Kasus Ragam Permainan Peran Lembaga Eksekutif, Pembangunan Sport Centre

7.4.4. Kasus Ragam Permainan Peran Lembaga Eksekutif, Pembangunan Sport Centre

Salah satu contoh kasus manuver Lembaga Eksekutif dalam Penganggaran adalah pembangunan Sport Centre di Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam. 59 Program Pembangunan Sport Centre ini adalah pembangunan pusat Gelanggang Olahraga lengkap cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan, baik pada tingkat nasional maupun, internasional. Seperti terdiri dari Stadion Sepakbola dan Atletik, Gedung Olahraga tertutup lapangan Bulutangtangkis, Basket, Voli. Kolam Renang, seluruhnya standar Nasional. Program pembangunan Sport Centre memakan biaya 60 milyar, yang dilaksanakan dalam jangka 3 tiga tahun terhitung mulai tahun 2007 sd 2009. Program pembangunan sport centre ini dilakukan dalam rangka menyambut Pekan Olah Raga Provinsi di Sumatera Barat POR PROV tahun 2010. Pertimbangan Bupati membangun Sport Centre ini, karena di Kabupaten Agam belum ada sarana olah raga lengkap, yang terstandarisasi, dan terpusat. POR Provinsi adalah pertandingan olah raga, yang terkandung didalamnya parawisata. Bagi Bupati, jika terbangunnya Sport Centre , akan menjadi “beranda depan” atau “ruang tamu” bagi Kabupaten Agam. Dalam perencanaan awalnya, pembiayaan pembangunan Sport Centre ini dibiayai oleh pemerintah pusat. Pemda Kabupaten Agam hanya menyediakan dana pendamping saja. Namun, pada pembahasan RAPBD untuk tahun anggaran 2007, pembangunan Sport Centre ini menjadi prioritas program Bupati, di mana pembangunannya murni dibiayai oleh APBD Kabupaten Agam. Rencana ini 59 Hasil wawancara bersama Asisten III, menginformasikan fakta versi PEMDA seputar program Sport Centre. Pertama, bahwa Idealnya sebuah Kabupaten memiliki sarana untuk pertandingan Olah Raga yang terpusat. Gelanggang Olah Raga yang ada saat ini belum sesuai dengan standar Provinsi sekalipun. Sebenarnya, dulu sebelum terjadi pemekaran wilayah, Kabupaten Agam telah memiliki sarana ini, yakni terletak di pusat dan pinggiran kota Bukittinggi. Kota Bukittinggi saat itu merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Agam dan menjadi ibukota kabupatennya. Namun, ketika pemekaran wilayah terjadi, di mana Bukitinggi menjadi Kotamadya tersendiri, memisahkan diri dari Kabupaten Agam. Pusat Gelanggang Pertandingan Olah Raga tersebut masuk wilayah Komadya Bukittinggi. Jadi, program pembangunan Sport Centre itu, disamping untuk menyambut POR Prov. juga dalam rangka mengganti pusat Gelanggang Pertandingan Olah Raga yang telah menjadi milik PEMDA Kotamadya Bukittinggi tersebut. Kedua, semula pembiayaan Sport Centre ini berasal dari dana Hibah Pemerintah Pusat, namun, batal karena dialihkan untuk penanggulangan Gempa tahun 2006. Sehingga, program tersebut kemudian di alihkan pendanaanya melalui APBD. mendapat penolakan sebahagian dari anggota DPRD Kabupaten Agam. Ketika program rencana pembangunan Sport Centre ini dibicarakan dalam tingkat paripurna, hasil pembahasan menunjukkan, seluruh anggota DPRD hasil DAERAH PILIHAN I. 60 menyetujui pembangunan Sport Centre tersebut, seluruhnya berjumlah 10 orang dari 40 orang anggota DPRD terpilih. Persetujuan anggota DPRD Daerah Pilihan I, seperti telah dijelaskan pada bab V, karena akan mendapat keuntungan secara langsung adalah kecamatan-kecamatan yang berada dalam Daerah Pilihan I, yakni Lubuk Basung, Tanjung Mutiara dan IV Nagari. Bagi mereka, ada