seperti untuk pembangunanrehab kantor camatwaliNagari jorongbalai pemudabalai adat atau pembangunanrahab gedung sekolah SMPSMA MDAMTITK dsb. Menurut Legilatif, usulan anggota dewan Rp. 500.000.000,- per orang bukan berarti menambah anggaran APBD tahun 2009, karena kalau itu yang dilakukan akan menambah defisit, oleh karenanya di-akomodir dalam kegiatan masing-masing SKPD dan harus sesuai dengan proporsi awalnya yakni Rp.300.000.000,- untuk kegiatan fisik Dinas PU dan Rp.200.000.000,- untuk kegiatan SKPD lainnya Rapat kemudian menghasilkan, dari Pembahasan APBD antar Panggar dengan TAPD, disepakati : a. Masing-Masing Anggota DPRD mendapat pagu Rp.500.000.000,- untuk membuat usulan dalam APBD dan dialokasikan kepada masyarakat Daerah Pilihan b. Masing-masing anggota DPRD diminta untuk membuat usulan baru untuk di akomodir dalam APBD 2009 c. Proporsi Usulan Rp. 300.000.000,- untuk kegiatan pembangunan fisik SKPD PU dan Rp. 200.000.000,- untuk kegiatan SKPD lain. Berdasarkan pembicaraan Panggar dengan TAPD disepakati bahwa masing-masing anggota DPRD membuat dan mengajukan perubahan usulan kembali sesuai dengan proporsi Rp.300.000.000,- untuk kegiatan fisik ke-PU-an dan Rp.200.000.000,- untuk kegiatan SKPD yang lainnya. Pada akhir hasil rapat, telah disepakati, bahwa usulan anggota DPRD, dengan ketentuan seperti telah dibahas, akan diakomodir dalam APBD 2009. Maka, selanjutnya, kedua belah pihak sepakat, terutama DPRD melalui Ketuanya dan TAPD melalui Bupati, mengetuk palu dan menandatangani pengesahan APBD 2009. Namun, ketika penjabaran APBD dicetak, apa yang telah disepakati bersama ternyata tidak tertulis sepenuhnya di dalam penjabaran APBD. Sebahagian ada yang hanya mendapat setengah dari usulan yang telah disepakati semula, bahkan ada anggota lembaga Legislatif yang tidak mendapatkan sama sekali alokasi tersebut. Menurut informan lembaga Eksekutif, terdapat beberapa alasan mengapa kesepakatan tersebut tidak sesuai dengan realisasinya. Beberapa telah dijelaskan di atas. Pertama, usulan tersebut banyak yang tidak memenuhi persyaratan, contohnya, tidak ada ketentuan teknis membangun atau merehab Mesjid dan gedung TK, juga pengadaaan Mobiler, namun usulan itu muncul juga, sehingga ditolak. Kedua, dari alokasi Rp. 500.000.000,-, banyak anggota memecahnya menjadi diperuntukkan untuk 10 bahkan 15 kegiatan. Sehingga, alokasi dana terfragmentasi dan pertanggung jawaban dananya menjadi sulit. Ketiga, banyak usulan yang sudah di rehab pada tahun 2008. Terakhir, keputusan untuk realisasi alokasi tersebut tergantung pada dana yang tersedia dan SKPD yang bersangkutan. Menurut anggota Dewan, tidak terealisasinya alokasi dana oleh DPRD sesuai dengan yang telah disepakati sebesar Rp. 500.000.000,- merupakan bagian dari strategi lembaga Eksekutif dan ini bukan pertama sekali terjadi. Kesepakatan alokasi dana Rp.500.000.000,- untuk DPRD tercapai, terutama disetujui oleh Lembaga Eksekutif karena mengejar tenggat waktu pengesahan APBD. “..inyo takaja dek wakatu ma itu mangkonyo setuju. Disamping itu, Kabupaten Agam ini kan sering mendapat pernghargaan dari pusat karena pembahasan, pentapan dan pengesahan APBDnya selalu tepat waktu. Biasanya, mereka Bupati mendapat pernghargaan, salah satu insentif tambahan dana 4 Milyar..” Danof Kekecewaan anggota Dewan tersebut akan mendapat tempat untuk di “tumpahkan” pada pembahasan APBD tahun selanjutnya. Dan, biasanya perundingan-perundingan dan strategi baru telah disiapkan oleh kedua belah pihak untuk pertemuan tersebut.

7.4.4. Kasus Ragam Permainan Peran Lembaga Eksekutif, Pembangunan Sport Centre