Karakteristik Petani Responden GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

46 jamur tiram putih yang digunakan para petani sehingga berdampak terhadap penurunan kuantitas hasil produksi jamur tiram. Pemasaran jamur tiram putih dari Desa Kertawangi sebagian besar ditujukan untuk pasar luar kota seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Indramayu, Tegal dan Cirebon. Di Desa Kertawangi telah terbentuk sebuah kelompok tani yang mewadahi petani jamur tiram putih. Namun hingga saat ini, kelompok tani ini belum bisa memberikan manfaat nyata terhadap petani anggotanya karena kelompok tani ini belum bekerja maksimal.

5.5. Karakteristik Petani Responden

Petani jamur tiram putih yang dijadikan responden penelitian berjumlah delapan orang yang dipilih dari ratusan petani jamur tiram yang berada di Desa Kertawangi. Data mengenai identitas petani responden dapat dilihat pada Lampiran 3. Identitas petani responden yang dikaji dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status pekerjaan, dan lama bertani jamur tiram putih, serta jumlah bag log jamur tiram putih yang dimiliki saat penelitian berlangsung. Dari delapan orang petani responden tersebut, tiga orang petani berjenis kelamin perempuan 37,5 persen dan lima orang lagi berjenis kelamin pria 62,5 persen. Berdasarkan usia, lima orang atau 62,5 persen dari total petani responden berusia sekitar 30 tahunan, dua orang atau 25 persen berusia sekitar 50 tahunan, dan satu orang atau 12,5 persen berusia 20 tahunan. Usia termuda petani responden adalah 28 tahun dan usia tertua adalah 59 tahun. Berdasarkan pendidikan terakhir, seluruh petani responden pernah mendapatkan pendidikan formal. Dua orang petani responden 25 persen mengenyam pendidikan hingga Perguruan Tinggi, lima orang petani responden 62,5 persen memiliki tingkat pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas SMA dan sederajat, serta satu orang petani responden 12,5 persen memiliki tingkat pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama SMP. Hal ini menunjukkan bahwa petani jamur tiram di Desa Kertawangi termasuk petani yang memiliki dasar pendidikan yang cukup tinggi. Berdasarkan status pekerjaan, empat orang petani responden 50 persen menyatakan bahwa bertani jamur tiram putih adalah pekerjaan utama mereka dan 47 empat orang lagi menyatakan jika bertani jamur tiram putih adalah usaha sampingan. Petani yang membudidayakan jamur tiram putih sebagai usaha sampingan memiliki pekerjaan utama yang beragam, yaitu Pegawai Negeri Sipil PNS, pengusaha bunga potong, dan tour guide di salah satu tempat wisata sekitar lokasi penelitian, serta sales. Lama pengalaman bertani jamur tiram putih dari delapan orang petani responden bervariasi, mulai dari lima hingga 16 tahun. Petani responden yang terlama dalam menjalankan usaha jamur tiram ini memulai usahanya sejak tahun 1995. Jumlah bag log jamur tiram putih yang dimiliki oleh petani responden dijadikan acuan dalam membagi skala usaha petani responden. Untuk jumlah bag log kurang dari 20.000 buah termasuk ke dalam petani dengan skala usaha kecil. Skala usaha menengahsedang adalah petani yang memiliki jumlah bag log antara 20.000 hingga 100.000 buah. Petani dengan jumlah bag log lebih dari 100.000 buah termasuk ke dalam petani dengan skala usaha besar. Dari keseluruhan petani responden, terdapat empat orang petani atau 50 persen yang termasuk ke dalam petani dengan skala usaha kecil, dua orang petani atau 25 persen termasuk ke dalam petani dengan skala usaha sedang dan dua orang petani atau 25 persen termasuk ke dalam petani dengan skala usaha besar. Untuk lebih jelasnya, pembagian karakteristik mengenai