Nilai Ekonomi Panas Bumi

Nilai ekonomi sumberdaya alam panas bumi per tahun yang diperoleh, sudah dikurangi dengan nilai air yang digunakan untuk menghasilkan uap yaitu dengan menggunakan model perhitungan water residual value. Nilai ekonomi panas bumi dikurangi dengan biaya input dan dibagi dengan jumlah air yang digunakan per periode produksi. Jumlah air per periode produksi untuk 260 MW yaitu sebesar 140.000 m 3

7.1.2 Nilai Ekonomi Hasil Kayu Hutan Produksi

jam. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, maka nilai total ekonomi panas bumi per tahun di kawasan Kamojang setelah dikurangi nilai air diperoleh sebesar Rp 1.673.568.000.000. Nilai ekonomi sumberdaya alam hutan produksi untuk kayu dibagi dalam dua kategori. Pertama untuk total nilai produksi hutan hasil kayu diperoleh dari hasil perkalian antara harga kayu dengan volume produksi kayu untuk masing- masing jenis kayu per m 3 , sehingga total nilai ekonomi sumberdaya alam hutan produksi hasil kayu diperoleh dari nilai produksi kayu per bulan dikalikan 12 bulan berjalan dalam setahun dengan luasan lahan hutan produksi kayu 50,35 ha. Kedua untuk nilai ekonomi kayu bakar diperoleh dari hasil perkalian antara harga kayu bakar dipasar per ikat dengan jumlah rata-rata pengambilan kayu bakar oleh masyarakat dalam kurun waktu sebulan. Untuk perhitungan nilai ekonomi hutan produksi hasil kayu dapat dilihat pada Tabel 11 berikut: Tabel 11 Total Ekonomi Hasil Kayu Hutan Produksi di Kawasan Kamojang Jenis Kayu Hargam 3 Rp.000 Produksi m 3 Bln Luas Hutan Ha Nilai Produksi Rp 1.200 Eucalyptus 469,67 563.604.000 50,35 1.200 Suren 182,67 219.204.000 50,35 1.000 Salamander 63,33 63.330.000 50,35 846.138.000 Nilai Produksi per Bulan 50,35 Ha 10.153.656.000 Total Nilai Produksi per Tahun 50,35 Ha Sumber : Data Sekunder, 2011 Harga komoditi ditingkat produsen maret 2011. Dari hasil perhitungan nilai ekonomi hutan produksi untuk kayu Eucalyptus di kawasan Kamojang dengan produksi per bulan yaitu 469,67 m 3 dan harga jual kayu per m 3 adalah Rp 1.200.000 sehingga diperoleh nilai ekonomi kayu Eucalyptus per bulan adalah Rp 563.604.000, untuk kayu jenis Suren produksi per bulan yaitu 182,67 m 3 dengan harga jual kayu per m 3 adalah Rp1.200.000, sehingga diperoleh nilai ekonomi kayu Suren per bulan adalah Rp219.204.000, dan untuk kayu Salamander dengan produksi per bulan yaitu 63,33 m 3 dengan harga jual kayu per m 3 adalah Rp 1.000.000, sehingga diperoleh nilai ekonomi kayu Salamander per bulan adalah Rp 63.330.000. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka total nilai ekonomi kayu Eucalyptus, Suren dan Salamander per bulan dengan luasan lahan 50,35 hektar yang diperoleh pada hutan produksi hasil kayu di kawasan Kamojang adalah Rp 846.138.000