pembangunan di kampung mereka. Banyak lahan kemudian terbuka, dengan dibangunnya jalan-jalan baru, harga tanah pun menjadi meningkat. Pembangunan Sport Centre juga diiringi dengan pembangunan infrastruktur pendukung lain, seperti pusat-pusat perdagangan, kesehatan, penginapan dan lain sebagainya. Namun, karena hanya Daerah Pilihan I saja yang mendukung, yang hanya berjumlah 10 orang, sisa 30 lainnya anggota DPRD tidak mendukung, maka keputusan DPRD adalah tidak setuju, seperti ungkapan informan berikut; “…ada juga yang kita “cancel” gitu kan. Pernah kita membatalkan, ini pengalama n ya, membatalkan “sport centre”. Kan Agam ini mau membangun sport centre ini. itukan anggarannya multi year kan, sejak tahun 2007 kalau nggak salah itu udah mulai dihitung mendekati sekitar 60 milyar lah memang multi year lah kan. itu kita coret dan kita anggap nggak penting, Danof Alasan penolakan DPRD Kabupaten Agam, adalah pertama hanya untuk Pekan Olah Raga Provinsi yang berlangsung kurang lebih dua pekan tersebut, Kabupaten Agam harus mengeluarkan biaya yang besar dan membebani APBD selama tiga tahun, seperti ungkapan informan berikut; “…Inyo Pekan Olahraga Provinsi ko hanya limo baleh hari nyo, manga awak mengeluarkan piti sabanyak tu? tigo tahun lo tu. Lai ka masuak aka tu? HT, DA, PS.B, YD, DPRD KABUPATEN AGAM 60 Daerah Pilihan I satu adalah kecamatan, Lubuk Basung, IV Nagari dan Tanjung Mutiara. Kedua, setelah itu, perawatan Sport Centre kedepan juga membutuhkan dana APBD yang besar pula setiap tahunnya. Sedangkan yang ada saat ini, banyak gedung yang telah di bangun Pemda Kabupaten Agam tidak terawat. “…yang pertama dulu alasannya, banyak pembangunan yang namanya aula tidak termanfaatkan. Dibangun kemudian di biarkan. di Manggopoh itu dulu bekas MTQ mubazir, buang-buang aja, disamping disainnya itu nggak betul. a ini masalah disain ini memperngaruhi juga nantikan DA, Panggar Ketiga, alasan penolakan DPRD Kabupaten Agam adalah bahwa Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Agam relatif kecil, hanya sekitar 14 Milyar Rupiah pada tahun 2007, dan 20 Milyar Rupiah pada tahun 2009. Pada tahun 2009, APBD Kabupaten Agam adalah sebesar 400 Milyar Rupiah. Artinya, sekitar 95 persen sumber APBD berasal dari Pemerintah Pusat. Dana ini belum termasuk dana Dekonsentrasi Dana Dekon yang penyalurannya melalui SKPD- SKPD Pemerintah Provinsi dan Dana Tugas Pembantuan Dana TP yang penyaluran berasal dari Kementrian Lembaga Pemerintah Pusat yang tidak tercantum masuk APBD. 61 Itupun, hampir 75 persen dana APBD telah terpakai untuk membayar gaji Pegawai Pemda atau belanja pegawai. Oleh karenanya, menurut hemat DPRD, sebaiknya rencana alokasi pembangunan Sport Centre tersebut di pakai untuk program pembangunan yang dapat berdampak langsung pada masyarakat dan peningkatan PAD. Keempat, alasan ketidak setujuan DPRD juga di picu dari RAB Rencana Anggaran Biaya yang beraroma mark-up dan nuansa penyimpangan anggaran. Salah satunya yang jelas terlihat adalah biaya ganti rugi tanah yang akan menjadi areal Sport Centre. “…Kami tidak setuju, termasuk penggantian tanah. Kami tidak setuju mambali bukik tu lai…pasaran harago tanah tu Rp. 5.000,-meter2. di bali dengan harago Rp.15.000,- Meter2, lah manyalahi katantuan…” HT, Komisi C 62 “…kami sebagai anggota Dewan dulunya tidak menyetujui. Sebab kalau Sport Centre di buek di Lubuk Basuang untuk kepentingan 61 Penyaluran Kedua Dana ini, dana Dekon dan dana TP, Pemda hanya sebagai pelaksana, dan menyediakan dana pendamping sebesar 10 persen. 