yang dipangkas itu adalah program-program belanja tidak langsung seperti Intervensi budgeting DPRD tersebut dilakukan dalam rangka memaksa

Acok juo ado program yang menurut kami tidak masuk akal. Ya sekedar cari-cari proyek, sekedar cari uang saja dia di sana. Seperti nan pernah ambo caliak, salah satu dinas yang salah satu program kerjanya pemberdayaan anak-anak terlantar dengan diberi pelatihan. Tapi pelatihannyo apo indak jaleh, anggarannyo pun Cuma limo baleh juta. A, menurut angku ka mungkin program tu dilakukan. Dima ado anak terlantar di Lubuak basuang ko? a, coret. informan HT Kumpulan hasil dari asisten seluruh RKA-SKPD, seperti Badan dan Dinas yang dikompilasi menjadi RAPBD kemudian di serahkan kepada DPRD untuk mempelajari dan selanjutnya bersama TAPD membahasnya. Sebelum dibahas bersama TAPD, DPRD mempelajari isi RAPBD dengan cara RKA-RKA SKPD di pilah-pilah dan di serahkan kepada komisi-komisi untuk dipelajari sesuai dengan mitrakerjanya. Bilamana dianggap perlu, komisi memanggil mitra kerjanya untuk melakukan presentasi RKA. Perhatian utama disini difokuskan pada berapa perjalanan dinas, program, belanja operasional, seperti ungkapan informan berikut ini; Kalau kemarin RAPBD itu kan udah ada rincian penggunaannya tiap anggaran. Belanja operasional berapa, itu yang mereka check. Bahkan ada yang jeli anggota dewan itu, mereka hitung semua, Misalnya ATK atau perjalanan dinas yang sering mereka sorot. seperti Persentase perjalanan Dinas Pendidikan itu paling besar di Kabupaten Agam, informan HD, TAPD Ungkapan informan di atas menunjukkan pendapat Marbyanto 2009, bahwa dalam relasi eksekutif-legislatif, intervensi budgeting legislatif sangat kuat terhadap anggaran eksekutif karena dianggap eksekutif berlaku oportun dengan memaksimalkan anggarannya Johnson, 1994. Namun, perlu diberi catatan disini bahwa kuatnya intervensi tersebut memiliki dua tujuan utama, yaitu:

1. yang dipangkas itu adalah program-program belanja tidak langsung seperti

di antaranya belanja pengadaan barang ATK, perjalanan Dinas, uang rapat, dan honor. Hasil pemangkasan program-program SKPD-SKPD tersebut, kemudian dikumpulkan menjadi program belanja langsung pembangunan, peningkatan dan rehabilitas prasarana yang kemudian diperebutkan penempatannya oleh anggota Legislatif.

2. Intervensi budgeting DPRD tersebut dilakukan dalam rangka memaksa

dinas untuk mau terlibat dalam hubungan transaksional, misalnya pelaksanaan anggaran pada kampung, Nagari dan yang menjadi basis perolehan suarannya. Sebagaimana akan dijelaskan dalam bab selanjutnya, bahwa basis suara anggota Legislatif adalah Jorong dan Nagari. Distribusi anggota DPRD tidak merata pada seluruh Nagari, terdapat dua anggota DPRD dalam satu Nagari. Sehingga, akibat dari intervensi budgeting DPRD dalam rangka bertujuan “memaksa” SKPD menempatkan program pada basis suaranya, anggaran belanja menjadi tidak terdistribusi dengan adil dan merata, menumpuk hanya pada daerah yang memiliki anggota DPRD saja, sehingga tidak berdasarkan kebijakan umum anggaran, bahkan menyimpang dari renstra SKPD. Perhatian lainnya dari Legislatif ketika membahas RAPBD adalah lokasi penempatan pembangunan fisik yang dikerjakan oleh Dinas PU, mencakup pekerjaan fisik apa saja yang dibangun, di tingkatkan upgrading dan direhabilitasi. Di mana saja program tersebut di laksanakan, di Kecamatan mana, di Nagari dan Jorong mana saja program di tempatkan, sebagai mana ungkapan informan berikut ini; Kalau DPRD yang sekarang banyak melihat, kalau pekerjaan fisik di mana-mana saja. Lokasinya di Kecamatan apa saja. RH, HD, NR, Perebutan penempatan program pembangunan, peningkatan serta rehabilitasi Dinas PU, bagi anggota DPRD sangat penting artinya, karena berkenaan dengan kontrak politik. Secara implisitmaupun eksplisit, ketika OTM bersepakat untuk memberikan suara mereka pada anggota DPR terdapat imbalan yang mesti diberikan. Pada umumnya, imbalan yang merupakan bagian dari kontrak politik tersebut adalah agar dapat memperjuangkan Jorong kampuang dan Nagari untuk mendapatkan alokasi anggaran APBD untuk prasarana fisik Nagari, terutama, jalan, jembatan dan pengairan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya. Anggota DPRD mengerti bahwa jika berhasil memperjuangkan alokasi anggaran untuk membangun prasarana Nagari, telah menjadikan harapan bagi mereka untuk terpilih kembali di priode mendatang, seperti ungkapan informan berikut ini; “ contoh, kitakan daerah pemilihan