80
berhubungan dengan pedagang grosir. Saluran tataniaga yang menghasilkan farmer’s share terkecil adalah saluran tataniaga tiga, yaitu sebesar 56,67 persen.
Saluran tataniaga tiga tidak banyak dipilih oleh petani responden karena harga yang diberikan kepada petani rendah dan mengakibatkan
farmer’s share yang rendah pula. Oleh karena itu, saluran tataniaga yang menghasilkan farmer,s share
tertinggi untuk petani berskala kecil adalah saluran tataniaga satu dan dua dengan nilai 58,33 persen.
6.5.4. Alternatif Saluran Tataniaga
Alternatif saluran tataniaga dapat dilakukan jika dapat dibentuk suatu organisasi yang berperan aktif sebagai lembaga tataniaga utama produk jamur
tiram putih. Organisasi yang diharapkan terbentuk sebagai alternatif saluran penjualan jamur tiram putih adalah koperasi yang mampu membantu petani
terutama dalam memasarkan jamur tiram putih hasil produksi petani. Koperasi selain dapat memperpendek rantai tataniaga juga dapat meningkatkan posisi
tawar petani terhadap lembaga tataniaga. Dengan adanya koperasi akan dapat mengefisienkan rantai tataniaga jamur tiram putih dengan cara memperpendek
alur perdagangan jamur tiram putih. Koperasi dapat menggantikan fungsi lembaga tataniaga yang berada di Desa Kertawangi, seperti pedagang pengumpul
dan bandar. Melalui koperasi, baik petani kecil maupun petani besar dapat menjual hasil produksinya dengan harga yang seragam. Koperasi dapat
meningkatkan daya tawar petani terhadap pasar karena petani bergabung dalam memasarkan produknya hanya kepada koperasi, koperasi menampung
keseluruhan hasil panen petani, sehingga lembaga tataniaga jamur tiram putih berikutnya seperti pedagang grosir akan membeli dari koperasi dengan harga
yang seragam. Selain itu, koperasi dapat mencari peluang-peluang pasar yang baru yang dapat meningkatkan keuntungan petani anggotanya.
Gambar 9.
Alternatif Saluran Tataniaga Jamur Tiram Putih di Desa Kertawangi Petani
Koperasi
Pedagang Grosir
Pedagang Pengecer
Konsumen Akhir
81
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari analisis sistem tataniaga jamur tiram putih di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat yaitu :
1. Terdapat empat saluran pemasaran jamur tiram putih di Desa Kertawangi
yang keseluruhannya melibatkan lembaga tataniaga sebelum sampai ke tangan konsumen akhir. Lembaga tataniaga yang terlibat adalah pedagang
pengumpul, bandar, pedagang grosir dan pedagang pengecer. Saluran tataniaga terpanjang adalah saluran tataniaga tiga dan saluran tataniaga
terpendek adalah saluran tataniaga empat. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga tersebut meliputi fungsi
pertukaran, fungsi fisik dan fungsi penyediaan fasilitas. Struktur pasar yang terjadi di pasar jamur tiram adalah struktur pasar bersaing sempurna
competitive market dan struktur pasar oligopoli. Penentu harga pada pasar jamur tiram adalah nota pasar induk yang dilihat berdasarkan
permintaan dan penawaran jamur tiram yang terjadi saat itu. Kerjasama yang dilakukan antara petani dengan lembaga tataniaga dan antar lembaga
tataniaga berdasarkan kepercayaan karena tidak adanya kontrak kerjasama tertulis. Sistem pembayaran sebagian besar menggunakan sistem keluar-
masuk harian baik petani maupun lembaga tataniaga. 2.
Nilai farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran tataniaga empat, yaitu
sebesar 62,5 persen dan memiliki volume penjualan tertinggi 850 kilogram dengan harga jual jamur tiram tertinggi diantara keempat
saluran tataniaga, yaitu Rp 7.500 per kilogram. Nilai farmer’s share
terendah terdapat pada saluran tataniaga tiga, yaitu sebesar 56,67 persen dan volume penjualannya pun rendah 40 kilogram. Berdasarkan nilai
farmer’s share tersebut, saluran tataniaga yang memberikan keuntungan paling besar kepada petani adalah saluran tataniaga empat.
3. Berdasarkan hasil analisis marjin tataniaga,
farmer’s share dan rasio keuntungan atas biaya dan volume jamur tiram yang terjual dengan
volume penjualan 1.145 kilogram per hari, menunjukkan bahwa saluran