Matriks dan Asumsi Penelitian

5. Tread point penentuan WTP berdasarkan harga karcis masuk untuk wisata sedangkan untuk nilai warisan dan keberadaan ditetapkan berdasarkan harga bibit kayu suren yang ada di Kamojang. Adapun untuk melihat tujuan, alat analisis dan karakteristik data yang dilakukan pada penelitian, “valuasi ekonomi sumberdaya alam kawasan panas bumi Kamojang Jawa Barat”, maka dapat dilihat pada urain Tabel 3 berikut : Tabel 3. Matriks Penelitian No Tujuan Penelitian Metode Analisis Sumber Data Jumlah Responden 1 Identifikasi Sumberdaya alam dan lingkungan yang ada di kawasan panas bumi Kamojang Deskriptif dan kualitatif Sekunder dan Wawancara Q person 10 2 Menghitung dan menganalisis nilai ekonomi manfaat langsung dan manfaat tidak langsung yang ada di kawasan panas bumi Kamojang. Produktivity Method, Water Residual Value, TCM Benefit Transfer Wawancara dengen responden Menggunakan Kuesioner 60 3 Menghitung nilai ekonomi keberadaan Existence Value, dan warisan Bequest Value, yang ada di kawasan panas bumi Kamojang. CVM Contingent Value Method Wawancara dengen responden Menggunakan Kuesioner 170 4 Menghitung nilai ekonomi total sumberdaya alam dan lingkungan yang ada di kawasan panas bumi Kamojang. Total Economic Value dan Net Present Value Wawancara dengen responden Menggunakan Kuesioner 240 Keterangan : PK : Produksi kayu m HK : Harga kayu Rp.m 3 3 NEPK : Nilai ekonomi Produksi Kayu Rp.tahun HKB : Harga kayu bakar Rp.ikat PKB : Pengambilan Kayu Bakar IkatBulan ∑RKK : Jumlah Kepala Keluarga responden NEKB : Nilai ekonomi Kayu Bakar Rp.tahun JSB : Jumlah Satwa Buru EkorBulan HSB : Harga Satwa Buru RpEkor NESB : Nilai ekonomi Satwa Buru Rp.tahun JSA : Jumlah Sayuran Alami Ikat, Rumpun dan KgBulan HSA : Harga Sayuran Alami Rp Ikat, Rumpun dan Kg NESB : Nilai ekonomi Sayuran Alami Rp.tahun TPH : Total Produksi Hortikultura KgPanen HSH : Harga Sayuran Hortikultura RpKg BPH : Biaya Produksi Hortikultura RpKg NEPH : Nilai ekonomi Produksi Hortikltura Rp.tahun TPOA : Total Penggunaan Obat Alami KgBulan HOA : Harga Obat Alami RpKg ∑RKK : Jumlah Kepala Keluarga responden NEO : Nilai ekonomi Obat Alami Rp.tahun PPB : Potensi Panas Bumi MWJam HPB : Harga Panas Bumi RpKVA BKUL : Biaya Konversi Uap ke Listrik MWJam NEPB : Nilai ekonomi Panas Bumi Rp.tahun NM : Nilai Median WTPRe : Willingness To Pay Responden ekowisata WTPRk : Willingness To Pay Responden keberadaan WTPRw : Willingness To Pay Responden warisan JR : Jumlah Responden Bulan JKW : Jumlah Kunjungan Wisatawan Bulan NW : Nilai Wisata Rp.tahun NEA : Nilai Ekonomi Air Rpm 3 PL : Penggunaan Listrik KVAJam JKK : Jumlah Kepala Keluarga PP : Penyusutan Pompa RpBulan NEK : Nilai Ekonomi Karbon RpTon LL : Luas Lahan Ha PK : Penyimpan Karbon HK : Harga Karbon RpTon FK : Faktor Koreksi NPK : Nilai Pelestarian keberadaan RpBulan NK : Nilai Keberadaan Rp.tahun NPW : Nilai Pelestarian Warisan RpBulan NW : Nilai Warisan Rp.tahun TEV = UV + NUV = DU + IDU + NUV TEV : Total Economic Value Nilai Ekonomi Total UV : Use Value Nilai Guna NUV : Non Use Value Nilai bukan Guna DU : Direct Use Manfaat Langsung IDU : Indirect Use Manfaat tidak Langsung 35 Tabel 2 Model Perhitungan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kawasan Panas Bumi Kamojang No Bentuk Valuasi Ekonomi Data yang dikumpul Satuan Penelitian Rumus Nilai Manfaat Langsung 1. a. Kayu - Potensi kayu yang dapat ditebang dan harga pasar kayu  Nilai ekonomi hasil kayu, Rp.Tahun - NEPK=PK x HK a. Kayu Bakar - Jumlah responden pengmpul dan pemakai kayu bakar  Nilai ekonomi kayu bakar, Rp.thn - NEKB = HKB x PKB x ∑RKK b. Satwa buruan - Jumlah pemburu pemanfaatan binang buruan  Nilai ekonomi satwa buruan, Rp.thn - NESB = JSB x HSB c. Sayuran Alami - Jumlah pemanfaatan sayuran  Nilai ekonomi sayuran - NESA= JSA x HSA x ∑RKK d. Pertanian Hortikultura - Jumlah produksi dan luas lahan  Nilai ekonomi pertanian hortikultura - NEPH = TPH x HSH x BPH e. Obat-obatan Alami - Jumlah pengambilan dan penggunaan  Nilai ekonomi obat-obatan yang tumbuh secara alami - NEO = XPOA x HOA x ∑RKK f. Panas Bumi - Potensi yang terkelola  Nilai ekonomi panas bumi - NEPB=PPB x HPB - BKUL Manfaat Tidak Langsung 2. a. Ekowisata - Jumlah kunjungan - WTP  Nilai median  Nilai ekowisata - NM = WTPR x JR - NW = NM x JKW a. Air - Jumlah penggunaan air - Jumlah KK  Nilai air - NEA = PL x JKK - PP b. Penyimpan karbon - Nilai serapan karbon  Menghitung nilai penyimpan karbong - NEK = LL x PK x HK x FK Manfaat Keberadaan Warisan 3. a. Keberadaan - Nilai pelestarian  Nilai median  Menghitung nilai keberadaan dengan pelestarian - NM = WTPR x JP - NK = NM x NPK