ini, …berarti membangun daerah ini untuk kita maju pada pemilu berikutnya itu udah tidak susah lagi. saya yang membagunkan jalan ini, mengaspal gitu kan, tinggal ngomong aja lagi kan. a biasanya itu ributnya di panitia anggaran ini informan Danof . Dari ungkapan informan di atas, menunjukkan bahwa dinamika persaingan penempatan lokasi pembangunan fisik, baik di antara sesama Legislatif, antar sesama eksekutif, maupun di antara Legislatif dan eksekutif, paling gigih terjadi dalam tahap pembahasan RAPBD. Hal ini disebabkan, anggaran mendekati tahap pengesahan. Ketika proses persaingan terjadi, dalam pembahasan RAPBD, tentu ada program yang menang sehingga menjadi bagian dari APBD, dan terdapat pula program-program yang tersingkir. Umumnya yang duluan tergeser atau tersingkir adalah usulan hasil Murenbang, seperti ungkapan informan berikut ini; “ Nah, pada saat inilah yang agak anu nih, udah masuk kepentingan- kepentingan disini, soalnya udah ¾ matang…pada saat ini dokumen hasil Musrenbang, dokumen RKPD nggak berlaku. Mungkin persentasenya ada ya, tapi ya paling di bawah 25 .. ada malah yang tid ak ada“ RH TAPD Kabupaten Agam Dari ungkapan informan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketika konstestasi pembahasan APBD menjadi sangat dinamis, maka yang pertama dikorbankan adalah program-program yang dihasilkan melalui Musrenbang. Dengan demikian, pada pertanyaan mengapa alokasi anggaran untuk kepentingan Petani dan pertanian minimal, karena bukan saja tersingkir dalam ranah perencanaan, pada ranah penganggaran pun akan tersingkir pula apa yang dihasilkan oleh rakyat melalui Musrenbang. Namun, tentu saja tidak seluruhnya hasil Musrenbang tersebut tersingkir. Dengan demikian pendapat Sudjito 2008 dapat ditolak, bahwa ranah perencanaan dan penganggaran tidak terkait, menyambung connecting penyusunan, pembahasan dan penetapan APBD dilakukan secara oligarkhis. Pada kajian, bukti empiris menunjukkan, bahwa masih terdapat sisa program usulan Musrenbang Kecamatan yang diakomodir oleh APBD, informan TAPD menyebutkan masing-masing satu usulan program setiap hasil Musrenbang akan masuk dalam APBD. Informan TAPD yang lain, seperti uangkapan di atas menyebutkan kurang dari 25 persen. Kedua informasi tersebut menunjukkan adanya keterkaitan di antara dua ranah tersebut. Kemudian, di Kabupaten Agam tidak terdapat bukti empiris bahwa RAPBD disusun, di bahas dan ditetapkan secara oligarkhis. Tersingkirnya hasil Musrenbang disebabkan oleh dinamisnya persaingan bukan oleh cara-cara otoritarian di antara sesama Legislatif, sesama Eksekutif, maupun di antara Legislatif dan Eksekutif. Di samping itu, masuknya program-program baru yang dibawa oleh Legislatif dalam pembahasan RAPBD bersumber dari OTM yang mewakili masyarakat Jorong dan Nagari. Bagi anggota Legislatif, sebagai mana telah dijelaskan sebelumnya, justru hasil Musrenbang Kecamatan dan Kabupaten dihasilkan melalui kompromis elitis. Sehingga, legislatif cenderung mengabaikan hasil Musrenbang dalam proses pembahasan RAPBD. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, eksekutif dalam hal in TAPD dalam membahas RAPBD bersama Legislatif memiliki beberapa strategi. Salah satu upaya eksekutif tersebut adalah memberi “jatah” masing-masing anggota Banggar Badan Anggaran DPRD dengan azas transaksional untuk tujuan agar dimudahkan pembahasan APBD mereka, seperti ungkapan informan berikut ini; contohkan begini, kita udah deal nih dengan PEMDA-TAPD kita dikasih, kalau bisa ini nggak disampaikan ya, ada 100 juta, silahkan panitia anggaran mengalokasikan proyek 100 juta per orang, nih kita ada dua orang dari PARTAI, kita biasanya mengasih tahu yang lain, kasih tahu fraksi, nih 200 juta mau kita bangun apa, karena 200 juta mungkin yang penting di DAPIL itu. nah kawan-kawan yang lain itu saya lihat mereka nggak ngasih tahu yang lain. ada tiga orang dia disitu dapat jatah 300 juta dia aja yang nulis usulannya DA. DPRD Ungkapan informan di atas membuktikan bahwa terdapat “jatah” untuk Banggar DPRD masing-masingnya 100 juta. Jka jumlah Banggar ditambah Ketua dan dua orang wakil ketua DPRD, maka jumlah keseluruhan adalah 13 orang dengan nilai mata anggaran 1,3 Milyar. Jatah ini telah menjadi rutin setiap tahunnya. Dinamika persaingan perebutan alokasi anggaran bersifat personal, cenderung mengabaikan kepentingan partai. Terhadap tingginya suhu persaingan, beberapa upaya kompromi 49 transaksional telah diupayakan, seperti melonggarkan alokasi anggaran DPRD, memberi alokasi anggaran Rp.100 Juta kepada masing Banggar DPRD untuk dialokasikan pada daerah tertentu dengan program bersifat bebas. 