Analisis antimikroba dengan difusi agar Gariga et al. 1983

6. Analisis kualitatif tanin Depkes 1995

Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring. Ke dalam bagian filtrat ditambahkan larutan besiIII klorida. Bila terjadi warna hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin.

7. Analisis kualitatif alkaloid Depkes 1995

Sebanyak 500 mg serbuk ditambah 1 ml HCl 2 N. Dipanaskan dalam penangas air selama beberapa menit, didinginkan dan disaring. Dipindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji ditambah 2 tetes bouchardat LP. Jika pada kedua percobaan tidak terjadi endapan, maka serbuk tidak mengandung alkaloid. Jika dengan Mayer LP terbentuk endapan putihkuning yang larut metanol, dengan bouchardat LP terbentuk endapan coklat sampai dengan hitam maka terdapat alkaloid.

8. Analisis kualitatif saponin Depkes 1995

Sebanyak 0.5 g serbuk5 ml sediaan berbentuk cair dicampur dengan 50 ml larutan buffer fosfat pH 7.4, kemudian dipanaskan setelah itu didinginkan. Dilanjutkan dengan penyaringan. Diambil 1 ml filtrat ditambah suspensi darah, didiamkan 30 menit jika terjadi haemolisa total menunjukkan adanya saponin.

9. Analisis kualitatif flavonoid Depkes 1995

Larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam ½ ml etanol ditambah 0.5 g seng dan 2 ml HCl 2 N. Didiamkan selama 1 menit ditambah 10 tetes HCl pekat. Jika selama 2 –5 menit terjadi warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoid.

10. Analisis kualitatif triterpenoid Depkes 1995

Sebanyak 2 gram ekstrak dilarutkan dengan 25 ml etanol panas 50°C kemudian hasilnya disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering. Residu ditambahkan eter dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes H 2 SO 4 pekat uji Lieberman-Burchard. Warna merah ungu menunjukkan adanya triterpenoid.

11. Fraksinasi ekstrak biji dan umbi teratai Houghton Raman 1998

Fraksinasi menggunakan KLT Kromatografi Lapis Tipis atau TLC tin layer chromatographi kaca Kieselgel 60 F254 0.2 mm,.Merck. Yang digunakan sebagai fase gerak adalah heksana dan etil asetat dengan perbandingan 7:3. Komponen-komponen yang terpisah dilihat dengan menggunakan sinar ultra violet 254 dan 360 nm.

12. Bioautografi modifikasi Springfield et al. 2003

Ekstrak biji dan umbi difraksinasi dengan TLC berukuran 5x20 cm Kieselgel 60 F254 0.2 mm, Merck dengan pelarut heksana:etil asetat = 7:3. Setelah komponen ekstrak terpisah, TLC disiram dengan agar yang mengandung mikroba uji EPEC K1.1 dan Salmonella Typhimurium dengan konsentrasi 10 5 dalam media agar. TLC diinkubasi dalam cawan steril selama 18 jam suhu 37 o C. Setelah diinkubasi plate TLC disemprot dengan 2 mgml larutan p- iodonitrotetrazolium violet Sigma. Daerah bening dari kromatogram menunjukkan penghambatan pertumbuhan mikroba.

13. Identifikasi beberapa fraksi ekstrak biji dan umbi teratai

Sampel yang merupakan fraksi-fraksi yang sudah dipisahkan dengan KLT, disuntikkan sebanyak 1 µL ke GCMS Shimadzu QP-5050 Series Class-5000 Ver 2.2. Kondisi GC menggunakan kolom kapiler dengan panjang 30 meter, diameter 0.25 mm, aliran kolom 1.6 mlmenit. Suhu oven 60°C, suhu injector 300°C, suhu interface 320°C, tekanan kolom 100 kPa. Gas pembawa adalah helium. Teknik injeksi splitsplitless, dengan split rasio 20. Waktu program 38 menit. 14. Penentuan kadar gula pada tepung biji dan umbi teratai modifikasi Gulewicz et al. 2000 Biji dan umbi teratai dalam bentuk tepung diekstrak dengan menggunakan 200 ml etanol 50 vv per 100 g tepung dengan menggunakan sonikator selama 1 jam. Selanjutnya di sentrifus dan diambil filtratnya, sedangkan endapannya diekstrak lagi dengan pelarut yang sama menggunakan sonikator kemudian disentrifus. Filtrat di reflux pada suhu 85 o C selama 10 menit setelah itu