Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi personal.
3
Ahli pendidikan modern merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai berikut: belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, timbul dan berkembangnya sifat- sifat sosial, susila dan emosional.
4
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan keahlian mereka
masing-masing. 1.
James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2. Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior
as a result of experienc. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
3. Howard L. Kingkey bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku
dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. 4.
Drs. Slameto merumuskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.
5
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Belajar
berbeda dengan pertumbuhan dewasa, dimana perubahan tersebut dari hasil genetik. Perubahan tingkah laku individu sebagai hasil belajar ditunjukkan
dengan berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi dan gabungan dari aspek-aspek tersebut.
6
3
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Dian Rakyat, 2009, h. 6.
4
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 256.
5
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, Cet 2, h. 13.
6
Sudjana, nana. Teori-Teori Belajar dan Pengajaran, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990, h. 55.
Sedangkan pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik
yang belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan
guru dan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa sama-
sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.
Proses pembelajaran pada prinsipnya proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi
dan pengalaman belajar. Namun demikian dalam implementasinya masih banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas dan kreatifitas
peserta didik tersebut. Hal ini banyak disebabkan oleh model dan sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan kemampuan
intelektual saja serta proses pembelajaran terpusat pada guru di kelas, sehingga keberadaan peserta didik hanya menunggu uraian guru kemudian
mencatat dan menghafalnya.
7
Dalam kegiatan belajar, Sardiman menjelaskan bahwa Rousscau memberi penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan
pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri dengan bekerja sendiri, dan dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani
maupun teknis.
8
Hal ini menunjukan setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa ada aktifitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Untuk
menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari peserta didik tidaklah mudah. Proses pembelajaran memposisikan siswa sebagai pendengar yang
mengakibatkan proses
pembelajaran cenderung
membosankan dan
menjadikan peserta didik malas belajar. Sikap peserta didik yang pasif tidak
7
Zurinal., Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Jakarta dan Jakarta Press, 2006, h. 117-118.
8
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2011, h. 96.
hanya terjadi pada satu mata pelajaran saja tetapi hampir pada semua mata pelajaran termasuk Pendidikan Agama Islam PAI.
Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar peserta didik. Keberhasilan peserta didik dalam
belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Salah satu faktor eksternal yaitu metode pembelajaran, guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran harus mampu membuat siswa aktif dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran aktif guna meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Faktor internal dalam belajar meliputi bakat, minat, motivasi, dan kemampuan peserta didik. Kemampuan awal merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh peserta didik sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Keanekaragaman kemampuan peserta didik yang ada akan berpengaruh
terhadap penguasan meteri pelajaran yang diajarkan guru di dalam kelas, dengan demikian guru diharapkan dapat memilih metode yang baik dan tepat
sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan efektif. Kondisi di SMP N 3 Tangerang Selatan, masih sering dijumpai adanya
permasalahan yang berkaitan dengan metode pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selama ini dalam proses kegiatan belajar
mengajar siswa sangat pasif, siswa tidak menghiraukan materi yang disampaikan bahkan ada beberapa siswa yang bercanda dengan temannya.
Sering kali guru terjebak dengan cara-cara konvensional yaitu berpusat pada guru teacher centered yang hanya berorientasi pada pencapaian aspek-aspek
kognitif yang mengandalkan metode ceramah dalam pembelajarannya sehingga menyebabkan kejenuhan, membosankan, dan siswa tertekan karena
harus mendengarkan guru bercerita beberapa jam tanpa memperhatikan siswa terlibat dalam proses pembelajaran, ditambah lagi sarana prasarana yang
kurang memadai, media pembelajaran yang tidak tepat, dan lingkungan di luar sekolah siswa yang kurang mendukung sehingga menyebabkan minat
dan hasil belajar siswa rendah.
Untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat, menarik dan harus efektif sehingga siswa dapat aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
Salah satu starategi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif.
Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja sama untuk memaksimalkan
belajar mereka dalam kelompok. Selama belajar kooperatif, siswa akan memiliki ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam
kelompoknya, seperti keterampilan menjadi pendengar aktif, keterampilan memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi
dan lain sebagainya. Pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada pandangan bahwa setiap
peserta didik mempunyai perbedaan-perbedaan dan persamaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu bukanlah untuk dipertentangkan atau
dipisahkan, melainkan harus diintegrasikan. Seorang peserta didik yang cerdas, dapat disatukan dengan peserta didik yang kurang cerdas, sehingga
peserta didik yang kurang cerdas dapat dibantu oleh peserta didik yang cerdas. Demikian pula persamaan yang dimiliki antara peserta didik yang satu
dengan yang lainnya dapat disinergikan sehingga dapat saling menunjang secara optimal.
9
Pembelajaran kooperatif berpotensi menjadikan kelas sebagai tempat yang produktif dan menyenangkan, dimana siswa bisa belajar
bekerja sama dan bekerja sama dalam belajar.
10
Terkait dengan berbagai variasi dalam model pembelajaran kooperatif, yang diantaranya adalah
Student Teams Achievement Division STAD, Teams Games Tournament TGT, Think Pair Share TPS, Jigsaw tim ahli, dan Group
Investigation GI. Akan tetapi di dalam penelitian ini
penulis menggunakan
9
Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, h. 155.
10
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter, Terj. Lita S, Bandung: Nusa Media, 2013, h. 254.
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation investigasi kelompok.
Metode pembelajaran Group Investigation merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang menekankan proyek investigasi kelompok,
dimana siswa akan diberi proyek investigasi terkait dengan kehidupan sehari- hari sesuai dengan materi pokok yang diberikan.
Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber
bermacam buku, institusi, orang menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang
dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh tiap anggota kelompok supaya menghasilkan buah
karya kelompok. Model pembelajaran ini dilakukan dengan 6 tahap, yaitu: seleksi topik, merencanakan kerjasama, implementasi, analisis dan sistesis,
penyajian hasil akhir dan evaluasi.
11
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH STRATEGI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE GROUP
INVESTIGATION GI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 3 TANGERANG
SELATAN”