50 Ikut mengalokasikan dana Bansos Bantuan Sosial yang merupakan pos bantuan pemerintah daerah. 51 Selain itu, mendistribusikan pembangunan fisik, berbagai SKPD, 52 secara merata di Dapil anggota DPRD. Di samping upaya kompromi tersebut, beberapa titipan program anggota DPRD pada SKPD, sebagaimana telah dijelaskan di atas, turut menjadi bagian dinamika persaingan pembahasan RAPBD. Sehingga, anggaran belanja mengalami perubahan. Bukti-bukti pendukung, dinamika persaingan mencakup sengketa, bersaing, saling dukung, kental dengan nuansa hubungan transaksional tersebut dapat dicari bukt inya dengan melihat anggaran yang telah di “jatah” dalam KUA-PPAS kemudian bertambah cukup menyolok pada alokasi anggaran APBD, seperti yang terlihat dalam tabel berikut; Tabel 8.16. Perbandingan Jumlah Belanja Langsung KUA- PPAS Dengan APBD, Pada Lima SKPD Tahun Anggaran 2009 dalam juta rupiah No SKPD Plafon Anggaran KUA-PPAS Anggaran APBD Perbandingan Kolom 4-3=5 Ket 1 2 3 4 5 6 1 Dinas Pekerjaan Umum 43.278 81.675 38.397 Naik 2 Dinas Pendidikan 31.758 53 54.102 54 23.606 Naik 3 Dinas Kesehatan 15.757 16.495 737 Naik 4 Set.DPRD 8.590 10.115 1.525 Naik 5 Dinas Pertanian 2.238 7.962 5.724 naik Sumber : APBD, KUA-PPAS, Kabupaten Agam, Tahun 2009 Diolah 49 Hasil wawancara dengan Banggar, TAPD 50 Bisa rehabilitasi jalan, jembatan, atau program apa saja yang diusulkan anggota Banggar. 51 Jumlahnya bervarian, mulai dari Rp.20 juta setiap anggota DPRD, hingga Rp.60 Juta untuk ketua dan wakil ketua. 52 Misalnya, Dinas Pendidikan, membangun sekolah atau rehabilitasi gedung, Dinas PU, pembangunan, rehabilitasi, peningkatan jalan dan jembatan. 53 tidak termasuk anggaran penyelenggaran sekolah Dana Alokasi Umum 54 termasuk anggaran penyelenggaraan sekolah Dana Alokasi Umum Tabel 8.16. di atas memperlihatkan penambahan anggaran keseluruhan anggaran SKPD naik secara menyolok, selisih penambahan di antara KUA-PPAS dengan APBD di antara nya merupakan program usulan yang “naik” selama proses pembahasan APBD terjadi, oleh karenanya, penambahan program tersebut tidak berasal dari Musrenbang perencanaan Partisipatif. Kenaikan tertinggi terletak pada SKPD Dinas Pekerjaan Umum, yang menjadi primadona perebutan Legislatif. Sedangkan anggaran terendah diberikan pada Dinas Pertanian, sebuah kenyataan Pertanian bukan merupakan prioritas atau primadona bagi eksekutif dan legislatif di Kabupaten Agam.. 55 Dalam Tabel 8.17. diperlihatkan bahwa anggaran belanja untuk pembangunan jalan yang terletak di dalam Nagari prasarana Nagari yang berasal dari Dana Alokasi Umum DAU umumnya tidak berasal dari usulan program hasil Musrenbang Kecamatan. Menurut informan Nirman 56 seluruh program tersebut berasal dari manuver kolektif anggota DPRD menjelang berlangsungnya PEMILU 2009. Fenomena ini dapat ditafsirkan bahwa Anggaran Negara APBD dibelanjakan untuk “kampanye” DPRD untukmemenangkan Pemilu di kampung dan Nagarinya, dan terpilih kembali menjadi anggota DPRD, seperti yang terlihat dalam tabel berikut; Tabel 8.17. Perbandingan Hasil Musrenbang Kecamatan 2008, Dengan Peraturan Bupati No.63. Tahun 2008 Tentang Penjabaran APBD Thn. Anggaran 2000 Untuk Pembangunan Jalan DAU No ProgramKegiatan Anggaran Juta Rp Lokasi Kecamatan Hasil Musrenbang Kecamatan Ya Tidak 1 Jalan Lingkar Sei.Cubadak 200 Tabek Panjang, Tidak 2 Padang Kunyik-Balau 100 Kamang Magek - 3 Jl.Padang Tonga-Padang Tonga 200 Manggopoh - 4 Jl.Pasir Paneh, Batang Tiku 250 Tiku Selatan - 5 Jalan Alahan Anggang Palembayan 115 Palembayan Tidak 6 Pembukaan Jalan Baru antara Jorong Koto Tinggi-Koto Baru 100 II Koto, Tanjung Raya Tidak 7 Jl.Cimpago, Limo Badak 150 Malalak Timur - 8 Jl.Koto Baru-Koto Marapak, 150 Tigo Kampuang, Baso Tidak 55 Lihat Penjabaran APBD Kabupaten Agam mulai dari 2007. 