Analisis Marjin Tataniaga Analisis Perilaku Pasar

69 untuk mengambil barang berikutnya. Ada pula sistem pembayaran tiga harian, yaitu pembayaran dilakukan setiap tiga hari serta sistem pembayaran mingguan adalah pembayaran yang dilakukan setiap tujuh hari sekali di akhir minggu. Sistem pembayaran seperti ini didasarkan atas rasa saling percaya antara kedua belah pihak. Sistem pembayaran penjualan antara pengepul, bandar, dan pedagang grosir menggunakan sistem keluar-masuk harian, tiga harian, dan mingguan, tergantung dari hasil kesepakatan. Sistem pembayaran penjualan antara pedagang grosir, pedagang pengecer, dan konsumen akhir dilakukan dengan pembayaran tunai. Sistem pembayaran pada saluran tataniaga lima petani langsung bertemu konsumen menggunakan sistem pembayaran tunai.

6.4.4. Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga

Kerjasama terjalin di antara petani dengan lembaga tataniaga dan antar lembaga tataniaga. Kerjasama antara petani dengan pedagang pengumpul dan bandar dilakukan berdasarkan kebutuhan petani akan lembaga yang akan memasarkan produknya dan kebutuhan pengumpul dan bandar dalam mendapatkan pasokan jamur tiram secara kontinyu. Kerjasama yang erat terjalin dengan berlandaskan kepercayaan antar kedua belah pihak, walaupun tanpa adanya pernyataan tertuliskontrak kerjasama. 6.5. Analisis Keragaan Pasar Analisis keragaan pasar bertujuan untuk mengetahui besarnya marjin tataniaga, rasio antara keuntungan dan biaya, farmer’s share, dan efisiensi tataniaga pada saluran tataniaga jamur tiram putih.

6.5.1. Analisis Marjin Tataniaga

Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga atau perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Besarnya marjin tataniaga pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya- biaya tataniaga yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh oleh lembaga 70 tataniaga. Biaya tataniaga yang dikeluarkan dalam proses tataniaga jamur tiram putih ini meliputi biaya pengemasan, pengangkutan transportasi, retribusi, bongkar muat, sewa tempat, dan tenaga kerja. Uraian biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga tataniaga dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Biaya Tataniaga Masing-masing Lembaga Tataniaga Keterangan Biaya RpKg Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Petani - - - 76,67 Pedagang Pengumpul 1. Biaya Pengemasan 2. Biaya Pengangkutan 3. Biaya Tenaga Kerja 76,67 18 114,3 - - - 76,67 - - - - - Jumlah 208,97 - 76,67 - Bandar 1. Biaya Pengemasan 2. Biaya Pengangkutan 3. Biaya Tenaga Kerja - - - 76,67 9 57,14 76,67 9 57,14 - - - Jumlah - 142,81 142,81 - Pedagang Grosir 1. Biaya Pengangkutan 2. Biaya Tenaga Kerja 3. Biaya Retribusi Pasar 4. Biaya Sewa Kios 5. Biaya Bongkar Muat 22,5 10 6 20 100 22,5 10 6 20 100 22,5 10 6 20 100 22,5 10 6 20 100 Jumlah 158,5 158,5 158,5 158,5 Pedagang Pengecer 1. Biaya Pengangkutan 2. Biaya Sewa Jongko 3. Biaya Retribusi Pasar Induk 100 100 60 100 100 60 100 100 60 100 100 60 Jumlah 260 260 260 260 Total Biaya Tataniaga 627,47 561,31 637,98 418,5 Biaya tataniaga terbesar dikeluarkan oleh saluran tataniaga tiga, yaitu sebesar 637,98. Hal tersebut disebabkan karena saluran tataniaga tiga adalah saluran tataniaga yang paling banyak melibatkan lembaga tataniaga didalamnya sehingga biaya tataniaga yang dikeluarkan pun lebih besar. Saluran tataniaga empat adalah saluran dengan biaya tataniaga terendah, yaitu sebesar 418,5. Saluran tataniaga empat adalah saluran terpendek diantara saluran tataniaga lainnya, yaitu hanya melibatkan pedagang grosir dan pedagang pengecer sebagai 71 lembaga tataniaga. Setelah menghitung biaya tataniaga, dapat diketahui marjin tataniaga masing-masing lembaga yang terlibat dalam setiap saluran tataniaga dan total marjin tataniaga tiap saluran tataniaga. 