1. Anti-diare dari bahan alam
Dewasa ini banyak hasil penelitian yang mengungkap secara ilmiah aktivitas dari bahan alam yang oleh masyarakat dijadikan sebagai obat diare. Aguwa dan
Lawal 1988 meneliti ekstrak daun Calliandra portoricensis yang dikenal masyarakat sebagai antidiare dan anti-ulcer lukaborok pada dinding usus. Hasil
analisis fitokimia diketahui bahwa ekstrak daun tersebut mengandung tanin, flavonoid, saponin dan glikosida. Aguwa dan Lawal 1988 menduga aktivitas
daun tersebut sebagai anti-ulcer karena kandungan tanin atau saponinnya yang tinggi. Selain itu, daun C. portoricensis juga memiliki aktivitas antimikroba, baik
pada ekstrak air maupun ekstrak etanol yaitu dapat menghambat pertumbuhan E. coli, S.aureus dan S. faecalis, yang menunjukkan efektif sebagai agen untuk terapi
pada gangguan pencernaan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Offiah dan Chikwendu 1999 melakukan analisis terhadap ekstrak air dari
daun Ocium gratissimum yang diketahui memiliki aktivitas antidiare. Ekstrak tersebut dapat menghambat diare yang disebabkan oleh minyak jarak pada tikus
percobaan yang ditunjukkan dengan berkurangnya feses berair pada tikus yang diberi ekstrak. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa komponen utama ekstrak
daun tersebut adalah tanin, steroid, triterpenoid dan karbohidrat. Adzu et al. 2003 melakukan analisis terhadap kulit batang Zizyphus
spinachristi famili Rhamnaceae yang dikenal masyarakat Nigeria utara sebagai antidiare. Ekstrak metanol dari kulit batang Zizyphus spinachristi menunjukkan
aktivitas antidiare terhadap tikus percobaan yang diinduksi minyak jarak menyebabkan tikus diare. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa kulit batang
Zizyphus spinachristi mengandung glikosida, resin, saponin dan tanin. Otshudi et al.2000 melakukan seleksi terhadap enam spesies tanaman obat
yang oleh masyarakt Desa Lomela, Republik Rakyat Kongo diketahui memiliki aktivitas antidiare dan disentri. Bagian tanaman yang memiliki aktivitas antidiare
dan antidisentri adalah kulit akar dan daun Epinetrum villosum Menispermaceae, kulit akar Roureopsis obliquifoliolata Connaraceae, kulit batang dan kulit akar
Croton mubango Euphorbiaceae, kulit batang dan kulit akar Cissus rubiginosa Vitaceae, daun dan kulit akar Vernonia amygdalina Asteraceae dan kulit akar
Quassia africana Simaroubaceae. Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa keenam jenis tanaman tersebut mengandung tanin, sterol danatau triterpen dan
gula pereduksi. Hanya Epinetrum villosum yang mengandung alkaloid dan hanya Epinetrum villosum dan Quassia africana yang tidak mengandung flavonoid.
Sementara itu, dari ke enam tanaman tersebut tiga jenis Epinetrum villosum, Roureopsis obliquifoliolata dan Cissus rubiginosa memiliki aktivitas antibakteri
dan dua lainnya Vernonia amygdalina dan Epinetrum villosum sebagai anti- amuba yaitu Entamoeba histolytica.
Atta dan Mouneir 2004 melakukan analisis terhadap 6 jenis tanaman obat Egyptian yang dikenal masyarakat memiliki aktivitas antidiare. Hasil uji
fitokimia menunjukkan bahwa komponen utamanya adalah tanin, flavonoid, sterol tidak jenuhtriterpen, karbohidrat, laktone dan proteinasam amino. Sedikit
saponin terdapat pada Mentha microphylla, Conyza dioscoridis, Alhagi maurorum. Alkaloid dan anthraquinone tidak ditemukan pada semua ekstrak
metanol tanaman yang dianalisis. Aniagu et al. 2005 melakukan analisis terhadap akar Guiera senegalensis
dimana di Nigeria Utara dikenal sebagai tanaman obat yang secara tradisional digunakan untuk mengobati diare dan disentri. Ekstrak air dari akar Guiera
senegalensis memiliki aktivitas anti-ulcer pada tikus percobaan yang diinduksi dengan etanol sehingga terjadi luka pada pencernaan tikus percobaan. Aktivitas
ekstrak maksimal adalah 100 mgkg dan memiliki penghambatan 100 terhadap diare pada tikus percobaan yang diinduksi dengan minyak jarak. Komponen
fitokimianya yang utama adalah tanin. Biji atung Parinarium glaberimum Hassk oleh masyarakat dibeberapa
daerah di Indonesia selain digunakan sebagai pengawet juga dijadikan sebagai obat diare Heyne 1987. Biji atung ini memiliki aktivitas antimikroba dengan
spektrum yang luas, baik terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Komponen aktif utama pada biji atung adalah tanin dan flavonoid Adawiyah
1998.
6. Komponen aktif anti-diare dari bahan alam a Tanin