56 Bukan nama sebenarnya 9 Simpang Paraman Tali-Tali Bancah 200 Lb.Basung - 10 Pembukaan Jl.Lingkar IPDN 150 Baso Tidak 11 sungai Lingkuang-Kubu Anau 100 Manggopoh - 12 Jl.Koto Hilalang-III Suku, IV Anggkek 100 IV Angkek Tidak 13 Simp.Rumah Gadang-XII Kampuang 100 Tidak 14 Jl.Simp.Rambai-Kp.Rambai 180 Luncuran 2008 15 Jl.Pasar Tiku-TPI HotMix 300 Luncuran 2008 16 Padang Tui-Batas Pariaman HotMix 800 Luncruran 2008 Sumber : Data diolah dari Hasil Musrenbang Kecamatan dan Penjabaran APBD, Tahun 2009 Pada Tabel 8.18. memperlihatkan hanya satu program pembangunan prasarana Nagari untuk pengerasan jalan dan Cor Beton yang merupakan hasil Musrenbang Kecamatan, yakni pada Cor Beton jalan Data Baringin yang terletak di Kecamatan Palembayan. Sedangkan selebihnya merupakan program tidak berasal dari Musrenbang RKPD, tidak terdapat dalam Renja dan RKA-SKPD. Program ini, menurut informan merupakan hasil manuver kolektif DPRD dalam menyambut Pemilu 2009, yang “naik di jalan” ketika RAPBD dibahas, lebih lanjut lihat Tabel berikut Tabel 8.18. Perbandingan Hasil Musrenbang Kecamatan 2008, Dengan Peraturan Bupati No.63. Tahun 2008 Tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2009 Untuk Pengerasan Jalan dan Cor Beton DAU No ProgramKegiatan Anggaran Juta Rp Lokasi Kecamatan Hasil Musrenbang Kecamatan Ya Tidak 1 Parit Rantang-Koto Panampung 100 Lb.Basung Tidak 2 Kt.Manampung-Sangkir 100 Lb.Basung Tidak 3 Kt.Panjang-Cegek 50 Kamang Hilir Lanjutan 2008 4 Uba-koto Tangah 50 Tilkam Lanjutan 2008 5 Jorong Subarang Balingka 200 Balingka Tidak 6 Cor Beton Jl.Data Baringin 50 Palembayan Ya 7 Cor Beton Gurun Simp.4Bukik Batabuah 50 Canduang Tida 8 Aspal Air Tabik-Simp.Malayu 100 Baso Tidak 9 Cor Beton Jl.Mkb-Lb.Aur 100 Candung Tidak 10 Paambek-Lambah, koto Panjang 200 IV Koto Tidak 11 Lingkung SMP I TIku 50 Tiku Selatan Tidak 12 Cor Pdg Luar-Blkg Puskesmas 100 Banuhampu Tidak 13 Cor Jl.Taruko-Sutijo, Koto Gadang 100 IV Koto Tidak 14 Cor Panti-kot-SMP-Parit Lidah-Koto Tuo- Balai Gurah 200 IV Angkek Tidak 15 Lingkung SMP6-Dam Sikucing 100 Lb Basuang Tidak 16 Ampu Silayang Hilir, Parik Jorong 100 Lb.Basung Tidak 17 Lingkung Pulai 100 Kamang Mage Tidak 18 simp. Batas Kota-Kaluang, Gadut 100 Tilkam Tidak 19 Lingkar Tapian Kandih 400 Tidak 20 Cor Jalan Jr.Ikua-Simp.Afkir, Tjg.Sani 100 Tj.Sani Tidak 21 Cor Jl.hilir bungo pakan, komar 100 Simp.Pulai Tidak 22 Cor.Sei Talang-Kambing 100 Gadut Tidak 23 Cor.beton jl Lngkun Simp.Balai-Surai Baringin 100 IV Angkek Tidak 24 Cor Lawang Tuo-Simp.Paparangan 100 Matur Tidak 25 Pngecoran Jl.Relai Ketaping Lawang 100 Matur Tidak 26 Cor Beton Lingkung Pili-Rimbo Laweh 200 IV Nagari Tidak Jumlah 3.050 Sumber: Data diolah dari Hasil Musrenbang Kecamatan dan Penjabaran APBD Tahun 2009 Hal yang sama juga terlihat dalam program pembangunan prasarana Nagari untuk kategori rehabilitasi dan peningkatan jaringan pengairan yang bersumber pada dana alokasi umum, seperti yang terlihat pada tabel 8.19 hanya satu program yang diakomodir dari hasil Musrenbang Kecamatan. Dari program tersebut, terdapat satu Kecamatan, yakni Kec.IV Angkek yang mendapat dua program. Kecamatan merupakan kampung halaman informan DPRD. Menurut yang bersangkutan, kedua usula n terutama program no.2 merupakan “hasil perjuangan” beliau ketika pembahasan RAPBD berlangsung. Lihat tabel berikut Tabel 8.19 Perbandingan Hasil Musrenbang Kecamatan 2008, Dengan Peraturan Bupati No.63. Tahun 2008 Tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2009, Untuk Rehabilitasi Jaringan Pengairan DAU No ProgramKegiatan Anggaran Juta Rp Lokasi Kecamatan Hasil Musrenbang Kecamatan YaTidak 1 D.I. Bandar Baru, Limo Suku 100 Sungai Puar Ya 2 D.I. Baringin Talago, Balai Gurah 100 IV Angkek Tidak 3 D.I. Bandar Bawah, KoMarLambah 100 IV Angkek Tidak 4 D.I. Dusun Pandakian 100 Lb.Basuang Tidak Sumber : Data diolah dari Hasil Musrenbang Kecamatan dan Penjabaran APBD Tahun 2009 Pada Tabel 8.19 di atas, masih berhubungan dengan tabel sebelumnya, yang memperlihatkan program rehabilitasi dan pemeliharan jaringan pengairan bersumber dari Dana Alokasi Khusus di mana programnya tidak bersumber dari hasil Musrenbang Kecamatan. Dari analisis data yang terlihat pada tabel-tabel di atas menunjukkan bahwa kesepakatan tidak tertuliskarena keterbatasan anggaran. Pemerintah Daerah hanya mampu mengakomodir satu usulan program untuk setiap hasil Musrenbang Kecamatan pada APBD, ternyata sukar dicari buktinya. Kesepakatan tersebut hanya untuk diakomodir pada RKPD. Dalam proses selanjut, dari RKPD hingga penetapan RAPBD, satu usulan program hasil setiap Musrenbang Kecamatan tersebut kemudian juga terpinggirkan oleh persaingan berbagai kepentingan dari sesama elite berkuasa. Lihat Tabel 8.19. dan ungkapan informan berikut; Coba check lagi dengan membandingkan hasil Musrenbang Kecamatan dengan penjabaran APBD, berapa persentasi hasil Musrenbang yang di akomodir dalam APBD. Kalau penelitian saya, pada zaman itu 2001-2003 bagus, sekitar 25 hasil Musrenbang Kecamatan masuk dalam APBD. Kalau sekarang, saya