Masyarakat yang sering melakukan perburuan pada satwa yang dikonsumsi atapun dijual seperti Babi hutan dengan rata-rata hasil buruan yaitu 5
ekor per bulan dengan waktu berburu 1 kali dalam seminggu, harga jual per ekor adalah Rp 1.000.000, Kijang Rp 3.000.000 per ekor rata-rata perbulan 5 ekor,
Macan tutul Rp 10.000.000 per ekor rata-rata perbulan 1 ekor, Musang Rp 100.000ekor rata-rata perbulan 5 ekor, Trenggiling Rp 1.500.000 per ekor
rata-rata perbulan 10 ekor, Surili Rp 200.000 per ekor rata-rata perbulan 6 ekor, Lutung Rp 200.000 per ekor rata-rata perbulan 8 ekor, Ayam hutan Rp 30.000 per
ekor rata-rata perbulan 10 ekor, Burung Belibis Rp 30.000 per ekor rata-rata perbulan 20 ekor dan burung Kuntul Rp 20.000 per ekor rata-rata perbulan 15
ekor. Maraknya perburuan yang dilakukan oleh masyarakat saat ini apabila
dibiarkan maka suatu saat satwa yang diburu itu berkurang jumlahnya dan terancam punah, ditambah dengan konversi lahan hutan yang terjadi saat ini maka
kehidupan satwa semakin terancam akan keberadaanya. Perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia, di dalamnya termasuk satwa, memperoleh
perhatian besar pemerintah sebagaimana diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem dan dipertegas pada
PP no. 13 Tahun 1994 tentang pemburuan SatwaFauna yang berkaitan dengan perlindungan dan perdagangan SatwaFauna langka.
Peraturan pemerintah tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang telah diatur belum bisa menjamin adanya perlindungan akan
ekosistem yang dilindungi terutama di kawasan cagar alam panas bumi Kamojang, disebabkan kurangnya penyuluhan dari pemerintah terhadap
masyarakat tentang satwa yang dilindungi. Disisi lain belum adanya optimalisasi penegakan hukum terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai pemburu dan
pembeli satwa atau fauna langka yang dilindungi dikarenakan terbatasnya pengetahuan dibidang konservasi serta kuranya keahlian aparat hukum tentang
masalah perdagangan illegal, sehingga masyarakat yang berprofesi sebagai pemburu dengan bebas melakukan pelanggaran hukum tanpa mendapatkan sangsi
atau hukuman yang sepadan.
7.1.5 Nilai Produksi Sayuran Alami dan Pertanian Hortikultura
Dari data yang diperoleh di kawasan panas bumi Kamojang, dapat dikatakan bahwa kawasan ini sangat banyak memiliki sumber bahan makanan
salah satunya seperti pertanian hortikultura untuk manusia dan ekosistem yang ada disekitar kawasan. Manfaat ini akan selalu dirasakan apabila masyarakat yang
ada di kawasan panas bumi Kamojang menjaga dan melestarikan keberadaanya dan kemungkinan besar masih ada sumber-sumber makanan lain yang terdapat
dalam kawasan ini. Hal ini dapat dilihat dari potensi yang ada di kawasan panas bumi
Kamojang dengan sayur-sayuran yang tumbuh secara alami di sekitar kawasan dan pertanian hortikultura yang dijadikan bahan makanan dalam kehidupan
kesehariannya bagi masyarakat yang hidup dan menetap disekitar kawasan Kamojang.
a. Nilai Ekonomi Sayuran
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang beraktifitas disekitar kawasan panas bumi kamojang diperoleh jenis sayur-sayuran dari hutan
seperti Jamur hutan, Umbut, Daun pakis, Terong hutan dan Bayam untuk dijual dan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Untuk jenis sayuran dan nilai
ekonomi sayuran alami dapat dilihat pada uraian tabel 15 berikut:
Tabel 15 Nilai Ekonomi Sayuran yang bersumber dari alam di Kawasan Kamojang
Jenis Sayuran
Jumlah Satuan Harga
Rp Pengambilan
Bln Nilai sayuran
Rp
Jamur 100
Gram 2.000
1790 3.580.000
Daun Pakis 1
Ikat 1.500
21 31.500
Terong Hutan 1
Kg 1.500
21 31.500
Bayam 1
Ikat 2.000
23 46.000
Nilai Ekonomi Sayuran 3.689.000
Nilai Ekonomi Sayuran untuk 2.719KKBulan 10.030.391.000
Nilai Ekonomi Sayuran per Tahun 120.364.692.000
Sumber : Data Primer diolah, 2011
Keterangan :
Harga komoditi ditingkat petani 2011.