1 Marjin Tataniaga pada Saluran Tataniaga I Saluran tataniaga satu melibatkan petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer, dan konsumen akhir. Petani responden yang menggunakan saluran satu ini berjumlah tiga orang petani atau sebesar 37,5 persen dari total petani responden. Volume jamur tiram putih yang dijual melalui saluran ini sebanyak 105 kilogram atau 9,17 persen dari total volume penjualan jamur tiram putih petani responden. Harga jual di tingkat petani adalah Rp 7.000kg dan harga jual untuk konsumen akhir sebesar Rp 12.000kg. Petani pada saluran ini tidak mengeluarkan biaya tataniaga. Biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga pada saluran tataniaga satu antara lain: biaya pengemasan, biaya pengangkutantransportasi, biaya tenaga kerja, biaya retribusi pasar, biaya bongkar muat, dan biaya sewa kios. Total biaya tataniaga saluran satu sebesar Rp 627,47 per kilogram atau sebesar 5,23 persen dan total keuntungan sebesar Rp 4.372,53 per kilogram atau 36,44 persen, sehingga total marjin tataniaga saluran satu adalah sebesar Rp 5.000 per kilogram atau sebesar 41,67 persen. Untuk lebih jelasnya mengenai keuntungan tataniaga, marjin tataniaga, harga beli, dan harga jual jamur tiram putih di masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat pada saluran tataniaga satu dapat dilihat pada Tabel 20. 72 Tabel 20. Biaya Tataniaga, Keuntungan, Marjin Tataniaga, Harga Beli, dan Harga Jual Jamur Tiram Putih pada Saluran Tataniaga I Uraian Nilai RpKg Persentase Petani Harga Jual 7.000 58,33 Biaya Tataniaga - - Pedagang Pengumpul Harga Beli 7.000 58,33 Biaya Tataniaga 208,97 1,74 Keuntungan 291,03 2,43 Marjin Tataniaga 500 4,17 Harga Jual 7.500 62,50 Pedagang Grosir Harga Beli 7.500 62,50 Biaya Tataniaga 158,50 1,32 Keuntungan 841,50 7,01 Marjin Tataniaga 1.000 8,33 Harga Jual 8.500 70,83 Pedagang Pengecer Harga Beli 8.500 70,83 Biaya Tataniaga 260 2,17 Keuntungan 3.240 27,00 Marjin Tataniaga 3.500 29,17 Harga Jual 12.000 100 Total Biaya Tataniaga 627, 47 5,23 Total Keuntungan 4.372,53 36,44 Total Marjin Tataniaga 5.000 41,67 2 Marjin Tataniaga pada Saluran Tataniaga II Saluran tataniaga dua melibatkan petani, bandar, pedagang grosir, pedagang pengecer, dan konsumen akhir. Petani responden yang menggunakan saluran dua ini berjumlah dua orang petani atau sebesar 25 persen dari total petani responden. Volume jamur tiram putih yang dijual melalui saluran ini sebanyak 150 kilogram atau 13,1 persen dari total volume penjualan jamur tiram putih petani responden. Harga jual di tingkat petani adalah Rp 7.000kg dan harga jual untuk konsumen akhir sebesar Rp 12.000kg. Petani pada saluran ini tidak mengeluarkan biaya tataniaga. Biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga pada saluran tataniaga dua sama dengan biaya yang dikeluarkan pada saluran satu, antara lain: biaya pengemasan, biaya pengangkutantransportasi, biaya tenaga kerja, biaya retribusi pasar, biaya 73 bongkar muat, dan biaya sewa kios. Total biaya tataniaga saluran dua sebesar Rp 561,31 per kilogram atau sebesar 4,68 persen dan total keuntungan sebesar Rp 4.438,69 per kilogram atau 36,99 persen, sehingga total marjin tataniaga saluran satu adalah sebesar Rp 5.000 per kilogram atau sebesar 41,67 persen. Untuk lebih jelasnya mengenai keuntungan tataniaga, marjin tataniaga, harga beli, dan harga jual jamur tiram putih di masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat pada saluran tataniaga dua dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Biaya Tataniaga, Keuntungan, Marjin Tataniaga, Harga Beli, dan Harga Jual Jamur Tiram Putih pada Saluran Tataniaga II Uraian Nilai RpKg Persentase Petani Harga Jual 7.000 58,33 Biaya Tataniaga - - Bandar Harga Beli 7.000 58,33 Biaya Tataniaga 142,81 1,19 Keuntungan 357,19 2,98 Marjin Tataniaga 500 4,17 Harga Jual 7.500 62,50 Pedagang Grosir Harga Beli 7.500 62,50 Biaya Tataniaga 158,50 1,32 Keuntungan 841,50 7,01 Marjin Tataniaga 1.000 8,33 Harga Jual 8.500 70,83 Pedagang Pengecer Harga Beli 8.500 70,83 Biaya Tataniaga 260 2,17 Keuntungan 3.240 27,00 Marjin Tataniaga 3.500 29,17 Harga Jual 12.000 100 Total Biaya Tataniaga 561,31 4,68 