kira kurang dari itu. Urang muko 57 anggota DPRPD ko indak namuah do memakai hasil Musrenbang tu Informan TAPD. Menurut ungkapan informan di atas, salah satu penyebab tersingkirnya hasil Musrenbang dalam ranah penganggaran, adalah Legislatif cenderung tidak ingin menjadikan hasil Musrenbang sebagai acuan dalam membahas RAPBD. Hal ini relevan dengan informan Legislatif, karena proses Musrenbang bersifat elitis. Namun, permasalahan abdikasi Lupia dan Rubbins, 2000 juga cukup penting dipertimbangkan di sini. Abdikasi yang merupakan aturan-aturan yang dapat mengikat legislatif agar perilaku mereka sesuai dengan kepentingan pemilihnya, tidak pernah terlembaga secara normatif di Kabupaten Agam. Baik melalui peraturan Bupati, maupun Peraturan Daerah. Sehingga, Musrenbang sebagai representasi kepentingan rakyat pemilih, sebagian diabaikan. Namun, kajian ini juga menolak sebagian pendapat Lupia dan Rubbins 2000 tersebut, di mana menegaskan bahwa abdikasi dimungkinkan muncul karena disatu sisi pemilih tidak perduli dan tidak memiliki inisiatif untuk mempengaruhi politisi yang telah dipilihnya legislatif. Pada sisi lain, legislatif tidak mempunyai 57 Di Kabupaten Agam kata “urang Muko” orang muka yang sering disebut oleh Eksekutif bermakna anggota DPRD DPRD. Hal ini disebabkan Kantor DPRD berada di Depan di muka gedung Perkantoran Pemda. pengetahuan atau kehendak hati dan waktu untuk lebih jauh mencari tahu apa yang dibutuhkan untuk rakyatnyapemilihnya. Di Kabupaten Agamjustru yang terjadi sebaliknya, pemilih atau basis perolehan suara yang bersumber dari kekuatan OTM justru sangat perduli dan terus menagih janji anggota Legislatif yang dipilihnya terutama diakhir tahun ketika pembahasan RAPBD. Kesengajaan pengabaian anggota Legislatif juga juga bukan berdasarkan pengabaian kepentingan rakyat, namun justru sebaliknya untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Hanya saja, rakyat yang dimaksud disini adalah basis perolehan suara legislatif, yang bersumber dalam OTM. Anggota Legislatif tidak mewakili seluruh rakyat Kabupaten Agam, hanya sebagian yang terletak dalam Nagari-NagariMaka anggaran memang tidak memihak rakyat yang satu namun memihak rakyat yang lain, rakyat yang di dalam Nagarinya terdapat anggota DPRD. Di samping itu, meskipun tidak terdapat abdikasi, namun pada tingkat informal di dalam OTM terdapat sanksi-sanksi sosial dan mekanisme kontrol bagi anggota DPRD yang telah dipilih secara bersama oleh penduduk kampung dan Nagari, namun tidak mampu membawa alokasi anggaran APBD bagi kampungnya. Sanksi tersebut mulai d ari menjadi “cemeeh” orang kampung, sehingga menyebabkan malu ke luarga dan kaumnya, hingga tidak dipilih lagi untuk periode mendatang sebagai mana yang terjadi pada tiga informan dalam penelitian ini. Permasalahan lain yang cukup penting, mengenai terabaikannya sebagian besar hasil Musrenbang adalah permasalahan asimetris, di mana eksekutif lebih menguasai informasi dibanding legislatif dalam penyusunan, pembahasan dan penetapan APBD Halim dan Syukry, 2011. Pada kasus Kabupaten Agam, permasalahan asimetris ini cukup relevan karena latar belakang sebagian besar anggota Legislatif menunjukkan bahwa mereka tidak berasal dari politisi profesional, tidak memiliki latar belakang pendidikan penganggaran APBD, kemudian tidak terdapat pelatihan yang intensif mengenai pengelolaan keuangan daerah. Sebaliknya eksekutif,di samping memiliki acuan dan rambu-rambu yang jelas, juga selalu mendapat tambahan pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan daerah, baik melalui pelatihan, diklat, maupun Bintek. Sehingga dalam pembahasan APBD, Legislatif selalu berhasil “dijinakkan” karena tidak menguasai informasi pengelolaan keuangan daerah. Salah satu bukti nyata, seperti yang dijelaskan dalam bab selanjutnya, pada ragam peran kolektif anggota DPRD terhadap kesepakatan akan diakomodirnya usulan anggota DPRD senilai 500 juta per orang, berujung dengan ingkarnya eksekutif terdahap kesepatan tersebut.Hal inidikarenakan Dana DAK yang hendak dibagi itu, ternyata baru dikoordinasikan pada akhir Desember. Sehingga hasil kesepakatan di awal akhir November hingga awal Desember tidak dapat diakomodir seluruhnya. Namun, proyek mercu suar pembangunan Sport Centre Bupati jalan terus.Dana Pemilu Legislatif dapat diupayakan dan SILPA tahun 2009 tersebut hampir mencapai 100 Milyar. Hal ini mengindikasi gejala asimetris di antara kedua belah pihak. Bukti lain yang mengindikasidinamisnya