PENGANTAR EKONOMI
141
Q TR
TC TR-
TC 150
-150 1
98 131
-33 2
192 114
78 3
282 100
182 4
368 92
276 5
450 91
359 6
528 98
430 7
602 115
487 8
672 144
528 9
738 185
553 10
800 240
560 11
858 311
547 12
912 400
512 13
962 507
455 14 1008
634 374
15 1050 784
266 16 1088
956 132
17 1122 1154 -32
18 1152 1378 -226
19 1178 1629 -451
20 1200 1910 -710
Diketahui TR = P Q dan P=100-2Q Dan untuk menghasilkan dibutuh biaya sbb TC = 150-10Q+0,5Q
2
+0,25Q
3
6.11. Analisis Peluang-pokok Linear
Dalam penerapan analisis peluang-pokok, hubungan yang linier biasanya digunakan untuk menyederhanakan analisis tersebut. Analisis peluang-pokok
nonlinear cukup menarik secara intelektual karena alasan pokok yaitu: 1 tampaknya masuk akal untuk menduga bahwa banyak kasus kenaikan penjualan
bisa dicapai hanya jika harga diturunkan, dan 2 analisis fungsi biaya menunjukkan bahwa biaya variabel rata-rata AVC akan turun pada kisaran output tertentu dan
kemudian meningkat. Namun demikian, seperti tampak pada contoh, analisis linear cukup memadai untuk berbagai penggunaan.
Grafik peluang-pokok memungkinkan seseorang memusatkan perhatiannya terhadap unsur-unsur pokok dari laba seperti: penjualan, biaya tetap FC, dan biaya
variabel VC. Selain itu, walaupun grafik peluang-pokok linear dilukiskan mulai dari tingkat output sama dengan nol sampai dengan tingkat output yang paling tinggi,
tetapi tak seorang pun yang menggunakan analisis ini yang akan memikirkan tingkat output yang tertinggi dan terendah tersebut. Dengan kata lain, para pengguna grafik
PENGANTAR EKONOMI
142
peluang-pokok sesungguhnya hanya memperhatikan kisaran output yang relevan dan di dalam kisaran tersebut fungsi linear mungkin cukup tepat.
Gambar 6.11 menunjukkan sebuah grafik peluang-pokok yang linear. Biaya tetap FQ sebesar Rp 60 juta ditunjukkan oleh sebuah garis horisontal. Biaya variabel
VC dianggap sebesar Rp 1.800,- per unit, maka biaya total TQ akan meningkat sebesar Rp 1.800,- per unit untuk setiap satu unit tambahan output yang dihasilkan.
Produk tersebut dianggap dijual dengan harga Rp 3.000,- per unit, jadi penerimaan total TR adalah sebuah garis lurus dari titik origin. Slope dari garis TR tersebut
lebih curam daripada slope TC. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tersebut akan menerima penghasilan sebanyak Rp 3.000,- untuk setiap unit produk yang
dihasilkan, tetapi hanya mengeluarkan sebesar Rp 1.800,-untuk biaya tenaga kerja, bahan-bahan dan input-input variabel lainnya.
Gambar 6.11 menunjukkan sebuah grafik peluang-pokok yang linear. Biaya tetap FQ sebesar Rp 60 juta ditunjukkan oleh sebuah garis horisontal. Biaya variabel
VC dianggap sebesar Rp 1.800,- per unit, maka biaya total TQ akan meningkat sebesar Rp 1.800,- per unit untuk setiap satu unit tambahan output yang dihasilkan.
Produk tersebut dianggap dijual dengan harga Rp 3.000,- per unit, jadi penerimaan total TR adalah sebuah garis lurus dari titik origin. Slope dari garis TR tersebut
lebih curam daripada slope TC. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tersebut akan menerima penghasilan sebanyak Rp 3.000,- untuk setiap unit produk yang
dihasilkan, tetapi hanya mengeluarkan sebesar Rp 1.800,-untuk biaya tenaga kerja, bahan-bahan dan input-input variabel lainnya.
