sejumlah terbatas bakteri di dalam kolon, sehingga meningkatkan kesehatan inang. Substrat yang berasal dari makanan atau yang diproduksi oleh inang yang
tersedia untuk difermentasi oleh mikroflora kolon, yaitu : resistant starch, polisakarida non pati seperti pektin, selulosa, guar dan xylan, gula dan
oligosakarida seperti laktosa, laktulosa, rafinosa, stakiosa dan frukto-oligosakarida Manning Gibson 2004. Komponen-komponen makanan tersebut berpotensi
sebagai prebiotik Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dianggap perlu untuk melakukan
kajian lebih lanjut tentang potensi biji dan umbi teratai sebagai pangan fungsional untuk antidiare dan prebiotik. Pada penelitian ini baik secara in vitro maupun in
vivo dengan tikus percobaan, digunakan mikroba uji Escherichia coli Enteropatogenik K1.1 EPEC K1.1 penyebab diare yang diisolasi dari feses
penderita diare. Bakteri strain ini menghasilkan protease ekstraseluler yang mampu mendegradasi mucin Budiarti Mubarik 2007 dan resisten terhadap
antibiotik. Selain itu, digunakan juga Salmonella Typhimurium pada penelitian secara in vitro, dimana diketahui bakteri ini menyebabkan gastroenteritis
Karsinah et al. 1994; Goosney et al. 1999; Otshudi et al. 2000, atau disebut juga sindroma keracunan makanan. Menimbulkan gejala mual dan muntah, diikuti
dengan nyeri abdomen, demam dan diare yang merupakan gejala yang paling menonjol Karsinah et al. 1994.
B. Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian meliputi tiga kajian, yaitu : 1.
Ekstraksi biji dan umbi teratai dengan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya, diikuti dengan pengujian aktivitas antibakteri, analisis
komponen fitokimia yang terdapat pada ekstrak, dan pemisahan masing- masing komponen untuk diuji aktivitas antibakterinya.
2. Ekstraksi fraksi karbohidrat yang terdapat pada biji dan umbi teratai yang
berpotensi sebagai prebiotik, serta pengujian aktivitasnya secara in vitro terhadap pertumbuhan bakteri asam laktat dan bifidobacterium.
3. Pengujian aktivitas tepung biji dan atau umbi teratai, ekstrak teraktif dan
fraksi karbohidrat yang memiliki aktivitas prebiotik pada tikus percobaan yang telah dibuat diare. Parameter yang diamati adalah pertambahan berat badan,
konsumsi ransum, total bakteri asam laktat aerob dan anaerob pada sekum tikus percobaan, total E.coli, total mikroba pada isi sekum dan mukosa sekum,
serta tinggi mukosa dan immunoglobulin A pada usus halus.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan potensi tanaman teratai sebagai sumber daya daerah yang tumbuh liar di rawa-rawa di Kalimantan
Selatan, yaitu 1 sebagai sumber antimikroba dan prebiotik untuk mencegah diare, 2 sebagai sumber bahan pangan baru, 3 memanfaatkan atau memberi
nilai tambah ekonomi. Secara rinci tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1.
Mengukur aktivitas antibakteri ekstrak umbi dan biji teratai, baik terhadap bakteri patogen penyebab diare maupun bakteri yang menguntungkan.
2. Mengidentifikasi komponen fitokimia alkaloid, tanin, saponin, flavonoid,
steroid yang terdapat pada umbi dan biji teratai, dan mengevaluasi aktivitasnya sebagai antibakteri terhadap bakteri patogen penyebab diare.
3. Mengukur fraksi karbohidrat pada biji dan umbi teratai yang dapat
berfungsi sebagai prebiotik dan mengevaluasi secara in vitro aktivitas biologisnya.
4. Mengevaluasi secara in vivo dengan tikus percobaan aktivitas biologis
dari tepung dan ekstrak biji atau umbi teratai dalam kaitannya sebagai pencegah diare dan sumber prebiotik.
5. Mengevaluasi potensi biji teratai dan ekstraknya sebagai imunomodulator
dalam kaitannya dengan Imunoglobulin A di usus halus.
D. Hipotesis