penyusunan, pembahasan dan penetapan anggaran APBD. Sehingga mengabaikan sebagian hasil Musrenbang adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut ini; Tabel 8.20. Perbandingan Hasil Musrenbang Kecamatan 2008, Dengan Peraturan Bupati No.63. Tahun 2008 Tentang Penjabaran APBD Thn. Anggaran 2009, Untuk Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jaringan Pengairan DAK No ProgramKegiatan Anggaran Juta Rp Lokasi Kecamatan Hasil Musrenbang Kecamatan YaTidak 1 D.I. Angge 200 Palupuh Tidak- 2 D.I. Pandan Banyal 250 Tilatang Kamang Tidak 3 D.I. III April 200 Kamang Magek Tidak 4 D.I. Tiagan 125 Sungai Puar Tidak 5 D.I. Cingkariang 120 Banu Hampu Tidak 6 D.I. Datuak kodoh 250 Baso Ya prioritas 19 7 D.I. Banda Kasiak 150 IV Angkek Tidak 8 D.I, Batu asahan 200 Candung Tidak 9 D.I. Panji 200 Tjg.Raya Tidak 10 D.I. Bandar Usang 300 Lubuk Basung Tidak 11 D.I. Pono Labiah 150 Lubuk Basung Tidak 12 D.I. kundur 150 Lubuk Basung Tidak 13 D.I. Ranah 200 IV koto Tidak 14 D.I. Badarun 200 Matur Tidak 15 D.I. Kayu Bakiciuk 250 Palembayan Lanjutan 2008 16 D.I. PAciputan 170 Palembayan Tidak 17 D.I. Balai Badak 250 IV Nagari Tidak 18 D.I. Sigiran 175 Malalak Tidak Sumber : Data diolah dari Hasil Musrenbang Kecamatan dan Penjabaran APBD Tahun 2009 Tabel di atas menjadi bukti bahwa seluruh program pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi Pengairan tidak bersumber dari perencanaan partisipatif, namun bersumber dari relasi transaksional, yang kemudian menghasilkan kesepakatan-kesepakatan tersebut di atas. Bukti lain yang menunjukkan bahwa Birokrasi Modern perencanaan dan penganggaran bersifat dinamis, dipengaruhi persaingan elite politik, birokrat dan OTM terlihat dalam penyusunan APBD tahun 2010 yang dilaksanakan pada pasca Pemilu tahun 2009. Tekanan politik terhadap birokrasi perencanaan dan penyusunan APBD berubah haluan. Pada tahun 2010, berlangsung Pemilu Kepala Daerah Gubernur dan Wk.Gubernur Propinsi Sumatera Barat, di mana Bupati Kabupaten Agam mencalonkan diri menjadi kandidat calon Wakil Gubernur Sumatera Barat. Di samping itu, masa tugas sebagai Bupati Kabupaten Agamyang telah diemban selama dua periode, akan pula berakhir di tahun yang sama, 2010. Seiring dengan kondisi politik tersebut, kebijakan umum APBD KUA yang ditetapkan Bupati untuk belanja tahun 2010 prioritasnya adalah belanja fisik, khususnya prasarana Nagari, seperti ungkapan informan berikut ini; Ada lagi pak, yang aneh tahun ini. APBD tahun 2010 ini banyak program pembangunan fisik Nagari. Peningkatan, rehabilitasi Jalan Kecamatan dan Kabupaten dikurangi, apa lagi belanja non fisik seperti pelatihan, seminar ditiadakan sama sekali. Menurut informasi “orang dalam”, ini untuk pemilu 2010. Bupati mencalonkan diri menjadi Wakil Gubernur Sumbar Informan DPRD Ungkapan informan di atas menunjukkan bahwa kebijakan umum anggaran, dalam dunia praktik di Kabupaten Agam dipengaruhi situasi politis ketimbang Renstra SKPD dan RPJMD. Hasil analisis data sekunder, memperlihatkan bukti bahwa APBD tahun 2010 didominasi oleh belanja prasarana Nagari. Program belanja prasarana tersebut, usulannya berasal dari hasil Musrenbang Kecamatan. Meskipun kuantitas program belanja prasarana Nagari tinggi, namun kuantitasnya menurun. Seluruhnya di jatah hanya mendapat 1 Km saja, sedang kebutuhan per usulan program berkisar antara 1,2-5 Km sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini; Tabel 8.21. Perbandingan Hasil Musrenbang Seluruh Kecamatan 2009 2010 58 Dengan Dokumen Pelaksana Anggaran Tahun Anggaran 2010, Untuk Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan, Kabupaten Agam No ProgramKegiatan Vol Km Anggaran Juta Rp Lokasi Kecamatan Hasil Musrenbang Kecamatan Ya Tidak 1 Jl.Durian dadiah - Jorong bukik malintang 1 360 Tjg Mutiara Tidak 2 Jl. Simp Puduang - Pilubang, 1 360 IV Nagari Ya 5 Km 3 Jl. Koto tinggi ke Halaman laweh dan Kampung jambu duo koto 1 300 Tjg Raya Ya 2 Km 4 Jl.Lingkar MTsSTamtaman III Koto silungkang dan jl.Simp.III- Sikabau, 1 350 Palembayan Ya 1 Km 5 Jl. Lingkung jambak-Sianok VI Suku 1 360 IV Koto Ya 1,7Km 6 Jl.Lingkar SMP 2 Palamangan, 1 350 Matur Ya 1,8 Km 7 Jl. Birah tinggi - Sini air malak barat, 1 360 Malalak Ya 2,6 Km 8 Jl. Simp III Bukik Kacang Simarasok, BUkik Duo, 1 400 Baso Tidak 9 Jl.Lingkar Simp.Jambak - Simp Balai Koto Marapak lambah, 1 320 IV Angkek Tidak 10 Jl. Lingkar Kambing tujuh Gadut, 1 350 TilKam Ya 11 Jl. Simp Rumah gadang -XII kampung 1 360 Candung Tidak 12 