Saluran Tataniaga I Analisis Saluran Tataniaga

57

6.2. Analisis Saluran Tataniaga

Petani jamur tiram putih sangat mengandalkan peran lembaga tataniaga dalam memasarkan produknya. Oleh sebab itu, terdapat beberapa pola saluran tataniaga jamur tiram putih di Desa Kertawangi. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat empat saluran tataniaga jamur tiram putih segar di Desa Kertawangi. Berikut adalah saluran tataniaga tersebut: Saluran tataniaga I : Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Grosir Pedagang Pengecer Konsumen Akhir Saluran tataniaga II : Petani Bandar Pedagang Grosir Pedagang Pengecer Konsumen Akhir Saluran tataniaga III : Petani Pedagang Pengumpul Bandar Pedagang Grosir Pedagang Pengecer Konsumen Akhir Saluran tataniaga IV : Petani Pedagang Grosir Pedagang Pengecer Konsumen Akhir Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap delapan orang petani responden, diketahui bahwa total volume jamur tiram yang dihasilkan oleh delapan orang petani responden tersebut berjumlah 1.145 kilogram per hari. Artinya, keempat saluran tataniaga tersebut dalam sehari paling tidak dapat menyalurkan 1.145 kg jamur tiram putih kepada konsumen akhir di berbagai kota tujuan.

6.2.1. Saluran Tataniaga I

Saluran tataniaga satu terdiri dari petani, pedagang pengumpulpengepul, pedagang grosir, pedagang pengecer dan konsumen. Volume penjualan jamur tiram putih pada saluran satu sebanyak 105 kg atau 9,17 persen dari total volume penjualan jamur tiram putih petani responden. Gambar 4 menggambarkan aliran saluran tataniaga satu. 58 Gambar 4. Saluran Tataniaga I Jamur Tiram Putih Saluran tataniaga ini adalah saluran tataniaga yang paling banyak digunakan oleh petani responden. Petani responden yang memilih saluran ini berjumlah tiga orang atau sebanyak 37,5 persen dari total petani responden Tabel 15. Tabel 15. Volume dan Harga Jual Jamur Tiram Putih di Tingkat Petani pada Saluran Tataniaga I No. Nama Petani Skala Usaha Volume Kg Harga Jual RpKg 1. Beni Kecil 50 7.000 2. Atikah Kecil 30 7.000 3. Agus Kecil 25 7.000 Petani responden di Saluran I ini menjual jamur tiram putihnya ke pedagang pengumpul yang merupakan petani jamur tiram putih juga, yaitu Bapak Beni. Alasan petani responden memilih saluran tataniaga ini adalah karena pada awalnya pedagang pengumpul menawarkan jasa pembelian kepada petani dan juga adanya kedekatan lokasi kumbung petani dengan lokasi pengepul sehingga memudahkan petani dalam memasarkan produknya. Selain itu, pengepul menjemput hasil panen dari kumbung petani dengan menggunakan motor. Petani telah menjadi langganan tetap pengepul dan antara kedua belah pihak telah terjalin suatu kerjasama yang berlandaskan kepercayaan. Petani melakukan kegiatan pemanenan sekitar pukul 06.00-08.00, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pengemasan. Pengambilan jamur tiram oleh pengepul dilakukan sekitar pukul 10.00-11.00. Harga beli jamur tiram putih yang diterima petani dari pengepul adalah Rp 7.000 per kilogram. Selanjutnya proses tataniaga berlanjut dari pengepul ke pedagang grosir. Pengepul menjual jamur tiram putih yang telah dikumpulkannya ke pedagang grosir yang berasal Petani Pedagang Grosir Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen Akhir 59 dari Bandung, Jakarta, Cibitung, Tangerang, dan Tegal. Volume penjualan jamur tiram putih untuk pedagang grosir Bandung, Jakarta, Cibitung, Tangerang, dan Tegal berjumlah masing-masing satu kwintal. Harga beli jamur tiram putih oleh pedagang grosir Bandung, Tangerang dan Cibitung disepakati sebesar Rp 7.500 per kilogram dan untuk harga grosir Jakarta dan Tegal sedikit lebih tinggi yaitu Rp 8.000 per kilogram karena di kedua kota tersebut tingkat permintaan akan jamur tiram putih lebih tinggi dibanding dengan kota tujuan pemasaran lainnya. Saluran tataniaga yang ditelusuri oleh peneliti adalah saluran tataniaga dengan lembaga tataniaga pedagang grosir untuk pasar Kota Bandung karena ruang lingkup penelitian ini hanya untuk pasar Kota Bandung. Pedagang grosir yang menjadi responden pada Saluran I ini adalah Ibu Brastyan yang menjual jamur tiram putih secara grosir di Pasar Induk Caringin Kota Bandung dengan volume penjualan jamur tiram putih per hari mencapai 500 kilogram. Pedagang grosir harus mengambil jamur tiram putih ke lokasi pengepul di Desa Kertawangi. Selanjutnya, pedagang grosir membawa jamur tiram putih yang telah dibeli dari pedagang pengumpul ke Pasar Induk Caringin. Di Pasar Induk Caringin harga jual jamur tiram adalah Rp 8.500 per kilogram. Konsumen dari pedagang grosir Ibu Brastyan rata-rata adalah para pedagang pengecer sayuran yang berjualan di pasar-pasar kecil Kota Bandung. Pedagang pengecer yang menjadi responden bernama Adi yang lokasi berjualannya di Pasar Andir Bandung. Pedagang pengecer menjual jamur tiram putih kepada konsumen akhir dengan harga Rp 12.000 per kilogram. Pada saluran ini, petani tidak mengeluarkan biaya tataniaga. Biaya tataniaga dikeluarkan oleh pengepul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer.

6.2.2. Saluran Tataniaga II