59
dari Bandung, Jakarta, Cibitung, Tangerang, dan Tegal. Volume penjualan jamur tiram putih untuk pedagang grosir Bandung, Jakarta, Cibitung, Tangerang, dan
Tegal berjumlah masing-masing satu kwintal. Harga beli jamur tiram putih oleh pedagang grosir Bandung, Tangerang dan Cibitung disepakati sebesar Rp 7.500
per kilogram dan untuk harga grosir Jakarta dan Tegal sedikit lebih tinggi yaitu Rp 8.000 per kilogram karena di kedua kota tersebut tingkat permintaan akan
jamur tiram putih lebih tinggi dibanding dengan kota tujuan pemasaran lainnya. Saluran tataniaga yang ditelusuri oleh peneliti adalah saluran tataniaga
dengan lembaga tataniaga pedagang grosir untuk pasar Kota Bandung karena ruang lingkup penelitian ini hanya untuk pasar Kota Bandung. Pedagang grosir
yang menjadi responden pada Saluran I ini adalah Ibu Brastyan yang menjual jamur tiram putih secara grosir di Pasar Induk Caringin Kota Bandung dengan
volume penjualan jamur tiram putih per hari mencapai 500 kilogram. Pedagang grosir harus mengambil jamur tiram putih ke lokasi pengepul di Desa Kertawangi.
Selanjutnya, pedagang grosir membawa jamur tiram putih yang telah dibeli dari pedagang pengumpul ke Pasar Induk Caringin. Di Pasar Induk Caringin harga jual
jamur tiram adalah Rp 8.500 per kilogram. Konsumen dari pedagang grosir Ibu Brastyan rata-rata adalah para pedagang pengecer sayuran yang berjualan di
pasar-pasar kecil Kota Bandung. Pedagang pengecer yang menjadi responden bernama Adi yang lokasi berjualannya di Pasar Andir Bandung. Pedagang
pengecer menjual jamur tiram putih kepada konsumen akhir dengan harga Rp 12.000 per kilogram. Pada saluran ini, petani tidak mengeluarkan biaya tataniaga.
Biaya tataniaga dikeluarkan oleh pengepul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer.
6.2.2. Saluran Tataniaga II
Saluran tataniaga yang kedua terdiri dari petani, bandar, pedagang grosir, pedagang pengecer, dan konsumen akhir Gambar 5. Volume penjualan jamur
tiram putih melalui saluran ini adalah sebanyak 150 kg atau sebesar 13,1 persen dari total volume jamur tiram putih yang dihasilkan oleh petani responden.
60
Gambar 5. Saluran Tataniaga II pada Jamur Tiram Putih
Saluran ini dipilih oleh dua orang petani responden atau sebesar 25 persen dari total petani responden Tabel 16. Petani responden menjual jamur tiram
putihnya langsung kepada bandar. Bandar yang menjadi responden pada Saluran II ini adalah Bapak Ahmad Rifa‟i.
Tabel 16. Volume dan Harga Jual Jamur Tiram Putih di Tingkat Petani pada
Saluran Tataniaga II No.
Nama Petani Skala Usaha
Volume Kg
Harga Jual RpKg
1. Eden
Kecil 50
7.000 2.
Ari Sedang
100 7.000
Alasan petani memilih saluran tataniaga ini adalah karena eratnya hubungan antara petani dan bandar serta lokasi kumbung yang tidak terlalu jauh
dari lokasi bandar berada. Harga beli jamur tiram untuk petani dan pengepul, yaitu Rp 7.000 per kilogram. Bandar memberikan plastik untuk kemasan jamur tiram
berupa plastik Polypropilen ukuran lima kilogram kepada petani. Bandar pun memberikan fasilitas pengangkutan dari kumbung petani dan tempat pengepul ke
lokasi bandar yang dilakukan oleh pekerja dengan menggunakan motor. Proses pengangkutan dilakukan sekitar pukul 10.00-12.00 setiap harinya.
Proses berikutnya adalah proses transaksi antara bandar dengan pedagang grosir. Pedagang grosir yang menjadi pelanggan bandar berasal dari Jakarta,
Bandung, Cibitung, Tangerang, dan Indramayu. Pasar utama bandar responden adalah Jakarta dan Indramayu karena harga jual jamur tiram di dua kota tersebut
lebih tinggi daripada harga pemasaran jamur tiram putih untuk kota-kota lainnya yaitu sekitar Rp 8.000 per kilogram, sedangkan harga di kota lainnya berkisar
Rp 7.500 per kilogram. Pedagang grosir yang dijadikan responden dalam saluran
tataniaga ini adalah pedagang grosir di Pasar Induk Caringin Bandung. Pedagang grosir yang menjadi responden pada Saluran II ini adalah Rudi. Setelah dari
Petani Konsumen Akhir
Pedagang Grosir
Bandar Pedagang
Pengecer
61
pedagang grosir, proses tataniaga dilanjutkan ke pedagang pengecer. Harga jual jamur tiram dari pedagang grosir ke pedagang pengecer adalah Rp 8.500 per
kilogramnya. Konsumen dari pedagang grosir Rudi adalah pedagang pengecer untuk pasar-pasar kecil dan pedagang sayur keliling. Responden pedagang
pengecer di Saluran II ini adalah Ibu Asih, yaitu seorang pedagang sayuran di Pasar Kopo. Harga yang diberikan pedagang pengecer untuk konsumen akhir
yaitu Rp 12.000. Biaya tataniaga pada saluran ini dikeluarkan oleh bandar, pedagang grosir, dan pedagang pengumpul.
6.2.3. Saluran Tataniaga III