IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tanaman Teratai
Teratai yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis Nymphaea pubescens Willd. dari suku Nymphaeaceae hasil identifikasi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Lampiran 1. Tanaman ini berdaun tebal dan bergerigi banyak dengan warna bunga putih dan luar kelopaknya berwarna merah muda
Gambar 7. Selama ini, tanaman teratai tumbuh secara liar di rawa dan sawah di daerah Hulu Sungai Utara. Pada musim hujan, sawah digenangi air dan saat itu
tanaman teratai hampir menutupi perairan. Pada awal musim tanam dimana air mulai surut, tanaman ini dibersihkan dan sawah mulai ditanami padi. Setelah
musim tanam dimana sawah mulai digenangi air, tanaman ini tumbuh kembali.
Gambar 7. Tanaman teratai Nymphaea pubescens Willd 1= bunga 2= buah 3= akar ‘rootstock’
Bagian dari tanaman ini yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai bahan makanan adalah bagian biji, bunga, batang dan umbinya. Akan
tetapi yang paling banyak pemanfaatannya adalah bagian biji. Biji yang terdapat dalam buah biasanya dipanen dengan cara memetik buahnya yang sudah tua.
Masyarakat setempat biasanya menggunakan sampan untuk memetik buah teratai. Buah yang sudah tua biasanya dibusukkan dan buah akan pecah, biji dipisahkan
1 2
3
d w
k k
m d
s dari daging
wadah penc kering. B
kulitnya ker menumbukn
dibuang kuli
Gamba
Umbi t sulit menda
buah dan d cucian. Sel
Biji yang ke ras. Agar bi
nya atau me it luarnya dit
ar 8. Buah te
c1 = biji d
teratai Gam apatkan umb
dicuci. Biji lanjutnya bi
ering biasan isa dibuat te
enggunakan tumbuk dija
eratai a, bu
dengan kulit c
mbar 9 jaran bi ketika saw
2 yang sudah
iji dijemur nya berwarn
epung, biasan alat pembu
adikan tepung
a
b
c uah yang pec
c2 = biji tanpa
ng dimanfaa wah digenan
h bersih akan di bawah s
na hijau tua nya kulit bij
uang kulit p g untuk baha
cah b dan b
kulit
atkan sebaga ngi air um
n mengenda sinar matah
a atau kecok ji dibuang d
padi. Biji y an membuat
biji teratai c
ai bahan pan mbi terbenam
1 ap di dasar
hari hingga klatan dan
dengan cara yang sudah
t kue.
gan karena m di dalam
lumpur. Masyarakat mendapatkan umbi hanya sewaktu mereka membersihkan sawah, sebelum ditanami padi dan air sudah surut. Umbi teratai berukuran
diameter rata-rata 3 cm dengan tinggi rata-rata 5 cm. Kulitnya keras, pada bagian luar diselimuti rambut-rambut halus, sedangkan pada bagian dalamnya dilapisi
lilin Gambar 9. Daging umbi berwarna kekuningan, sedikit bergetah.
Gambar 9. Umbi Teratai Nymphaea pubescens Willd
Insert: penampang membujur umbi teratai
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara diketahui bahwa masyarakat setempat belum pernah memanfaatkan biji dan umbi teratai sebagai
bahan obat-obatan tradisional. Selama ini hanya dikenal sebagai bahan pangan. Selain teratai jenis Nymphaea pubescens, ada teratai jenis lain yang terdapat
di rawa di Hulu Sungai Utara yaitu Nymphaea nouchali Burm.f. dari suku Nymphaeaceae. Teratai ini berbunga putih dengan ukuran lebih kecil
dibandingkan dengan Nymphaea pubescens, daunnya tipis sedikit bergerigi. Teratai jenis ini bijinya tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai
bahan makanan karena ukurannya yang jauh lebih kecil dibanding jenis Nymphaea pubescens dan rasanya yang pahit. Umumnya dimanfaatkan sebagai
pakan burung. Oleh masyarakat setempat, teratai jenis Nymphaea nouchali ini dinamakan “tanding burung”
Tanaman air lainnya yang mirip dengan teratai yang juga terdapat di rawa di Hulu Sungai Utara adalah Limnanthemum indicum Thwn dari suku Gentianaceae
dengan bunga yang berukuran sangat kecil berwarna putih dan Nelumbo atau
lotus dengan bunga merah muda dan putih. Akan tetapi kedua tanaman tersebut juga belum dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh masyarakat setempat.
B. Komposisi Kimia Biji dan Umbi Teratai