Biarkan mengendap selama 1 jam. Dilakukan penyaringan menggunakan crucible porosity 2 yang telah diketahui beratnya dan mengandung 0.5 gram celite. Cuci
dengan 2 x 10 ml etanol 78, 2x 10 ml etanol 95 dan 2 x 10 ml aseton. Dikeringkan pada suhu 105°C selama semalam. Ditimbang setelah didinginkan
dalan desikator D
2
. Diabukan pada suhu 555°C selama 5 jam. Ditimbang setelah didinginkan dalam desikator I
2
. Blanko dibuat sesuai dengan prosedur di atas tetapi tanpa sampel B
1
dan B
2
. D
1
-I
1
-B
1
Serat makanan tidak larut = ----------------- x 100 W
D
2
-I
2
-B
2
Serat makanan larut = --------------- x 100
W Keterangan :
W = berat sampel gram D = berat setelah pengeringan gram
I = berat setelah pengabuan gram B = berat blanko bebas abu gram
3. Kadar pati AOAC 1984
Contoh sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlemeyer, ditambahkan 200 ml larutan HCl 3 dan dipanaskan pada pendingin balik tegak. Setelah
dingin dan dinetralkan dengan NaOH 10 lebih baik suasana agak asam dengan menambahkan sedikit asam asetat. Larutan diencerkan sampai 500 ml di dalam
labu takar, kemudian disaring. Sebanyak 10 ml larutan filtrat dipipet dan dimasukkan ke dalam labu Erlemeyer 250 ml dan ditambahkan 25 ml larutan luff
Schoorl, 15 ml air suling dan beberapa batu didih. Larutan dipanaskan pada pendingin balik tegak. Pemanas diatur sehingga
isi labu Erlemeyer mendidih dalam waktu kurang lebih 3 menit dan dipertahankan selama 10 menit. Kemudian didinginkan secara cepat pada air mengalir serta
ditambahkan 10 ml KI 30 dan 25 ml H
2
SO
4
25 secara perlahan. Setelah reaksi selesai dititrasi dengan larutan tiosulfat 0,1 N yang telah distandarisasi a
ml. Larutan kanji digunakan sebagai petunjuk. Blanko dibuat seperti di atas b ml.
A x F x 0,9 Kadar pati = ----------------- x 100
mg
dimana : A = angka tabel Luff Schoorl, berdasarkan selisih ml titrasi b-a
F = faktor pengenceran Mg = bobot contoh mg
0,9 = perbandingan berat pati dan sakar penyusutan
4. Analisis antimikroba dengan difusi agar Gariga et al. 1983
Kultur bakteri murni dalam bentuk liofil dibuka secara aseptik lalu dipindahkan ke dalam tabung yang berisi medium NB steril dan diinkubasi 48 jam
pada 37°C. Sebagai stok bakteri, dibuat kultur bakteri dalam agar miring dengan medium NA, disimpan di dalam lemari pendingin setelah terlebih dahulu
diinkubasi selama 24-48 jam. Setiap stok bakteri yang akan digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri, selalu disegarkan kembali di dalam medium NB
steril selama 24 jam pada 37°C, dihomogenkan dengan alat vorteks, lalu diinokulasikan sebnayak 20
μL ke dalam labu Erlemeyer yang berisi 20 ml medium agar cair NA, 44-45°C steril, dikocok merata, kemudian dituang ke
dalam cawan petri steril dan dibiarkan sampai membeku. Selanjutnya dibuat 3-4 lubang sumur secara aseptis dengan diameter sumur 6.0 mm seragam. Ke
dalam tiap lubang, diinokulasikan 60 μL atau 50 μL ekstrak bijiumbi teratai
sesuai kebutuhan. Sebagai kontrol, diinokulasikan 60 μL pelarut pengencer.
Zona penghambatan yang diukur adalah radius r, mm penghambatan berupa areal bening di sekeliling sumur uji, setelah diinkubasi selama 1-2 hari
pada 37°C. Pengukuran jari-jari zona hambat di sekeliling sumur uji dilakukan dengan cara mengukur jarak dari tepi sumur uji ke batas lingkaran zona hambat
menggunakan jangka sorong ketelitian 0.01 mm pada beberapa sisi sumur uji, lalu dirata-ratakan. Selanjutnya nilai diameter d, mm zona hambat hasil
pengamatan langsung, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut d = 2 x r. Untuk menghitung nilai aktivitas antibakteri hasil konversi akibat adanya
perubahan besaran pada sampel, misalnya dari d = mmmg cuplikan menjadi mmg bahan.
5. Penentuan nilai MICMBC ekstrak bijiumbi teratai Murhadi 2002 hasil modifikasi dari Muroi