62 informasi yang sama juga di sampaikan oleh PS.B, YD, DA dalam isi wawancara dengan mereka di tempat dan waktu terpisah. Pekan Olah Raga Provinsi, itu kan sifatnya sementara. GOR Agus Salim berada di Padang, ibu kota Provinsi Sumatera Barat, red yang milik Provinsi tidak bermanfaat. Lai ka mungkin urang Baso pergi berenang ke Lubuk Basuang? Tidak kan mungkin. Kalau urang Lubuak Basuang lebih suka baranang di batang Antokan. Kami Tidak setuju.” HT, Komisi C 63 Anggota Dewan menyarankan, untuk mengembangkan GOR yang ada, sehingga dananya dapat di tekan. Namun, penolakan dan pencoretan rencana program pembangunan Sport Centre tersebut mendapat reaksi, terutama dari masyarakat yang berdomisili di Lubuk Basung. Berbagai unsur masyarakat tersebut melakukan demonstrasi, dan berujung pada penyanderaan anggota DPRD yang sedang bekerja di Gedung DPRD Kabupaten Agam. Para anggota Dewan tidak dibolehkan ke luar atau pulang dari Gedung tersebut. seperti ungkapan informan berikut ini; “… demo orang disitukan. Orang lubuk basung kan… Demo ke DPRD. Termasuk kita nggak setuju membeli tanah untuk sport centre. di Sandra anggota dewan ni. he he he Disandra DA, Panggar. Reaksi dari berbagai unsur masyarakat yang berdiam di Lubuk Basung sekitarnya berpangkal dari berbagai kepentingan. Bagi masyarakat Lubuk Basung sekitarnya, pembangunan Sport Centre adalah berkah, karena akan mempengaruhi perubahan ekonomi, seperti harga tanah meningkat harganya dan terbukanya kampung mereka karena jalan-jalan baru. 64 Bagi kontraktor, pekerjaan tersebut sebuah kontrak besar dengan masa yang panjang pula. Secara faktual, berbagai kepentingan tersebut, yang melatar belakangi demontrasi penduduk Lubuk Basung yang berujung pada penyanderaan anggota DPRD. Akhirnya, setelah melalui mediasi, DPRD Kabupaten Agam tidak mencoret program pembangunan Sport Centre tersebut dari APBD Kabupaten Agam tahun anggaran 2007. 63 hasil wawancara dengan Substansi yang sama juga ada pada Wawancara PA.Bandaro, Yandril DPRD, Dt. Nawardi Asa Sipado. 6464 Pada saat penelitian ini di lakukan, di akhir tahun 2009 dan awal tahun 2010, harga tanah telah mencapai Rp.300.000 per meter perseginya, dan Rp.100.000,- meter perseginya untuk lahan perbukitan di sekitar Sport Centre yang memiliki luas sekita 10 Ha. Bandingkan dengan harga sebelumnya yang hanya Rp.5.000,- per meter persegi. pada tahun 2007. “….Pastinya nggak tahu juga ya pak. cuman di sinyalir ada beberapa kepentingan. kepentingan bupati juga..ini disinyalir pak kita nggak bisa pastikan, kontraktor tentu iya juga. Masyarakat sekitar yang tanahnya akan dipakai juga. makanya, ketika demo itu memang ramai masyarakat lubuk basung sekitarnya. Sampai akhirnya di setujui. tekanan itu kan. nah ini tentang pembangunan sport centre. a itu mungkin semacam anu ya tekanan untuk membuat anggaran gitu ya. “ DA, Panggar “…Sampai anggota Dewan di demo, tantu takut kami keselamatan kami. Sehingga, kami pindah berkantor dan rapat di Bukittinggi. HT, Komisi C Sesungguhnya DPRD Kabupaten Agam menolak pembangunan Sport Centre tersebut berkaitan dengan persaingan anggaran, di mana anggaran layaknya sebuah bejana berhubungan. 