23
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang
digunakan adalah teori mengenai sistem tataniaga dan pendekatan-pendekatan analisis tataniaga seperti pendekatan komoditi, pendekatan lembaga dan saluran
tataniaga, pendekatan fungsi tataniaga, pendekatan sistem dan struktur pasar, perilaku pasar, efisiensi tataniaga, marjin tataniaga, rasio keuntungan terhadap
biaya tataniaga, dan farmer’s share.
3.1.1. Konsep Tataniaga Pertanian
Istilah tataniaga saat ini lebih dikenal dengan istilah pemasaran atau marketing. Definisi dari tataniaga pertanian adalah proses aliran pemasaran suatu
komoditi pertanian dari tangan produsen ke pihak konsumen yang disertai dengan perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dengan melakukan satu atau lebih fungsi-fungsi tataniaga, oleh karena itu tataniaga merupakan suatu
kegiatan yang produktif Hanafiah dan Saefuddin 1983; Limbong dan Sitorus 1987; Sudiyono 2002.
Hanafiah dan Saefuddin 1983 menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuan dari tataniaga, yaitu menyampaikan suatu produk dari produsen hingga ke
tangan konsumen akhir, perlu dilaksanakan kegiatan-kegiatan tataniaga yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan
konsentrasi, proses pengembangan equalisasi dan proses penyebaran dispersi. Proses konsentrasi merupakan tahap awal dari pergerakan arus
tataniaga suatu barang. Barang-barang yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah yang lebih besar agar dapat disalurkan ke pasar-
pasar eceran secara lebih efisien. Kemudian dilanjutkan dengan proses equalisasi, yaitu berupa tindakan penyesuaian permintaan dan penawaran berdasarkan
tempat, waktu, jumlah, dan kualitas. Tahap terakhir adalah proses dispersi dimana
24
barang-barang yang telah terkumpul disebarkan ke arah konsumen atau pihak yang menggunakannya.
Tataniaga hasil pertanian memiliki perbedaan dengan tataniaga produk non pertanian. Perbedaan yang paling mendasar terletak pada ciri dan sifat khusus
yang dimiliki oleh produk pertanian. Soekartawi 1989 menyebutkan ciri produk pertanian yang membedakan dengan produk non pertanian, yaitu:
1 Produk pertanian adalah musiman. Artinya, produk pertanian tidak mungkin
tersedia setiap saat bila tanpa diikuti dengan manajemen stok yang baik. 2
Produk pertanian bersifat segar dan mudah rusak. Artinya, produk pertanian diperoleh dalam keadaan segar sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu
yang relatif lama. Jika diinginkan penyimpanan dalam waktu yang relatif lama, maka diperlukan perlakuan tambahan.
3 Produk pertanian bersifat bulky. Artinya, volumenya besar tetapi nilainya
relatif kecil, akibatnya dalam proses pengelolaannya diperlukan tempat yang luas.
4 Produk pertanian lebih mudah terserang hama dan penyakit.
5 Produk pertanian tidak selalu mudah didistribusikan ke tempat lain.
6 Produk pertanian bersifat lokal atau kondisional. Artinya, tidak semua
produk pertanian dapat dihasilkan dari satu lokasi, melainkan dari berbagai tempat.
7 Produk pertanian mempunyai kegunaan yang beragam dari satu bahan baku
yang sama. 8
Produk pertanian kadang memerlukan keterampilan khusus yang tenaga ahlinya sulit disediakan.
9 Produk pertanian dapat digunakan sebagai bahan baku produk lain,
disamping juga dapat dikonsumsi langsung. 10
Produk pertanian tertentu dapat berfungsi sebagai “produk sosial”, seperti beras di Indonesia.
Untuk menganalisis sistem tataniaga suatu komoditas pertanian dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan sudut pandang yang dikenal dengan
pendekatan Structure-Conduct-Performance S-C-P. Terdapat lima pendekatan pada pendekatan S-C-P yang sering dilakukan, yaitu pendekatan barangkomoditi
25
commodity approach, pendekatan fungsi functional approach, pendekatan lembaga institusional approach, pendekatan sistem system approach, dan
pendekatan permintaan-penawaranpendekatan teori ilmu ekonomi economics theoritical approach Limbong dan Sitorus 1987; Sudiyono 2002; Kohls dan Uhl
2002; Asmarantaka 2009.
3.1.2. Pendekatan Komoditi Tataniaga