Jl.Basimpang SD Tangah- Rumah Tinggi-Ketapung, Kamng hilir 1 360 Kamang Magek Lanjutan 2009 13 Jl.Kalampaian-Kubu Anau, Pakan Sinayan, 1 360 Banuhampu Lanjutan 2009 14 Jl.Injok lalang, Jorong Pasia Laweh, 1 360 Palupuah Tidak 15 Jl. SMP 6 Durian Bungkuak, Garagahan dan Jl. Bawah Simp III batu galeh - muaro, 1 400 Lbk.Basung Tidak Sumber: Diolah Dari Hasil Musrenbang Seluruh Kecamatan Dan DPA Dinas PU Tahun 2010 Dalam tabel 8.21 di atas, terlihat hasil analisis data yang mebandingkan data DPA Dokumen Pelaksana Anggaran dengan hasil Musenbang enam Kecamatan pada tahun 2009 di Kabupaten Agam yang memperlihatkan penjatahan masing-masing satu kilometer per usulan program hasil Musrenbang. Sedangkan yang dibutuhkan oleh masing-masing usulan berkisar dua hingga lima kilometer panjang jalan. 58 6Enam Kecamatan, 1 Kec. Ampe Nagari, 2 Kec. Baso, 3Kec. Tanjung Raya, 4 Kec.IV Angkek, 5 Kec.Palembayan , Kec.Sungai Pua Menurut perhitungan teknis Dinas Pekerjaan Umum, program ini tidak efisienkarena akan mempercepat kerusakan jalan, seperti ungkapan Informan berikut ini, mestinya sesuai dengan dana yang tersedia berapa program pembangunan, rehabilitas, dan peningkatan jalan yang tersedia. Maka, sesuai dengan itu, jalannya di upgrading hingga tuntas. Misal, panjangnya jalan 2 Km, maka sepanjang itu pula yang di upgrading, jangan di “jatah-jatah” dengan memberikan sebagian. Ini tidak akan efisien dan menyebabkan kerusakan jalan lebih cepat informan Bappeda Tabel 8.22 merupakan perbandingan Hasil Musrenbang Seluruh Kecamatan 2009 dengan DPA Dinas PU tahun anggaran 2010 dengan DPA Dokumen Pelaksana Anggaran Thn. Anggaran 2010 yang memperlihatkan tren belanja prasarana Nagari untuk Pengairan melalui Dana Alokasi Khusus juga meningkat, meski sebagian besar program bukan hasil Musrenbang Nagari dan Kecamatan. Pada program ke 9, 10 dan 15, masing-masing merupakan prioritas ke-26, ke-8 dan ke-10. Hal tersebut menunjukkan ketidakkonsistenan birokrasi penganggaran Lihat Tabel 8.22 Tabel 8.22 Perbandingan Hasil Musrenbang Seluruh Kecamatan 2009 2010 59 Dengan Dokumen Pelaksana Anggaran Tahun Anggaran 2010, Untuk Peningkatan Sarana dan Prasarana Pengairanpengairan Kabupaten Agam No ProgramKegiatan Anggaran Juta Rp Lokasi Kecamatan Hasil Musrenbang Kecamatan Ya idak 1 DI. Air Biso Nan Tujuah, Palupuah 250 Palupuah Tidak 2 DI. Ambacang, 200 Kamang Magek Ya 3 DI Banda Aua Koto tangah, 200 TilatangKama ng Tidak 4 DI.Batang Jabua Simarasok, 150 Baso Tidak 5 DI. Tabek Tarok Bukik batabuah, 150 Canduang Tidak 6 DI. Bebeh batu taba, 200 IV Angkek Tidak 7 DI. Jarungan Limo Suku, 250 Sungai Pua Tidak 8 DI.banda Rakik Ladang laweh, 227 Banuhanpu Tidak 9 DI.Bapensi Balinka, 170 IV Koto Ya no.26 10 DI. Baapung Lawang Tigo Balai, 200 Matur Ya No.8 11 DI. Mangguih Malalak timur, 300 Malalak Tidak 59 6Enam Kecamatan, 1 Kec. Ampe Nagari, 2 Kec. Baso, 3Kec. Tanjung Raya, 4 Kec.IV Angkek, 5 Kec.Palembayan , Kec.Sungai Pua 12 DI. Banda Rambai Koto malintang, 150 Tanjung raya Tidak 13 DI. Siguhung 200 Lubuk Basung Tidak 14 DI. Lubuak Siarang 300 Lubuk Basung Tidak 15 DI. Cacang Tinggi Tiku Utara, 250 Tjg.Mutiara Ya 10 16 DI. Sarasah Sitanang, 200 IV Nagari Tidak 17 DI. Padang bamban Tigo koto silungkang, 250 Palembayan Tidak Sumber: Diolah Dari Hasil Musrenbang Seluruh Kecamatan Dan DPA Dinas PU 2010 Hal yang sama juga terjadi pada belanja Dana Alokasi Khusus untuk peningkatan jalan dan jembatan juga terlihat peningkatan alokasi pada prasarana Nagari. Menurut informan, belanja prasarana Nagari untuk tahun 2010 dari berbagai sumber anggaran meningkat tajam dibanding 3 tahun sebelumnya. Lihat Tabel 8.23 dan ungkapan informan di bawah Dibanding tiga tahun sebelumnya, tahun kini ko belanja fisik untuk Nagari memang meningkat, tapi indak tahu apo iku terkait jo pak Bupati nan ikuik PILKADA Provinsi. Pak Dosen tantu labih tahu Informan. Tabel 8.23. Perbandingan Hasil Musrenbang Seluruh Kecamatan 2009 2010 60 Dengan Dokumen Pelaksana Anggaran Tahun Anggaran 2010, Untuk Peningkatan Jalan dan Jembatan DAK Kabupaten Agam. No ProgramKegiatan Vol Km Anggaran Juta Rp Lokasi Kecamatan Hasil Musrenbang Kecamatan YaTidak 1 Jl. Simp Batu Hampa - Kubu anauR.210 3 630 Lubuk Basung Tidak 2 Jln Simp Kubang Putiah - Simp Bukik BatabuahR.78 1,5 580 Banuhampu Tidak 3 Jln Simp Aia tabik- NgalauR.266, 1,5 580 Kamang Magek Tidak 4 Jln Matur - Matur KatiakR111 2 580 Matur Tidak 5 Jl.Simp. Koto Panjang- Batang SilasihR.394, 1 552 Candung Tidak 6 Jl.Angge - Pagadih