petani responden disajikan dalam Tabel 12 berikut. Dengan dasar pendidikan formal yang cukup dan pengalaman bertani jamur tiram yang rata-rata telah mencapai lebih dari sepuluh tahun, petani jamur tiram di Desa Kertawangi mampu mengadopsi dan menyerap teknologi dengan baik tentang pembudidayaan jamur tiram putih dan cukup mampu membaca peluang pasar. Selain itu, adanya rasa kekeluargaan dan kepercayaan yang terjalin cukup erat diantara petani memudahkan terjadinya transfer pengetahuan dan informasi baru yang berkaitan dengan teknik budidaya jamur tiram. Sebagian besar petani dengan skala usaha kecil menggunakan modal sendiri ketika memulai usaha jamur tiram dan untuk petani skala besar menggunakan sebagian modal sendiri dan sebagian modal lagi merupakan pinjaman yang diperoleh dari bank. 48 Tabel 12. Persentase Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan Utama, Lama Bertani Jamur Tiram dan Jumlah Bag Log Jamur Tiram di Desa Kertawangi Tahun 2012. Karakteristik Petani Jumlah Responden Orang Persentase Jenis Kelamin Laki-laki 5 62,5 Perempuan 3 37,5 Usia Tahun 30 1 12,5 30-50 5 62,5 50 2 25 Pendidikan Terakhir Hingga Tamat SD - - Hingga Tamat SMP 1 12,5 Hingga Tamat SMA 5 62,5 Hingga Perguruan Tinggi 2 25 Pekerjaan Utama Bertani Jamur Tiram 4 50 Lainnya 4 50 Lama Bertani Jamur Tiram Tahun 10 3 37,5 ≥ 10 5 62,5 Jumlah Log Jamur Tiram Buah 20.000 4 50 20.000-100.000 2 25 100.000 2 25 5.6. Karakteristik Lembaga Tataniaga Responden Lembaga tataniaga jamur tiram putih yang dijadikan responden berjumlah sepuluh lembaga yang terdiri dari dua pedagang pengumpul 20 persen, satu bandar 10 persen, tiga pedagang grosir 30 persen, dan empat pedagang pengecer 40 persen. Pedagang pengumpul dan bandar berasal dari Desa Kertawangi, sedangkan pedagang grosir dan pedagang pengecer hanya dipilih yang berdagang di Kota Bandung saja. Data mengenai lembaga tataniaga responden dapat dilihat pada Lampiran 4. Keseluruhan pedagang grosir yang dijadikan responden adalah pedagang grosir jamur yang berada di Pasar Induk Caringin Bandung. Pedagang grosir responden tidak hanya menjual jamur tiram, tetapi juga menjual jenis jamur lainnya seperti jamur kuping dan jamur merang. 49 Empat orang pedagang pengecer yang menjadi responden memiliki tempat berdagang yang berbeda, yaitu Pasar Andir, Pasar Ciroyom, dan Kopo. Berdasarkan jenis kelamin, delapan orang 80 persen pedagang adalah laki-laki dan dua orang 20 persen adalah perempuan. Usia para pedagang ini berkisar antara 20-50 tahun. Tingkat pendidikan para pedagang responden ini beragam, sebanyak sembilan orang 90 persen dari pedagang responden adalah lulusan Sekolah Menengah Atas SMA dan sederajat serta satu orang 10 persen memiliki tingkat pendidikan hingga tamat perguruan tinggi. Lama pengalaman berdagang dari pedagang responden bervariasi antara dua hingga 16 tahun. Pada Tabel 13 dapat dilihat karakteristik lembaga tataniaga yang dijadikan responden dalam penelitian ini yang dibagi berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan lama pengalaman berdagang jamur tiram putih. Tabel 13. Karakteristik Lembaga Tataniaga Responden Komoditas Jamur Tiram Putih Karakteristik Pedagang Pedagang Responden Pengumpul Bandar Grosir Pengecer Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jenis Kelamin Laki-laki 2 20 1 10 2 20 3 30 Perempuan - - - - 1 10 1 10 Usia Tahun 30 1 10 1 10 3 30 1 10 30-50 - - 1 10 - - 3 30 Pendidikan Terakhir Tamat SD - - - - - - - - Tamat SMP - - - - - - - - Tamat SMA 2 20 1 10 2 20 4 40 Perguruan Tinggi - - - - 1 10 - - Pengalaman Berdagang Jamur Tiram Tahun 10 1 10 - - 2 20 3 30 ≥ 10 1 10 1 10 1 10 1 10 50

VI. ANALISIS SISTEM TATANIAGA