Q TR
TC TR-
TC 50
-50 1
15 60
-45 2
30 70
-40 3
45 80
-35 4
60 90
-30 5
75 100 -25
6 90 110
-20 7 105 120
-15 8 120 130
-10 9 135 140
-5 10 150 150
11 165 160 5
12 180 170 10
13 195 180 15
14 210 190 20
15 225 200 25
16 240 210 30
Sampai titik peluang-pokok, yang ditunjukkan oleh perpotongan antara garis TR
PENGANTAR EKONOMI
143
dan garis TC, perusahaan tersebut menderita kerugian. Selain melampaui titik tersebut, perusahaan itu mulai memperoleh laba. Gambar 6.11 menunjukkan titik
peluang-pokok pada tingkat penjualan dan tingkat biaya sebesar Rp 150 juga yang terjadi pada tingkat produksi sebanyak 50.000 unit.
6.12. Struktur Biaya dan Perubahan Ceteris Paribus Dalam mempelajari teori biaya selama ini, kita selalu mengasumsikan bahwa
tehnologi dan tingkat harga tertentu dari faktor produksi tidak berubah. Selama ini biaya produksi hanya tergantung dari jumlah barang yang diproduksi. Apabilan kita
merubah asumsi bahwa tehnologi dan tingkat harga faktor produksi berubah maka struktur biayanya pun ikut berubah. Perubahan struktur biaya dapat mengarah
keberbagai bentuk. Sebagai contoh akibat kemajuan zaman maka telah ditemukan kemajuan tehnologi, dan kemajuan tehnologi akan meningkatkan produktivitas,
kenaikan produktivitas akan berdampak pada penurunan biaya rata-rata. Untuk jelasnya marilah kita perhatikan gambar 6.12 dibawah ini.
Gambar 6.12 Penurunan Struktur Biaya Rata-rata
karena Perbaikan Tehnologi Pengaruh perubahan harga faktor produksi tergantung pada perubahan faktor produksi
tetap ataukah variabel. Untuk perbedaannya marilah kita perhatikan rumus biaya total. TC = FC + VC
TC = FC + b . Q Misalkan TC meningkat akibat kenaikan sewa gedung, berarti sewa gedung termasuk
komponen biaya tetap sehingga rumus TC yang baru menjadi TC
1
= FC
1
+ bQ,
AC AC
1
AC
2
Q Biaya
PENGANTAR EKONOMI
144
Kenaikan biaya rata-rata sebesar : AC = TC
1
– TC Q
= FC
1
– FC Q
= ∆FC
Q Sehingga kenaikan biaya tetap akan menggeser AC keatas.
Marilah kita buat ilustrasi kasus untuk pembuktian gambar 6.12 Diatas. Diketahui biaya tetap 300 dan biaya variabel -50Q+Q
2
+0.25Q
3
maka akan terlihat pada gambar dibawah ini, bila ada kenaikan biaya tetap misal sewa gedung menjadi 500 maka akan
terlihat gambar AC dan MC seperti gambar .
Gambar 6.13 Pengaruh kenaikan Biaya Tetap
Pada Struktur Biaya Gambar diatas menggambarkan perubahan biaya tetap. Kurva biaya rata-rata
bergeser keatas dari AC
2
ke AC
1
. Kelengkungan kurvanya juga berubah. Pada kuatitas yang dihasilkan rendah maka jarak AC
2
dan AC
1
adalah yang terjauh, makin banyak yang dihasilkan jarak AC
2
dan AC
1
makin dekat. Hal ini mudah dipahami jika biaya tetap naik maka biaya tetap dibagi dengan jumlah produksi yang semakin meningkat
akan mengurangi biaya rata-rata.
AC
1
AC
2
MC Biaya
Q
PENGANTAR EKONOMI
145 Q MC AC
FC VC
TC
1 300
-49 251 2 -45 103
300 -94 206
3 -40 55
300 -134 166 4 -34
33 300 -168 132
5 -26 21
300 -194 106 6 -16
15 300 -210
90 7
-5 12
300 -215 85
8 7
12 300 -208
92 9
21 13
300 -187 113 10
37 15
300 -150 150 11
54 19
300 -96 204
12 72
23 300
-24 276 13
92 28
300 68 368
14 114 34
300 182 482
Q MC AC FC VC TC
1 500
-49 451 2 -45 203 500
-94 406 3 -40 122 500 -134 366
4 -34 83 500 -168 332
5 -26 61 500 -194 306
6 -16 48 500 -210 290
7 -5
41 500 -215 285 8
7 37 500 -208 292
9 21
35 500 -187 313 10
37 35 500 -150 350
11 54
37 500 -96 404
12 72
40 500 -24 476
13 92
44 500 68 568
14 114 49 500
182 682
AC
1
AC MC
MC
PENGANTAR EKONOMI
146
Gambar 6.14 Pengaruh kenaikan Biaya Variabel
Pada Struktur Biaya Sekarang marilah kita perhatikan bila perubahan pada biaya variable, misalkan biaya
bahan baku meningkat atau upah tenaga kerja meningkat. Bentuk kurva biaya rata-rata menjadi bermacam-macam. Karena kenaikan biaya bahan baku berakibat pada
penghematan bahan baku sehingga tenaga kerja harus berhati-hati dalam mengolah bahan baku agar tidak terjadi pemborosan. Atau karena upah tenaga kerja meningkat
maka pekerja harus bekerja dengan sungguh-sungguh agar produktivitas tenaga kerja meningkat. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi bentuk kelengkungan kurva AC.
