Pilihan Alternative Pengelolaan Kawasan Panas Bumi
keaneka ragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya serta sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan yang terdiri dari cagar alam dan suaka marga satwa.
3. Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
wilayah sistem penyangga kehidupan serta kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
4. Kawasan Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaannya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya
atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan pengembangannya secara alami.
5. Kawasan Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang
untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan diluar habitatnya. 6. Kawasan Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya,
pariwisata dan rekreasi. 7. Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan atau satwa yang alami, jenis asli dan atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, budaya, pariwisata dan rekreasi. Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata alam dan rekreasi alam. 8. Taman Buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat
diselenggarakan perburuan satwa buru secara teratur. Kawasan suaka alam terdiri dari kawasan cagar alam dan kawasan suaka
margasatwa. Kawasan pelestarian alam terdiri dari kawasan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam.
Pemerintah bertugas mengelola kawasan konservasi yaitu kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan taman buru, yang dalam sistem pengelolaannya dilakukan
sesuai dengan fungsi kawasan. Disisi lain sejarah membuktikan bahwa kenyataannya kawasan konservasi selalu mengalami gangguan. Gangguan
kawasan konservasi bermula karena adanya kesalahan dalam pengelolaan kawasan konservasi.
Masyarakat sekitar kawasan konservasi selalu dianggap musuh oleh pengelola. Pada kenyataannya kawasan konservasi sebagian besar wilayahnya selalu berbatasan
langsung dengan pemukiman masyarakat bahkan terdapat juga pemukiman penduduk dalam kawasan tersebut. Ini membuktikan bawa terdapat hubungan yang erat antara
kawasan dengan masyarakat sekitar. Gangguan terberat yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan konservasi
adalah terbitnya ijin pemanfaatan sumber daya alam yang ada dalam kawasan oleh sebuah lembaga. Pemanfaatan ini bersifat legal. Gangguan seperti ini dapat mengakibatkan kondisi
kawasan konservasi berubah dan akibatnya kawasan tersebut tidak sesuai lagi dengan fungsinya sebagai kawasan konservasi. Penyebab utama hilangnya keanekaragaman
hayati bukanlah dari eksploitasi manusia secara langsung, melainkan kerusakan habitat sebagai akibat yang tak dapat dihindari dari bertambahnya populasi penduduk dan kegiatan
manusia Indrawan et al. 2007. Berbagai gangguan yang terjadi pada kawasan suaka alam, kawasan
pelestarian alam dan taman buru mengakibatkan kondisinya tidak lagi sesuai dengan fungsi kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan taman buru, sehingga
perlu dilakukan evaluasi fungsi kawasan sebagai bahan untuk pengelolaan kembali kawasan konservasi.
Evaluasi fungsi kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan taman buru dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi kondisi riil kawasan
konservasi. Tujuan evaluasi fungsi sebagai bahan menentukan kebijakan lebih lanjut dalam pengelolaan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan taman buru.
Dalam menetapkan kebijakan dengan mengutamakan prinsip keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian fungsi sumberdaya hutan
kawasan panas bumi, maka pemahaman terhadap nilai ekonomi total Total economic value
hutan kawasan panas bumi serta kombinasi alokasi pemanfaatan sumberdaya yang efisien mutlak diperlukan. Konsep nilai ekonomi menurut
Barbier 1989 terdiri dari 5 komponen yaitu nilai manfaat langsung direct use value
, nilai manfaat tidak langsung indirect use value, nilai manfaat pilihan
option value, nilai keberadaan existence value dan nilai warisan bequest value
. Menurut Sanim, 1997 nilai ekonomi dari asset lingkungan hidup dapat
dipilah ke dalam suatu set bagian komponen. Sebagai ilustrasi dalam konteks penentuan alternatif penggunaan lahan dari hutan konservasi kawasan panas bumi.
Berdasarkan hukum biaya dan manfaat benefit – cost rule, keputusan untuk mengembangkan suatu hutan konservasi kawasan panas bumi dapat dibenarkan
apabila manfaat dari pengembangan hutan tersebut lebih besar dari manfaat bersih konservasi.