b. Warisan - Nilai pelestarian

 Nilai median  Menghitung nilai keberadaan dengan pelestarian - NM = WTPR x JP - NW = NM x NPW

BAB 5 GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

5.1 SEJARAH

Kamojang pertama kali menarik perhatian para ahli pada tahun 1918 Netherlands East Indies Volcanological Survey. Sejak tahun 1926 – 1928 energi panas bumi Kamojang pertama kali di lakukan eksplorasi oleh Pemerintah Hindia Belanda yaitu dengan melakukan pengeboran sebanyak 5 sumur dan pada tahun 1971 – 1978, Geothermal Survey of Indonesia bekerja sama dengan New Zealand Geothermal Project melakukan pengeboran sebanyak 14 sumur eksplorasi, dan pada tahun 1979, energi panas bumi Kamojang untuk pertama kalinya menghasilkan energi listrik sebesar 0,25 MW. Kawasan panas bumi Kamojang ini telah dikelolah menjadi sumber energi listrik yang pertama di Indonesia. Hingga sekarang telah dilakukan 82 pengeboran sumur, dimana hanya 47 sumur yang beroperasi sebagai penyuplai panas bumi dalam bentuk uap basah sedangkan sumur lainnya sebagian berfungsi sebagai sumur injeksi air dari Danau Cikaro ke dalam perut bumi serta sumur monitoring. 5.2 Manfaat utama dari kawasan panas bumi Kamojang yaitu sebagai penyedia energi alternatif. Letak Geografis dan Administrasi A. 107 Secara administratif kawasan Kamojang terletak di antara dua Kecamatan dan Kabupaten yang berbeda yaitu Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dengan kordinat : o 37’29’’ BT sd 107 o B. 07 59’59’’ BT o 00’00’’ LS sd 07 o Wilayah Kuasa Pertambangan WKP Area Geothermal Kamojang memiliki luasan sebesar ±154.318 hektar. Pengelolah kawasan Kamojang diberikan kepada PT Pertamina Geothermal Energy berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 466KptsMPertamb74 tanggal 10 Agustus 1974. Namun sejak tahun 2010 luasan wilayah kuasa pertambangan Kamojang telah dilakukan perubahan dengan luasan wilayah kuasa pertambangan menjadi sebesar ±45.000 hektar. 20’00’’ LS Dari luasan wilayah kuasa pertambangan yang diberikan tersebut, oleh PT Pertamina Geothermal Energy Kamojang hanya digunakan seluas 108,55 hektar. Luas lahan yang digunakan untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi, cooling tower, sumur sumber uap maupun sumur untuk injeksi air, pipa instalasi penyaluran uap, mess untuk karyawan, lapangan olahraga dan perkantoran. Tata guna lahan sebagai berikut 1 a. Cagar Alam : 48,85 hektar : b. Hutan Produksi : 50,35 hektar c. Hak Milik : 9,35 hektar

5.3 Keadaan Fisik Cagar Alam dan TWA Kamojang

5.3.1 Luas dan letak

Luasan kawasan cagar alam Kamojang 7.805 hektar, dan taman wisata alam kamojang 8.286 hektar. Kawasan ini dikelola oleh BKSDA Jawa Barat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 110Kpts-II90 tanggal 14 Maret 1990. Letak kawasan cagar alam dan taman wisata alam Kamojang secara administrative kawasan ini terletak dalam dua wilayah yakni wilayah Desa Ibun, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan wilayah Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut.

5.3.2 Topografi

Keadaan lapangan secara umum topografinya bergelombang dengan ketinggian tempat antara 500-1.000 meter di atas permukaan laut. Iklim Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklimnya termasuk iklim tipe B dengan rata-rata curah hujan per tahun 2.500 - 3.000 mm.

5.3.3 Flora

Vegetasinya termasuk tipe hutan hujan tropik pegunungan dengan floranya terdiri dari jenis-jenis pohon dan liana serta epiphyt. Jenis-jenis pohon yang banyak terdapat adalah : Jamuju Podocarpus imbricatus, Puspa Schima 1. Tata guna lahan tersebut diberikan kepada PT. Pertamina Geothermal Energy Area Geothermal sebagai pengelola kawasan pembuatan sumur uap dan penyediaan instalasi penyaluran uap dan PT. Indonesia Power sebagai pengelola uap dengan luas kawasan 108, 55 ha