Total Keuntungan 4.438,69 36,99 Total Marjin Tataniaga 5.000 41,67 3 Marjin Tataniaga pada Saluran Tataniaga III Saluran tataniaga tiga melibatkan petani, pedagang pengumpul, bandar, pedagang grosir, pedagang pengecer, dan konsumen akhir. Saluran tataniaga tiga merupakan saluran terpanjang, artinya saluran tataniaga yang paling banyak 74 melibatkan lembaga tataniaga didalamnya. Petani responden yang menggunakan saluran tiga ini berjumlah satu orang petani atau sebesar 12,5 persen dari total petani responden. Volume jamur tiram putih yang dijual melalui saluran ini sebanyak 40 kilogram atau 3,49 persen dari total volume penjualan jamur tiram putih petani responden. Harga jual di tingkat petani adalah Rp 6.800kg dan harga jual untuk konsumen akhir sebesar Rp 12.000kg. Petani pada saluran ini tidak mengeluarkan biaya tataniaga. Biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga pada saluran tataniaga tiga hampir sama dengan biaya yang dikeluarkan pada saluran satu dan dua, antara lain: biaya pengemasan, biaya pengangkutantransportasi, biaya tenaga kerja, biaya retribusi pasar, biaya bongkar muat, dan biaya sewa kios. Total biaya tataniaga saluran tiga sebesar Rp 637,98 per kilogram atau sebesar 5,32 persen dan total keuntungan sebesar Rp 4.562,02 per kilogram atau 38,02 persen, sehingga total marjin tataniaga saluran satu adalah sebesar Rp 5.200 per kilogram atau sebesar 43,34 persen. Untuk lebih jelasnya mengenai keuntungan tataniaga, marjin tataniaga, harga beli, dan harga jual jamur tiram putih di masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat pada saluran tataniaga tiga dapat dilihat pada Tabel 22. 75 Tabel 22. Biaya Tataniaga, Keuntungan, Marjin Tataniaga, Harga Beli, dan Harga Jual Jamur Tiram Putih pada Saluran Tataniaga III Uraian Nilai RpKg Persentase Petani Harga Jual 6.800 56,67 Biaya Tataniaga - - Pedagang Pengumpul Harga Beli 6.800 56,67 Biaya Tataniaga 76,67 0,64 Keuntungan 123,33 1,03 Marjin Tataniaga 200 1,67 Harga Jual 7.000 58,33 Bandar Harga Beli 7.000 58,33 Biaya Tataniaga 142,81 1,19 Keuntungan 357,19 2,98 Marjin Tataniaga 500 4,17 Harga Jual 7.500 62,50 Pedagang Grosir Harga Beli 7.500 62,50 Biaya Tataniaga 158,50 1,32 Keuntungan 841,50 7,01 Marjin Tataniaga 1.000 8,33 Harga Jual 8.500 70,83 Pedagang Pengecer Harga Beli 8.500 70,83 Biaya Tataniaga 260 2,17 Keuntungan 3.240 27,00 Marjin Tataniaga 3.500 29,17 Harga Jual 12.000 100 Total Biaya Tataniaga 637,98 5,32 Total Keuntungan 4.562,02 38,02 Total Marjin Tataniaga 5.200 43,34 4 Marjin Tataniaga pada Saluran Tataniaga IV Saluran tataniaga empat melibatkan petani, pedagang grosir, pedagang pengecer, dan konsumen akhir. Saluran tataniaga empat merupakan saluran tataniaga terpendek yang hanya melibatkan dua lembaga tataniaga. Petani responden yang menggunakan saluran empat ini berjumlah dua orang petani atau sebesar 25 persen dari total petani responden. Saluran tataniaga empat merupakan saluran dengan volume penjualan terbanyak, yaitu 850 kilogram atau 74,23 persen dari total volume penjualan jamur tiram putih petani responden. Saluran 76 empat memiliki harga jual di tingkat petani paling tinggi yaitu sebesar Rp 7.500kg dan harga jual untuk konsumen akhir sebesar Rp 12.000kg. Berbeda dengan petani pada saluran-saluran tataniaga sebelumnya, petani pada saluran empat ini mengeluarkan biaya tataniaga berupa biaya pengemasan. Biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga pada saluran tataniaga empat antara lain: biaya pengangkutantransportasi, biaya tenaga kerja, biaya retribusi pasar, biaya bongkar muat, dan biaya sewa kios. Total biaya tataniaga saluran empat sebesar Rp 495,17 per kilogram atau sebesar 4,13 persen dan total keuntungan sebesar Rp 4.081,5 per kilogram atau 34,01 persen, sehingga total marjin tataniaga saluran satu adalah sebesar Rp 4.500 per kilogram atau sebesar 37,5 persen. Untuk lebih jelasnya mengenai keuntungan tataniaga, marjin tataniaga, harga beli, dan harga jual jamur tiram putih di masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat pada saluran tataniaga tiga dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Biaya Tataniaga, Keuntungan, Marjin Tataniaga, Harga Beli, dan Harga Jual Jamur Tiram Putih pada Saluran Tataniaga IV Uraian Nilai RpKg Persentase Petani Harga Jual 7.500 62,50 Biaya Tataniaga 76,67 0,64 Pedagang Grosir Harga Beli 7.500 62,50 Biaya Tataniaga 158,50 1,32 Keuntungan 841,50 7,01 Marjin Tataniaga 1.000 8,33 Harga Jual 8.500 70,83 Pedagang Pengecer Harga Beli 8.500 70,83 Biaya Tataniaga 260 2,17 Keuntungan 3.240 27,00 Marjin Tataniaga 3.500 29,17 Harga Jual 12.000 100 Total Biaya Tataniaga 495,17 4,13 Total Keuntungan 4.081,50 34,01 Total Marjin Tataniaga 4.500 37,50 77 Saluran tataniaga tiga memiliki nilai marjin tataniaga tertinggi diantara keempat saluran tataniaga jamur tiram putih, yaitu sebesar Rp 5.200 per kilogram 43,34 persen dan total biaya tataniaga tertinggi, yaitu Rp 637,98 per kilogram 5,32 persen. Saluran empat memiliki nilai marjin tataniaga terendah diantara keempat saluran tataniaga jamur tiram putih, yaitu sebesar Rp 4.500 per kilogram 37,5 persen dan memiliki total biaya tataniaga terendah, yaitu Rp 495,17 per kilogram. Namun sayangnya saluran tataniaga empat ini hanya digunakan oleh petani dengan skala usaha besar. 6.5.2. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya Rasio keuntungan atas biaya ΠC adalah persentase keuntungan tataniaga terhadap biaya tataniaga teknis operasional untuk mengetahui tingkat efisiensinya. Rasio keuntungan diperoleh dari pembagian keuntungan tataniaga lembaga tataniaga tingkat ke-i Πi dengan biaya tataniaga di lembaga tataniaga tingkat ke-i Ci. Keuntungan tataniaga diperoleh dari selisih harga jual dengan harga beli pada masing-masing lembaga tataniaga dikurangi dengan biaya tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya ini digunakan untuk mengetahui apakah kegiatan tataniaga yang dilakukan memberikan keuntungan kepada para pelaku tataniaga. Jika ΠC bernilai positif ΠC 0, maka kegiatan tataniaga tersebut menguntungkan. Sebaliknya, jika ΠC bernilai negatif ΠC 0, maka kegiatan tersebut tidak memberikan keuntungan kepada pelaku tataniaga. Pada Tabel 24 dapat dilihat analisis rasio keuntungan terhadap biaya pada lembaga tataniaga jamur tiram putih di Desa Kertawangi. 78 Tabel 24. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya pada Tataniaga Jamur Tiram Putih Di Desa Kertawangi Lembaga Tataniaga Keuntungan RpKg Biaya RpKg ΠC Saluran Tataniaga I Pedagang Pengumpul 291,03 208,97 1,39 Pedagang Grosir 841,50 158,50 5,31 Pedagang Pengecer 3.240,00 260,00 12,46 Total 4.372,53 627,47 19,16 Saluran Tataniaga II Bandar 357,19 142,81 2,50 Pedagang Grosir 841,50 158,50 5,31 Pedagang Pengecer 3.240,00 260,00 12,46 Total 4.438,69 561,31 20,27 Saluran Tataniaga III Pedagang Pengumpul 123,33 76,67 1,61 Bandar 357,19 142,81 2,50 Pedagang Grosir 841,50 158,50 5,31 Pedagang Pengecer 3.240,00 260,00 12,46 Total 4.562,02 637,98 21,88 Saluran Tataniaga IV Pedagang Grosir 841,50 158,50 5,31 Pedagang Pengecer 3.240,00 260,00 12,46 Total 4.081,50 418,50 17,77 Suatu saluran tataniaga dikatakan efisien apabila penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing lembaga tataniaga merata dan farmer’s share lebih besar dibanding dengan total marjin tataniaga. Pada saluran tataniaga satu hingga empat, terlihat bahwa pedagang pengecer adalah lembaga tataniaga yang memperoleh keuntungan paling besar, ditunjukkan dengan nilai ΠC sebesar 12,46 yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer akan menghasilkan keuntungan sebesar 12,46 satuan rupiah. Nilai ΠC terkecil diperoleh pedagang pengumpul pada saluran tataniaga satu, 79 yaitu sebesar 1,39. Seluruh saluran tataniaga jamur tiram putih memiliki nilai ΠC lebih besar dari satu, artinya bahwa kegiatan tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga di masing-masing saluran sudah memberikan keuntungan.

6.5.3. Analisis Farmer’s Share