Kadar pati AOAC 1984 Analisis potensi biji dan umbi teratai (Nymphaea pubescens Willd) untuk pangan fungsional prebiotik dan antibakteri Escherichia coli enteropatogenik K1.1

5. Penentuan nilai MICMBC ekstrak bijiumbi teratai Murhadi 2002 hasil modifikasi dari Muroi

et al. 1993 dan Kubo et al. 1995 Nilai MIC didefinisikan sebagai konsentrasi minimum ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan bakteristatik masing-masing bakteri uji di dalam medium cair uji. Prosedur penentuan nilai MIC dilakukan sebagai berikut. Dibuat 18 seri pengujian di dalam 18 tabung kecil, masing-masing berisi 2.808 ml media uji cair steril NB. Ke dalam masing-masing 18 tabung tersebut ditambahkan sebanyak 0.0, 9.0, 8.5, 8.0 7.5, 7.0, 6.5, 6.0, 5.5, 4.5, 4.0, 3.5, 3.0, 2.5, 2.0, 1.5 dan 1.0 mg ekstrak per ml media cair uji. Ekstrak diencerkan dengan etil asetat 1:5, bv, sehingga di dalam 6 μL cairan ekstrak setelah pengenceran relatif setara dengan kandungan 1 mg ekstrak. Sebagai contoh, untuk membuat seri tabung uji ke-1 0 mg ekstrakml media uji digunakan 2.808 ml media uji cair steril + 0 μL cairan ekstrak + 162 μL air destilata, sedangkan untuk membuat seri tabung uji ke-2 9.0 mg ekstrakml media uji digunakan 2.808 mL media uji cair steril + 162 μL cairan ekstrak + 0 μL air destilata dan seterusnya sehingga diperoleh total cairan media uji dalam masing-masing seri tabung uji sebanyak 2,970 ml. Sementara itu dipersiapkan masing-masing bakteri uji yang telah disegarkan dan diinkubasi 24 jam 10 6 -10 7 selml pada 37°C atau 30°C, lalu diencerkan 10 kali. Ke dalam masing-masing 18 tabung uji tersebut diinokulasikan dengan 30 μL suspensi bakteri uji sehingga total cairan adalah 3.00 ml per tabung, lalu dikocok dengan alat vorteks selama 1-2 menit, kemudian diinkubasi pada 37 atau 30°C selama 24 jam, lalu diteruskan hingga 48 jam. Perhitungan jumlah bakteri dilakukan secara manual dengan metode TPC hitungan cawan setelah diinkubasi selama 24 jam MIC dan 48 jam MBC. Prosentase penghambatan pertumbuhan bakteri ditentukan dengan modifikasi metode Cappaso et al.1995 yang dinyatakan : 100 – Nt x 100No, dimana Nt adalah jumlah bakteri CFUml dalam perlakuan penambahan ekstrak, sedangkan No adalah jumlah bakteri CFUml dalam kontrol inokulum asal.

6. Analisis kualitatif tanin Depkes 1995

Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring. Ke dalam bagian filtrat ditambahkan larutan besiIII klorida. Bila terjadi warna hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin.

7. Analisis kualitatif alkaloid Depkes 1995

Sebanyak 500 mg serbuk ditambah 1 ml HCl 2 N. Dipanaskan dalam penangas air selama beberapa menit, didinginkan dan disaring. Dipindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji ditambah 2 tetes bouchardat LP. Jika pada kedua percobaan tidak terjadi endapan, maka serbuk tidak mengandung alkaloid. Jika dengan Mayer LP terbentuk endapan putihkuning yang larut metanol, dengan bouchardat LP terbentuk endapan coklat sampai dengan hitam maka terdapat alkaloid.

8. Analisis kualitatif saponin Depkes 1995

Sebanyak 0.5 g serbuk5 ml sediaan berbentuk cair dicampur dengan 50 ml larutan buffer fosfat pH 7.4, kemudian dipanaskan setelah itu didinginkan. Dilanjutkan dengan penyaringan. Diambil 1 ml filtrat ditambah suspensi darah, didiamkan 30 menit jika terjadi haemolisa total menunjukkan adanya saponin.

9. Analisis kualitatif flavonoid Depkes 1995

Larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam ½ ml etanol ditambah 0.5 g seng dan 2 ml HCl 2 N. Didiamkan selama 1 menit ditambah 10 tetes HCl pekat. Jika selama 2 –5 menit terjadi warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoid.

10. Analisis kualitatif triterpenoid Depkes 1995

Sebanyak 2 gram ekstrak dilarutkan dengan 25 ml etanol panas 50°C kemudian hasilnya disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering. Residu ditambahkan eter dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes H 2 SO 4 pekat uji Lieberman-Burchard. Warna merah ungu menunjukkan adanya triterpenoid.