PENGANTAR EKONOMI
288 16.4 Strategi pertumbuhan ekonomi
1. Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi
pada pembuatan jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya. Kenaikan produktivitas sektor pertanian memungkinkan
perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama. Dengan demikian sebagian dari
tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau kenaikkan produktivitas
dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan di sektor tersebut.
2. Strategi Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor.
Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau
kegiatan produksi di dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan
menjualnya di pasar internasional.Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar
internasional.
16.5 Gambaran Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Dengan tersedianya statistik pendapatan regional secara berkala di daerah dapat diketahui antara lain :
a Tingkat Pertumbuhan ekonomi. Apabila angka-angka statistik pendapatan regional disajikan atas dasar harga
konstan, akan menunjukkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah, baik itu secara menyeluruh maupun sektor demi sektor.
b Tingkat kemakmuran suatu daerah. Pertumbuhan perekonomian yang tinggi belum menjamin kemakmuran yang
tinggi bagi masyarakatnya oleh karena mungkin perkembangan penduduknya juga cukup tinggi. Tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita lebih
menunjukkan perkembangan kemakmuran, sebab bila dilihat dari sudut konsumsi, berarti masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati
barang dan jasa yang lebih banyak atau yang lebih tinggi kwalitasnya. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah sedikit banyak harus mempunyai
angka pembanding dengan daerah lainnya sedangkan untuk mengetahui perkembangannya perlu diketahui angka perkembangan pendapatan secara
berkala.Dengan adanya angka pembanding ini misalnya; angka-angka pendapatan per kapita, maka dapat disimpulkan sepintas lalu bahwa tingkat
kemakmuran suatu daerah lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya, dan dapat dilihat apakah kemakmuran daerah tersebut mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun.
c Gambaran struktur perekonomian
PENGANTAR EKONOMI
289
Dari angka-angka yang disajikan menurut sektor dapat dilihat struktur perekonomian suatu daerah, apakah merupakan daerah agraris atau
industri.Berdasarkan data dari masing-masing sektor dapat dilihat peranan atau sumbangannya, terhadap jumlah pendapatan secara keseluruhan.Apabila
pendapatan suatu daerah disajikan berdasarkan penggunaannya maka dapat dilihat besarnya hubungan pendapatan dengan tingkat konsumsi, pembentukan
modal, perubahan stok, ekspor dan impor.
Dengan demikian statistik Pendapatan Regional merupakan gambaran dari perekonomian suatu daerah, dan akan berguna bagi para ahli yang bergerak di
bidang perencanaan dan pengambilan keputusan baik yang berhubungann dengan perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang, pembelanjaan secara
regional, perumusan perpajakan, keuangan, tenaga kerja sektoral dan lain kebijakan ekonomi oleh pemerintah dan swasta. Selain itu tidak kurang pentingnya bahwa
dengan penghitungan pendapatan regional dapat dilihat konsistensi berbagai macam data dari berbagai sumber, dan bila perlu menyarankan pada pengumpul
data agar dapat melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan kebutuhan.Makin lengkap dan makin baik kwalitas data yang tersedia, makin baik pula angka-angka
pendapatan regional yang disajikan, dalam arti lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya, sehingga penggunaannya dapat memenuhi sasaran yang diharapkan.
Didukung oleh konsep dan cara estimasi yang baik dan konsisten antara satu dengan yang lain, maka angka-angka pendapatan regional akan mempunyai nilai
kegunaan yang cukup tinggi.
Tabel 16.1. Perkembangan PDRB Kota Yogyakarta Tahun 2009 sd 2013
Juta Rupiah
Keterangan 2009
2010 2011
2012 2013
1. Pertanian 17,359
17,455 17,755
17,939 18,190
2. Pertamb dan Penggalian 265
272 293
296 296
3. Industri Pengolahan 554,574
584,845 606,849
598,159 638,805
4. Listrik, gas dan Air bersih 67,212
68,725 71,777
75,936 79,699
5. Bangunan 413,965
426,740 449,854
475,073 504,309
6. Perdag, restoran dan hotel 1,334,570
1,393,111 1,460,971
1,559,070 1,649,536
7. Angkutan dan Komunikasi 1,048,667
1,098,383 1,185,006
1,268,866 1,366,604
8. Keu, Persew dan Jasa Persh 728,375
770,658 820,765
886,591 921,103
9. Jasa-jasa 1,079,864
1,135,751 1,203,297
1,269,751 1,318,358
PDRB ADHK 5,244,851
5,495,940 5,816,567
6,151,681 6,496,900
Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka , BPS berbagai terbitan
Dari tabel 16.1 dapat kita perhatikan pada tahun 2009 PDRB kota yogyakarta berdasarkan atas harga konstan sebesar Rp. 5.244.851.000.000 atau 5,24 Trilyun,
sedangkan pada tahun 2013 PDRB kota yogyakarta berdasarkan atas harga konstan sebesar Rp. 6.496.900.000.000 atau 6,5 Trilyun atau meningkat sebesar
23,87 persen atau rata-rata pertahun 5,97 persen. Pertumbuhan selama 4 tahun ini melebihi pertumbuhan propinsi DIY yang meningkat 22,54 persen atau rata-rata
PENGANTAR EKONOMI
290
pertahun pertumbuhan PDRB Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 5,64 persen.
Tabel 16.2. Pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta Tahun 2009 sd 2013
Keterangan 2011
2012 2013
1. Pertanian 1.72
1.04 1.40
2. Pertambangan dan Penggalian 7.72
1.02 0.00
3. Industri Pengolahan 3.76
-1.43 6.80
4. Listrik, gas dan Air bersih 4.44
5.79 4.96
5. Bangunan 5.42
5.61 6.15
6. Perdagangan, restoran dan hotel 4.87
6.71 5.80
7. Angkutan dan Komunikasi 7.89
7.08 7.70
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6.50
8.02 3.89
9. Jasa-jasa 5.95
5.52 3.83
PDRB ADHK 5.83
5.76 5.61
Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka , BPS berbagai terbitan
Pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta tahun 2009 didominasi sektor Angkutan dan Komunikasi 7,87 persen, kemudian diikuti sektor pertambangan 7,72 persen dan
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,5 persen. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan terendah adalah sektor pertanian 1,72
persen. Tahun 2013 Pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta didominasi sektor Angkutan dan Komunikasi 7,7 persen, kemudian diikuti sektor industri pengolahan
6,8 persen dan sektor bangunan 6,15 persen. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan terendah adalah sektor pertambangan 0 persen. Dari
tabel 19.2 dapat kita simpulkan pertumbuhan PDRB kota Yogyakarta dari tahun 2011-2013 dari tahun ke tahun mengalami penurunan pertumbuhan, tahun 2011
sebesar 5,83, tahun 2012 5,76 dan tahun 2013 menjadi 5,61.
16.6 Pembangunan ekonomi Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk