PENGANTAR EKONOMI
267 b. Pengangguran Setengah Menganggurunder unemployment
Pengangguran yang terjadi dikarenakan mereka bekerja kurang dari 35 jam per minggu dan tidak pasti dalam kesehariannya. Pengangguran ini banyak
terjadi di negara miskin berkembang, dikarenakan sebagian besar penduduknya berpendidikan rendah, sehingga lapangan kerja yang tersedia
tidak cocok dengan kemampuan tenaga kerja yang ada. Dalam keadaan seperti ini mereka kadang bekerja kadang tidak bekerja srabutan, sehingga
jam kerja per minggu rendah.
Setengah pengangguran dibagi menjadi dua kelompok :
Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima
pekerjaan lain.
Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima
pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.
Proporsi jumlah penduduk setengah pengangguran bermanfaat untuk dijadikan acuan pemerintah dalam rangka meningkatkan tingkat utilisasi,
kegunaan, dan produktivitas pekerja. Indikator ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah
penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dan sedang bekerja tetapi dengan jam kerja di bawah normal kurang dari 35 jam per minggu dengan
jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja.
Tingkat Setengah Pengangguran :
Misalkan data tentatif, berdasarkan data tahun 2014, persentase penduduk usia 15 tahun atau lebih yang bekerja dengan jam kerja dibawah 35 jam
seminggu berjumlah 30.213.692 orang sementara total angkatan kerja 2014 berjumlah 103.973.387 orang. Sehingga tingkat setengah pengangguran
pada tahun 2014 sebesar 29.
Semakin tinggi tingkat setengah pengangguran maka semakin rendah tingkat utilisasi pekerja dan produktivitasnya.Akibatnya, pendapatan mereka pun
rendah dan tidak ada jaminan sosial atas mereka.Hal ini sering terjadi di sektor informal yang rentan terhadap kelangsungan pekerja, pendapatan dan
tidak tersedianya jaminan sosial.Sehingga pemerintah perlu membuat kebijakan untuk meningkatkan kemampuan bekerja mereka seperti
penambahan balai latihan kerja.
c. Pengangguran Tersembunyi Disguised unemployment
Pengangguran tersembunyi ini terjadi karena perekonomian dimana terjadi kelebihan supply tenaga kerja, sehingga terdapat pengangguran tidak kentara
PENGANTAR EKONOMI
268
karena kelebihan tenaga kerja tersebut. Tenaga kerja ini jika dialihkan dari sektor yang satu kesektor yang lainnya maka tidak mengurangi produksi, jadi
standar upah jauh dibawah stadar normal. Mereka kelihatannya bekerja tetapi upah yang mereka peroleh tidak cukup untuk menghidupi kebutuhan dasar
keluarganya.
d. Pengangguran Terbuka open unemployment
Selain pengangguran menurut sebab terjadinya diatas, pengangguran terbuka adalah pengangguran yang benar-benar belum tertampung di sektor ekonomi.
Pengangguran Terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan baik bagi mereka yang belum pernah
bekerja sama sekali, maupun yang sudah penah berkerja, atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena
merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Proporsi atau jumlah
pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai acuan pemerintah bagi kebijakan pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu,
trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan progam ketenagakerjaan dari tahun ke tahun di suatu negara.
Indikator ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang sedang mencari pekerjaan,
dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja.
Misalkan data tentatif, data Sensus Penduduk 2014misalkan diketahui jumlah orang yang mencari pekerjaan sebanyak 4.904.652 orang dan jumlah
angkatan kerja sebanyak 97.433.125 orang. Sehingga tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2014 adalah:
5 100
123 .
433 .
97 652
. 904
. 4
X Ter buka
an Penganggur
Tingkat
Besarnya angka pengangguran terbuka mempunyai implikasi sosial yang luas karena mereka yang tidak bekerja tidak mempunyai pendapatan.Semakin
tinggi angka pengangguran terbuka maka semakin besar potensi kerawanan sosial yang ditimbulkannya contohnya kriminalitas.Sebaliknya semakin
rendah angka pengangguran terbuka maka semakin stabil kondisi sosial dalam masyarakat.Sangatlah tepat jika pemerintah seringkali menjadikan
indikator ini sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan.
PENGANTAR EKONOMI
269 14.3. Pendekatan Angkatan Kerja dan Pendekatan Penggunaan Tenaga Kerja
Perbedaan orang yang bekerja dan menganggur tidak menunjukkan apakah berkaitan dengan tingkat pendapatan dan produktivitas seseorang.Pada dasarnya
orang bekerja untuk memperoleh penghasilan. Ada orang yang yang bekerja 40 jam seminggu atau lebih tetapi pendapatannya rendah, sedang yang lain bekerja kurang
dari 20 jam mempunyai penghasilan yang lebih besar. Pendekatan angkatan kerja yang membedakan orang bekerja dan menganggur menimbulkan masalah sehingga
dikembangkan pendekatan lain yaitu pendekatan penggunaan tenaga kerja labor utilization approach. Pendekatan penggunaan tenaga kerja menitikberatkan pada
seseorang apakah dia cukup dimanfaatkan dalam kerja dilihat dari segi jumlah jam kerja, produktivitas kerja, dan pendapatan yang diperoleh. Dengan pendekatan ini
angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan yaitu pertama, orang yang menganggur yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari
pekerjaan. Kedua, setengah menganggur yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan.Ketiga,
orang yang bekerja penuh. Setengah penganggur dapat digolongkan berdasarkan jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan dalam dua kelompok yaitu
setengah penganggur kentara yakni mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan setengah penganggur tidak kentara yakni mereka yang produktivitas
kerja dan pendapatannya rendah.
14.4 Kriteria Produktivitas Kerja Rendah