43
Tabel 11. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran di Desa
Kertawangi Pada Tahun 2011
Jenis Tanaman Luas Tanam Ha
Produksi Ton
Jagung 9,1
8,2 Ubi kayu
3 6
Ubi jalar 4
13 Cabe
3,2 13
Tomat 30
120 Kentang
4 97
Kubis 8
90 Buncis
10 170
Brokoli 16
75 Terong
2,1 32
Selada 2,5
20 Talas
6 7,1
Wortel 6,7
23 Labu
9 123
Bunga kol 23,5
655,8
Jamur tiram 27
1.234
Sumber : Profil Desa Kertawangi, 2011
Jamur tiram merupakan tanaman sayuran yang memiliki luas tanam terbesar kedua setelah tomat di Desa Kertawangi, yaitu seluas 27 Ha. Pada tahun
2011, tercatat bahwa produktivitas jamur tiram di Desa Kertawangi mencapai 1.234 ton Ha, artinya pada tahun 2011 Desa Kertawangi mampu menghasilkan
jamur tiram sebanyak 33.318 ton. Jamur tiram memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dengan luas lahan pengusahaan yang tidak terlalu luas. Hal ini karena
pembudidayaan jamur tiram dilakukan secara bertingkat di dalam kumbung, sehingga mampu menghemat penggunaan lahan.
5.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Penduduk Desa Kertawangi pada tahun 2011 berjumlah 11.165 orang, yang terdiri dari 5.660 orang laki-laki dan 5.505 orang perempuan. Terdapat 3.176
Kepala Keluarga KK di Desa Kertawangi dengan kepadatan penduduk 50 jiwa per kilometer. Tingkat pendidikan penduduk Desa Kertawangi tergolong baik
karena hampir seluruh penduduk mengenyam pendidikan formal walaupun dengan tingkatan yang berbeda. Sebanyak 5.201 orang 46,6 persen dari total
penduduk telah menamatkan Sekolah Dasar SD, 1.450 orang 13 persen telah
44
menamatkan SMP, 1.204 orang 10,8 persen telah tamat SMA dan 306 orang 2,74 persen melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi tersebar mulai dari
D1 hingga S3. Jenis mata pencaharian pokok penduduk Desa Kertawangi yang
mendominasi, antara lain petani, Pegawai Negeri Sipil, karyawan swasta, pedagang, wiraswasta, dan buruh harian lepas. Jumlah penduduk dalam usia
angkatan kerja 18-56 tahun sebanyak 6.606 orang 59,17 persen dari total penduduk, yang terdiri dari 3.333 orang laki-laki dan 3.273 orang perempuan.
Jumlah rumah tangga tani berjumlah 2.550 keluarga dengan jumlah total anggota rumah tangga tani sebanyak 2.550 orang. Rumah tangga buruh tani berjumlah
1.531 keluarga dengan total anggota rumah tangga sebanyak 3.061 orang. Jumlah pendapatan per kapita dari sektor pertanian untuk setiap rumah tangga pertanian
adalah Rp 3.000.000.
5.4. Gambaran Umum Usahatani Jamur Tiram Putih di Desa Kertawangi
Budidaya jamur tiram putih mulai dirintis dan diperkenalkan kepada petani di Desa Kertawangi pada tahun 1988 oleh Bapak Ajang Taryana. Ketika itu
mayoritas penduduk Desa Kertawangi bermatapencaharian sebagai peternak, petani bunga potong, dan petani sayuran. Masuknya teknologi budidaya jamur
tiram diperkenalkan kepada para petani dan difasilitasi oleh Fakultas Biologi dari Institut Teknologi Bandung ITB. Pada awalnya perkembangan teknologi
budidaya jamur tiram ini berjalan lambat dan mengalami hambatan karena saat itu produk jamur tiram belum dikenal luas dan masyarakat masih menganggap jamur
sebagai tanaman beracun yang tidak dapat dikonsumsi. Akan tetapi, semenjak krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1996, mengakibatkan lebih tingginya
biaya produksi daripada keuntungan pada bidang usaha ternak, terutama peternakan sapi perah, sehingga membuat peternak di Desa Kertawangi
meninggalkan usaha ternak. Mereka mulai beralih menjadi petani jamur tiram meski masih dalam usaha skala rumah tangga. Dalam perkembangannya,
beberapa industri berskala rumah tangga bergabung hingga terbentuk CV dan memiliki badan hukum. Berkelanjutannya pembudidayaan jamur tiram di kawasan
45
ini didukung oleh mudahnya mendapatkan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam dan sumberdaya alam yang mendukung.
Pada awalnya bibit jamur tiram putih selalu didapat dari Badan Penelitian Sayuran Balitsa Lembang dengan harga yang cukup tinggi. Seiring berjalannya
waktu, beberapa petani mulai mempelajari cara membuat bibit jamur tiram untuk mengurangi biaya produksi. Beberapa petani jamur tiram Desa Kertawangi
berhasil membuat bibit jamur tiram putih tersebut dan kemudian menjualnya untuk petani jamur tiram putih lainnya. Selain menjual bibit, petani juga menjual
bag log media tumbuh jamur tiram, baik bag log yang belum diberi bibit, bag log yang sudah diberi bibit namun masih coklat miselium jamur belum
menyebar, maupun bag log yang sudah berwarna putih karena media tanam sudah dipenuhi miselium jamur. Petani dengan skala usaha kecil biasanya
membeli bag log yang sudah diberi bibit dan bag log yang sudah putih karena mereka kesulitan untuk melakukan proses pengukusan. Mereka tidak memiliki
alat pengukus steamer yang memadai sehingga persentase kegagalan cukup tinggi, akhirnya mereka lebih memilih untuk membeli bag log yang sudah siap
pakai dan petani cukup melakukan perawatan dan pemanenan saja. Saat ini jumlah petani jamur tiram putih di Desa Kertawangi telah
mengalami penurunan. Penurunan tersebut dimulai ketika terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak, terutama minyak tanah, karena proses pengukusan
membutuhkan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Hal tersebut menjadikan petani harus menambah pengeluaran untuk memproduksi bag log. Akan tetapi,
walaupun demikian jumlah petani jamur tiram putih hingga saat ini masih banyak dan masih mencapai ratusan petani. Satu periode penanaman bag log jamur tiram
memerlukan waktu empat bulan sehingga petani dapat melakukan tiga kali produksi dalam setahun. Namun karena terkendala modal, saat ini banyak petani
yang hanya mengisi kumbung satu atau dua kali dalam setahun dan kumbung tersebut tidak terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.
Sekitar tahun 2007 hingga 2010, setiap harinya Desa Kertawangi mampu menghasilkan sekitar 11 ton jamur tiram putih segar, namun saat ini total jamur
tiram putih segar yang dihasilkan hanya empat hingga lima ton saja. Hal tersebut disebabkan perubahan cuaca yang tidak menentu dan turunnya kualitas bibit
46
jamur tiram putih yang digunakan para petani sehingga berdampak terhadap penurunan kuantitas hasil produksi jamur tiram. Pemasaran jamur tiram putih dari
Desa Kertawangi sebagian besar ditujukan untuk pasar luar kota seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Indramayu, Tegal dan Cirebon.
Di Desa Kertawangi telah terbentuk sebuah kelompok tani yang mewadahi petani jamur tiram putih. Namun hingga saat ini, kelompok tani ini
belum bisa memberikan manfaat nyata terhadap petani anggotanya karena kelompok tani ini belum bekerja maksimal.
5.5. Karakteristik Petani Responden