R.143 2 420 Palupuh Tidak 7 Jl. Simp rundo - simp rumah gadangR.310 1 850 IV Angkek Candung Tidak 8 Jl.Malabur - Lambah Dareh R.190, 2 750 IV Nagari Tidak Sumber: Diolah Dari Hasil Musrenbang Seluruh Kecamatan Dan DPA Dinas PU 2010 60 6Enam Kecamatan, 1 Kec. Ampe Nagari, 2 Kec. Baso, 3Kec. Tanjung Raya, 4 Kec.IV Angkek, 5 Kec.Palembayan , Kec.Sungai Pua Berdasarkan Tabel di atas menunjukka terdapat hubungan yang menyolok di antara kenaikan anggaran belanja langsung untuk pembangunan, rehabilitasi dan peningkatan prasarana jalan, jembatan dan pengairan dengan Pemilukada di mana Bupati sebagai incumbent mencalonkan diri sebagai Calon Wakil Gubernur. Motif utamanya adalah meningkatkan suara pemilih atas nama pasangan incumbent, sehingga dapat terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Studi ini menunjukkan bahwa incumbent memanfaatkan APBD untuk mencalonkan diri kembali sebagai kepala daerah dengan menaikkan mata belanja anggaran Hibah dan Belanja Sosial Bansos ketika Pemilukada akan berlangsung. Dari penjelasan mengenai persaingan elite dalam ranah penganggaran, kekuasaan, kepentingan, tujuan dan peran para elite jika di petakan, terlihat dalam matriks berikut. Tabel 8.24. Matriks Peta Kekuasaan, Kepentingan, Dan Tujuan Elite Dalam Proses Penggaran AKTOR KEKUASAAN KEPENTINGAN TUJUAN PERANAN Bupati Menentukan dan memutuskan Mendapat manfaat dari anggaran yang dialokasikan mendapat alokasi program dan dana sebesarnya, untuk kampung, tim sukses, dan masyarakat Sumber usulan program TAPD Menentukan dan memutuskan Penjaga keseimbangan anggaran serta mendistribusikan anggaran Anggaran tidak defisit Penggunaan anggaran sesuai dengan aturan normatif. Menyeleksi program dalam proses penganggaran DPRD Menetapkan dan Menolak 1. Mendorong sebanyak mungkin anggaran untuk belanja langsung untuk fisik 2. Mendapat alokasi anggaran belanja langsung sebesarnya Untuk di salurkan kepada Kampung, Nagari dan Dapil utamanya, Jalan Dapil, Pengairan Dapil. agar mendapatkan anggaran untuk pribadi spt, kunker, tunjangan perumahan, dana reses, Sumber usulan program Membahas Birokrasi menentukan program SKPD Mendapat alokasi anggaran sebesar-nya sebagai indikator prestasi kerja mendapat tambahan honor Sumber usulan program Tradisional Mempengaruhi DPRD dan Bupati mendapat alokasi anggaran APBD untuk kampungnya Sumber usulan program bagi elite DPRD dan Bupati Sumber: Data Primer diolah 2010

BAB IX BIROKRASI LOKAL DALAM MENGELOLA PEMBANGUNAN

MASYARAKAT LOKAL Pada bab terdahulu 1 telah dijelaskan bagaimana proses birokrasi pemerintahan lokal berjalan, terutama dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran APBD di Kab. Agam. Masalah yang hendak dijelaskan di sini adalah bentuk birokrasi lokal, proses kemunculannya serta bagaimana pembangunan masyarakat lokal dikelola oleh birokrasi lokal ini. Pumpunan analisisnya adalah proposisi birokrasi rasional, sistem otoritas tradisional serta legal rasional dari Max Weber 1978. Dalam hal bentuk birokrasi lokal, pertanyaan adalah apakah bentuk birokrasi lokal tersebut sesuai dengan proposisi Weber mengenai birokrasi legal-rasional, tradisional-patrimonialisme seperti yang berlangsung dalam birokrasi Pemerintahan Orde Baru, atau hibriditas diantara birokrasi legal-rasional dan tradisional-patrimonial? Berkenaan dengan kemunculan birokrasi lokal, apakah birokrasi itu muncul dari perpanjangan tangan sistem kepartaian patrimonial oligarki seperti kesimpulan Weber 1978, Crouch 1985, Haris 2005, atau terdapat mekanisme lain yang berkenaan dengan kontinuitas otoritas tradisional lokal Minangkabau, sebagai mana kesimpulan Manan 2005, Hadler 2010, Abdullah 2010 yang telah dijabarkan pada bab VI terdahulu. Akhirnya, bagaimana birokrasi lokal tersebut dapat mengusung kepentingan bagi pembangunan masyarakat lokal. 9.1. Karateristik Birokrasi Lokal Dalam menganalisis bentuk dan karakteristik Birokrasi, Weber 1978 membedakan tiga karakterstik birokrasi dari sudut pandang legitimasi yang diberikan, yakni legal-rasional, tradisional dan kharisma. Karakteristik dua terakhir, tradisional dan kharisma, dapat dikategorikan bersumber dari hal yang sama yakni dari sesuatu yang dianggap suci serta telah menjadi tradisi serta diwariskan melalui dari generasi yang satu kepada generasi yang lain. Sedangkan yang pertama, otoritas legal-rasional, merupakan konsekuensi dari evolusi modernitas, rasionalitas dan pembagian kerja yang semakin terspesialisasi. 1 Bab VII dan VIII