65 Prinsipnya, dengan metafora bejana berhubungan tersebut, apabila pihak tertentu mendapat porsi anggaran yang lebih besar, maka akan mengurangi porsi anggaran pihak lain. Sebab, jumlah anggaran tetap. Anggota DPRD Kabupaten Agam sangat perduli dengan jumlah belanja dan alokasi anggaran. Sebab, bagi anggota DPRD jumlah anggaran dan alokasi berpengaruh pada daerah pilihan dan merupakan investasi bagi terpilihnya mereka untuk masa jabatan periode selanjutnya. Motif ini menjadikan pembahasan APBD sebagai ajang perebutan alokasi anggaran. Jika sekitar 70 persen anggaran telah terpakai untuk belanja pegawai, maka yang diharapkan untuk program pembangunan, utamanya fisik, adalah 30 persen sisanya. Hal ini, belum termasuk honor, pajak dan keuntungan pihak ketiga. Jika di asumsikan, sisa anggaran yang dapat dialokasikan untuk program pembangunan 20 persen dan jumlah APBD sebesar 400 Milyar, maka jumlahnya kurang dari 100 Milyar rupiah. Jumlah ini, jika dikurangi untuk pembangunan Sport Centre 25 Milyar per-tahun-nya, maka sisa belanja publik itu menjadi semakin sedikit dan semakin sedikit pula alokasi untuk daerah pilihan. 65 Saya teringat pelajaran SMP dulu, tentang pelajaran bejana berhubungan ini. di mana dua bejana atau lebih terhubung dengan pipa gelas antar masing-masing bejana. Hukumnya adalah, apabila terjadi perubahan gaya, seperti posisi bejana di miringkan ke posisi yang lain akan berakibat pada isi bejana yang lain. Prinsipnya dengan perubahan kemiringan, akan menyebabkan isi bejana mengalir ke tempat yang leboh rendah, dan mengurangi isi bejana yang lebih tinggi.

BAB VIII KONTESTASI OTM DAN BP DALAM PERENCANAAN DAN

PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN PEDESAAN Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana praktik dan persaingan yang terjadi dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran APBD di Kabupaten Agam yang menyebabkan tersingkirnya kebutuhan petani yang telah dihasilkan dari proses Musrenbang Jorong. Dalam ranah perencanaan, panduan analisisnya adalah alur perencanaan dan penganggaran menurut UU No.172003 dan UU No.252004 Luhiwono 2010 sebagai mana yang telah dijelaskan pada Bab II. Pertanyaan analitis untuk ranah perencanaan adalah apakah partisipasi bersifat semu, manipulatif dan sarat dengan kepentingan politis, dimonopoli oleh elite dan birokasi pemerintah Widowati 2007; Sudjito 2008; Syukry 2008; Marbyanto 2008; Sopanah 2011, sehingga APBD disusun secara oligarkhis tidak tersentuh partisipasi masyarakat berikut kebutuhan mereka. Dalam ranah penganggaran, menggunakan panduan analisis apakah BP merespon semua tekanan yang diberikan DPRD dalam proses penganggaran dan membuat kebijakan publik, kemudian berakibat pada berubahnya jumlah anggaran dan distribusi anggaran? Apakah hubungan eksekutif dan DPRD bersifat transaksional sehingga menitipkan program transaksionalnya pada SKPD Faulina et.al. 2010? Apakah legislatif lebih cenderung memperjuangkan usulan program prasarana, karena lebih mudah menjadi bukti pemenuhan janji kepada pemilihnya Keefer and Khemani 2003? Apakah proses penyusunan APBD ini tidak terkait di antara ranah perencanaan Musrenbang dengan penganggaran Sudjito 2008? dan pada akhirnya, apakah dalam praktiknya, baik ranah perencanaan maupun ranah penganggaran, para aktor pelaku dipengaruhi OTM Navis 1984; Naim 1984; Pelly 1984; Manan, 1995; Hadler, 2010 ?.

8.1. Tersingkirnya Kebutuhan Petani Pada Musrenbang Berjenjang

Menurut Luwihono 2010, 1 pelaksanaan siklus penyusunan rutin tahunan APBD terdiri dari dua ranah yang mencakup proses perencanaan dan 1 Slamet Luwihono, 2010. Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif, FPPM dan Ford Foundation.