7.1.3 Nilai Ekonomi Kayu Bakar

. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan masyarakat yang sering melakukan aktifitas di sekitar kawasan panas bumi Kamojang, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat menggunakan kayu bakar untuk memasak. Jumlah kepala keluarga yang tinggal dan menetap di Desa Ibun dan Desa Sukakarya adalah 3.399 KK dengan rata-rata pengambilan kayu bakar per KK dalam kurun waktu sebulan yaitu 10 ikat, dengan asumsi bahwa jumlah penggunaan kayu bakar adalah 80 dari jumlah kepala keluarga yang ada dikedua Desa yaitu 2.719 KK . Sedangkan 20 kepala keluarga lainnya menggunakan minyak tanah dan gas sebagai kebutuhan hidup sehari-hari dalam hal ini kegiatan memasak. Perhitungan nilai ekonomi kayu bakar lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 12 berikut : Tabel 12 Nilai Ekonomi Kayu Bakar di Kawasan Panas Bumi Kamojang Komponen Harga RpIkat Jmlh Pengambilan IkatBlnKK Nilai Total Rp Kayu Bakar 5000 10 50.000 Nilai Ekonomi Kayu Bakar untuk 2.719 KKBulan 148.550.000 Total Nilai Ekonomi Kayu Bakar per Tahun 1.782.600.000 Sumber : Data Primer diolah, 2011 Keterangan : Harga komoditi ditingkat petani maret 2011. 1. Harga jual kayu bakar per ikat Rp 5000 2. Penduduk sekitar kawasan yang memanfaatkan hasil hutan sebagai kayu bakar ± 80 dari 3.399 kepala keluarga yaitu 2.719 KK. Perhitungan total nilai ekonomi kayu bakar yang diperoleh dari perkalian antara rata-rata pengambilan kayu bakar yaitu 10 ikat per bulan per KK dengan 80 jumlah KK yaitu 2.719, maka diperoleh nilai ekonomi kayu bakar selama sebulan yaitu sebesar Rp 148.550.000. Nilai ekonomi kayu bakar yang diperoleh per bulan dikalikan dengan 12 bulan kurun waktu satu tahun maka total nilai ekonomi kayu bakar yang diperoleh adalah Rp 1.782.600.000. Berdasarkan nilai ekonomi diatas maka dapat dilihat bahwa masyarakat yang kesehariannya bekerja sebagai petani dengan tingkat pendapatan rendah secara tidak langsung mereka akan memiliki ketergantungan hidup pada kawasan dimana mereka bermukim dan menetap, terutama masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani, tukang batu, buruh bangunan dan lain sebagainya. Selain pekerjaan dengan tingkat pendapatan yang rendah masyarakat pedesaan memiliki kebiasaan menggunakan kayu bakar untuk melakukan aktifitas kesehariannya memasak. Selain itu program pemerintah yang menganjurkan penggunaan gas untuk aktifitas masyarakat sehari-hari memasak, tidak terlalu menyentuh masyarakat terutama masyarakat pedesaan karena kurang adanya penyuluhan tentang tingkat efisiensi dari pemakaian gas, sehingga menyebabkan ketakutan bagi masyarakat dari akibat yang ditimbulkan oleh gas yang sering didengar maupun dilihat melalui media TV, Radio dan Koran dan hal ini menjadi trauma tersendiri bagi masyarakat. Kawasan panas bumi Kamojang merupakan kawasan yang dilindungi, oleh sebab itu setiap saat ada petugas dari BKSDA maupun Pertamina yang melakukan patroli pengontrolan disekitar kawasan, sehingga masyarakat yang melakukan aktifitas disekitar kawasan ini tidak melakukan penebangan secara illegal maupun perusakan hutan lainya. Masyarakat yang berada disekitar kawasan ini juga tidak menebang pohon yang ada untuk dijadikan kayu bakar namun memanfaatkan pohon yang telah tumbang, dahan-dahan atau ranting yang kering dalam pemungutannya.

7.1.4 Nilai Ekonomi Satwa

Berdasarkan hasil wawancara dengan BKSD Jawa Barat dalam hal ini sebagai pengelola cagar alam kawasan Kamojang bahwa ada beberapa satwa yang dilindungi dan yang tidak dilindungi kerena sering diburu oleh masyarakat. Untuk jenis-jenis satwa buruan yang dilindungi dan tidak dilindungi dapat dilihat pada Tabel 13 berikut :