38
responden. Langkah awal penentuan responden terhadap petani dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kantor Desa Kertawangi.
Responden yang terpilih adalah delapan orang petani jamur tiram putih yang penulis anggap cukup untuk mewakili gambaran petani jamur tiram putih di
Desa Kertawangi dan sepuluh lembaga tataniaga jamur tiram putih yang terlibat dalam proses pendistribusian jamur tiram putih dari petani hingga mencapai
konsumen akhir. Petani yang terpilih menjadi responden kemudian dibagi menurut skala usahanya berdasarkan jumlah baglog media tanam jamur tiram
putih yang dimiliki dalam usahanya. Lembaga tataniaga yang menjadi responden meliputi pedagang pengumpul, bandar, pedagang grosir, dan pedagang pengecer.
Data mengenai petani dan lembaga tataniaga responden dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
4.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
4.4.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mendefinisikan secara kualitatif gambaran umum mengenai lokasi penelitian, objek penelitian, serta hal lain
seperti interpretasi hasil perhitungan penelitian dari analisis kuantitatif. Hal-hal yang dianalisis berhubungan tentang marjin tataniaga,
farmer’s share, rasio keuntungan, dan biaya untuk menganalisis efisiensi tataniaga.
4.4.2. Analisis Sistem Tataniaga
Pengamatan sistem tataniaga jamur tiram putih dimulai dari petani produsen dengan menghitung persentase pasokan sampai ke tangan konsumen
akhir. Sistem tataniaga jamur tiram putih di Desa Kertawangi dianalisis dengan cara mengamati lembaga-lembaga tataniaga yang berperan sebagai pihak
perantara dalam proses penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Jalur tataniaga tersebut kemudian menggambarkan peta saluran tataniaga.
39
4.4.3. Analisis Struktur dan Perilaku Pasar
Struktur pasar jamur tiram putih dianalisis berdasarkan saluran tataniaga yang didukung peranan fungsi-fungsinya, jumlah lembaga tataniaga yang terlibat
penjual dan pembeli, sifat produk, kebebasan keluar masuk pasar, dan informasi harga pasar yang terjadi. Perilaku pasar jamur tiram putih ini dianalisis dengan
mengamati praktek penjualan dan pembelian, kerjasama antar lembaga tataniaga, serta sistem penentuan dan pembayaran harga. Struktur pasar dilihat dengan
mengetahui jumlah petani dan penjual yang terlibat, kondisi dan keadaan produk, mudah tidaknya keluar masuk pasar, serta perubahan informasi harga pasar. Oleh
karena itu, akan diketahui struktur pasar yang dihadapi oleh pelaku tataniaga jamur tiram putih.
Analisis perilaku pasar jamur tiram putih dapat dicirikan dengan tingkah laku lembaga tataniaga dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan
penjualan, pembelian, sistem penentuan harga, cara pembayaran, serta bentuk kerjasama yang dilakukan.
4.4.4
Analisis Marjin Tataniaga
Analisis marjin tataniaga bertujuan untuk mengetahui tingkatan efisiensi tataniaga jamur tiram putih. Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan
harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga, atau perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan
oleh konsumen. Besarnya marjin tataniaga pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh oleh
lembaga tataniaga. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
MT = Pr − Pf = ��
� �=1
Keterangan: MT : Marjin Total Rpkg
Pr : Harga pembelian oleh konsumen akhir Rpkg
Pf : Harga penjualan di tingkat petani Rpkg
Mi : Marjin tataniaga di tingkat ke-i Rpkg n
: Jumlah tingkatan lembaga tataniaga yang terlibat
40
Marjin tataniaga untuk tiap lembaga tataniaga Mi dapat dihitung dengan dua cara yaitu pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada suatu
lembaga tataniaga atau penjumlahan biaya dan keuntungan tataniaga pada suatu lembaga tataniaga. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Mi = Psi – Pbi = Ci + Πi, atau
Πi = Psi – Pbi - Ci Keterangan:
Mi : Marjin tataniaga di tingkat ke-i Rpkg Psi : Harga jual pasar di tingkat ke-i Rpkg
Pbi : Harga beli pasar di tingkat ke-i Rpkg Ci
: Biaya tataniaga yang dikeluarkan lembaga tataniaga tingkat ke-i Rpkg Πi : Keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga tingkat ke-i Rpkg
4.4.5. Analisis Rasio Keuntungan Atas Biaya Tataniaga