2. Wisata ilmiah berupa pengamatan flora, fauna, kehutan dengan kayu dan hutan yang masih alami dan gejala alam.
3. Mandi sauna alami dan air panas 4. Lintas alam
6.2.3 Sarana, Prasarana dan Aksesibilitas
Sarana dan Prasarana yang terdapat di kawasan ini antara lain : loket karcis, pos penjaga, toilet, lapangan parkir, pemandian sauna alam dan warung.
Untuk mencapai kawasan TWA Kamojang dapat di tempuh dengan jalur kendaraan umum antara lain :
1. Melalui Garut dengan rute Bandung - Tarogong - Samarang – Pangkalan - Kawah Kamojang dengan jarak tempuh ± 100 Km.
2. Dari Bandung - Majalaya – Ibun - Kawah Kamojang, sejauh ± 31 Km.
6.3 Potensi Kehutanan
Kawasan panas bumi Kamojang memiliki potensi sumberdar daya alam yang melimpah. Selain kawasan penghasil panas bumi. Kawasan Kamojang
secara administratif terdapat di hutan cagar alam pemerintah provinsi Jawa Barat dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 110Kpts-II90 tanggal 14
Maret 1990, yang menetapkan TWA Kamojang seluas 8.286 Ha dan Cagar Alam seluas 7.805 Ha, yang terbentang diantara Gunung Mesigi, Gunung Papandayan
dan Gunung Cikuray. Kawasan ini juga terdapat hutan produksi hasil kayu yang dikelolah DEPHUT Jawa Barat dengan luasan area 50,35 ha. Untuk potensi kayu
dapat diliht pada uraian Tabel 5 sebagai berikut :
Tabel 5 Jenis dan Potensi Sumberdaya alam Kayu Hutan Produksi di Kawasan Panas Bumi Kamojang
Jenis Kayu Potensi Ha
Produksi m3
0 - 5 th 6 - 10 th
10 th Eucalyptus
145 50
46 5.636
Suren 85
3 6
2.192 Salamander
31 2
760
Jumlah 261
55 52
8.589
Sumber: Perum Perhutani dan BKSDA Jabar-Banten 2008
Hutan cagar alam di kawasan ini sangatlah luas bila dibandingkan dengan hutan produksi yang ada di kawasan Kamojang. Luas hutan cagar alam yang
berada di kawasan Kamojang yaitu 7.805 hektar atau kurang lebih 155 kali lebih luas dari kawasan hutan produksi yang ada di kawasan panas bumi Kamojang.
Perum Perhutani unit III Jabar-Banten KPH Garut dan BKSDA SKW V Garut tentang pembagian kawasan hutan berdasarkan fungsinya berdasarkan Surat
Keputusan Menhut No. 195 tahun 2003. Dengan fungsi hutan dan luas areal yang terbagi dalam kawasan hutan produksi dan lindung dan kawasan hutan konservasi
yang terdapat di 42 Kecamatan. Untuk luasan hutan produksi 166,10 hektar, hutan produksi terbatas 5.400,42 hektar, hutan lindung 75.944,13 hektar, hutan taman
wisata alam 979,85 hektar, cagar alam darat 17.030,15 hektar, cagar alam laut 1.150,00 hektar dan taman buru 2.747,60 hektar, sehingga total luasan secara
keseluruhan adalah 103.418,25 hektar. Berdasarkan hasil identifikasi lapangan yang dilakukan di kawasan panas
bumi Kamojang, kondisi hutan cagar alam dan hutan produksi yang ada tidak mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh masyarakat yang melakukan aktifitas
disekitar kawasan seperti illegal logging, konversi lahan dan sebagainya. Kawasan kamojang selalu terjaga dengan adanya pengontrolan rutin yang dilakukan oleh
Pemerintah setempat melalui dinas BKSDA dan perusahaan terkait yang bekerja sama dengan menempatkan polisi hutan yang setiap saat melakukan pengontrolan
sehingga kawasan ini selalu terjaga kelestariaannya. Adapun kerusakan hutan yang sering terjadi dikawasan Kamojang
disebabkan oleh alam bukan karena kesengajaan kerusakan akibat manusia, seperti kebakaran hutan pada saat datangnya musim kemarau. Dengan kejadiaan
alam seperti ini maka pihak perusahaan dalam hal ini PT. Pertamina Geothermal Energy mengambil insiatif yaitu melakukan penanaman pohon dengan jumlah ±
10.000 pohon per tahun di kawasan Kamojang. Menurut pihak pengelola jika kawasan Kamojang sampai terjadi kerusakan baik oleh alam maupun ulah
manusia dan tidak sesegera mungkin dilakukan langkah pencegahan yaitu dengan penanaman pohon maupun yang lainya untuk mempertahankan kelestarian
kawasan Kamojang, maka akan berdampak pada perusahaan itu sendiri yang mana akan terjadi penurunan jumlah persediaan air yang nantinya digunakan