Penduduk sekitar kawasan yang memanfaatkan sayuran ± 80 dari 3.399 KK yaitu 2.719 KK.
Untuk pengambilan jenis sayuran yang didapat dari alam secara langsung dengan rata-rata pengambilan per bulan yaitu Jamur 1.790 gram, Daun Pakis 21
ikat, Terong Hutan 21 Kg dan Bayam 23 ikat, maka dari perhitungan tersebut diperoleh nilai ekonomi sayuran per bulan adalah Rp 3.689.000. Berdasarkan hasil
tersebut maka total nilai sayuran di kawasan panas bumi Kamojang selama satu tahun adalah Rp 120.364.692.000.
Sebagaimana diketahui bahwa jenis tanaman yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di pedesaan atau sekitar hutan
banyak sekali menggunakan jenis-jenis tumbuhan seperti Terong Hutan, Bayam dan Daun Pakis untuk keperluan hidup sehari-harinya. Tidak kurang dari 370 jenis
tanaman penghasil sayuran, sekitar 70 jenis tanaman berumbi, 60 jenis tanaman penyegar dan 55 jenis tanaman rempah-rempah yang secara teratur dimanfaatkan.
b. Nilai Ekonomi Hortikultura
Sesuai dengan hasil wawancara dengan masyarakat yang memiliki pertanian hortikultura dan kondisi yang ada dilapangan lahan hak milik dengan
luas 9,35 hektar yang dikelolah sebagai pertanian hortikulturan oleh masyarakat yang hidup dan menetap disekitar kawasan panas bumi Kamojang, kawasan
Kamojang sangat memberikan manfaat dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Komoditi yang ditanam oleh petani adalah Tomat, Kol, Wortel
dan Cabe dengan lama panen untuk masing-masing komoditi antara 3- 4 bulan sehingga dalam setahun petani hortikultura bisa memanen kurang lebih 3 kali
pada setiap komoditi. Nilai ekonomi panen sumberdaya alam sektor pertanian hortikultura
diperoleh dari pengkalian antara jumlah total hasil hasil panen dengan harga jual masing-masing komoditi. Beberapa komoditi yang dimasukan dalam perhitungan
nilai ekonomi diantaranya tomat, kol, wortel dan cabe. Nilai total ekonomi panen per komoditi per hektar diperoleh dari pengurangan antara nilai ekonomi panen
masing komoditi dengan biaya produksi masing-masing komoditi. Nilai ekonomi panen dan biaya produksi masing-masing komoditi diperoleh dari biaya yang
dikeluarkan petani dalam satu kali panen. Adapun biaya tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja dan sarana produksi. Untuk perhitungan nilai ekonomi pertanian
hortikultura di kawasan panas bumi Kamojang dapat dilihat pada uraian Tabel 16 berikut ini :
Tabel 16 Nilai Ekonomi Pertanian Hortikultura di Kawasan Panas Bumi Kamojang
Sumber : Data Primer diolah, 2011
Jenis Sayuran
Harga komoditi ditingkat petani 2011.
Perhitungan Nilai
Tomat
Jumlah hasil panen TonHaTahun 7
Luas lahan Ha 1,35
Jumlah panen per Tahun 3
Jumlah Total hasil panen TonTahun 21
Nilai Jual Rp.Kg 2000
Nilai Ekonomi Panen RpTahun 56.700.000
Biaya Imput 30.192.750
Nilai Total Produksi RpTahun 26.507.250
Kol
Jumlah hasil panen TonHaTahun 35
Luas lahan Ha 3
Jumlah panen per Tahun 3
Jumlah Total hasil panen TonTahun 105
Nilai Jual Rp.Kg 2000
Nilai Ekonomi Panen RpTahun 630.000.000
Biaya Imput 100.665.000
Nilai Total Produksi RpTahun 529.335.000
Jumlah hasil panen TonHaTahun
Wortel
25 Luas lahan Ha
2 Jumlah panen per Tahun
3 Jumlah Total hasil panen TonTahun
150 Nilai Jual Rp.Kg
2.500 Nilai Ekonomi Panen RpTahun
375.000.000 Biaya Imput
112.380.000
Nilai Total Produksi RpTahun 262.620.000
Cabe
Jumlah hasil panen TonHaTahun 6,4
Luas lahan Ha 3
Jumlah panen per Tahun 3
Jumlah Total hasil panen TonTahun 57,6
Nilai Jual Rp.Kg 23.000
Nilai Ekonomi Panen RpTahun 1.324.800.000
Biaya Imput 358.605.000
Nilai Total Produksi RpTahun 966.195.000
Total Nilai Ekonomi Hortikultura RpTahun 1.784.657.250