Misalnya kita asumsikan kenaikan bahan baku tidak menyebabkan penghematan dan kenaikan upah tenaga kerja tidak menyebabkan peningkatan produktivitas maka kurve
biaya rata-rata aan bergeser secara vertical. Rumusan biaya total yang baru TC = FC
+ VC
1
dimana VC
1
VC
2
. Dari rumusan ini jelas bahwa biaya marginal menjadi lebih tinggi dari semula. Kenaikan biaya marginal ditunjukan oleh pergeseran dari MC ke
MC
1
. Dalam kasus ini jarak vertikan antara AC
2
ke AC
1
sama dengan jarak vertical antara MC ke MC
1
pada setiap kuantitas produksi.
AC
1
AC
2
MC Biaya
Q MC
1
PENGANTAR EKONOMI
147
Q FC VC TC MC AC
1 300 -49 251
2 300 -94 206 -45 103
3 300 -134 166 -40
55 4 300
-168 132 -34 33
5 300 -194 106 -26
21 6 300
-210 90 -16
15 7 300
-215 85
-5 12
8 300 -208
92 7
12 9 300
-187 113 21
13 10 300
-150 150 37
15 11 300
-96 204 54
19 12 300
-24 276 72
23 13 300
68 368 92
28 14 300
182 482 114 34
Q FC VC TC MC AC 1 300 -29 271
2 300 -54 246 -25 123 3 300 -74 226 -20
75 4 300 -88 212 -14
53 5 300 -94 206
-6 41
6 300 -90 210 4
35 7 300 -75 225
15 32
8 300 -48 252 27
32 9 300
-7 293 41
33 10 300
50 350 57
35 11 300 124 424
74 39
12 300 216 516 92
43 13 300 328 628 112
48 14 300 462 762 134
54
PENGANTAR EKONOMI
148 LATIHAN SOAL
1. Terangkan cara membentuk kurva ongkos total rata-rata di dalam jangka panjang
2. Di dalam jangka pendek maupun di dalam jangka panjang kurva ongkos total rata-rata adalah berbentuk huruf U. Terangkan faktor yang menyebabkan sifat
ongkos total rata-rata tersebut 3. a. Terangkan perhubungan di antara kurva ongkos berubah rata-rata, ongkos
total rata-rata dan ongkos marjinal b. Bagaimanakah konsep ongkos marginal dapat membantu seorang produsen
dalam menentukan tingkat kegiatan ini firma yang akan memaksimumkan keuntungan?
5. Perubahan agribisnis yang bergerak di bidang pengepakan ikan hias mempunyai fixed cost FC sebesar 16 Juta rupiah dan variabel costnya untuk setiap packing
yang dihasilkan sebesar 2 juta rupiah. a. Berapa besar fungsi total cost?
b. Berapa besar fungsi AC dan MC? c. Bila AC sebesar 3 juta rupiah berapa paking yang dapat dihasilkan?
6. Ongkos tetap total yang dikeluarkan sesuatu perusahaan bernilai Rp 12.000,-. Ongkos berubah total pada berbagi tingkat produksi adalah seperti ditunjukkan
dalam tabel di bawah ini.
Jumlah produksi unit
Ongkos berubah total Rp
1 10000
3 30000
6 45000
10 60000
I5 70000
19 100000
22 150000
24 250000
Hitunglah: a. ongkos total dan ongkos total rata-rata
b. ongkos berubah rata-rata c. ongkos marjinal
d. ongkos tetap rata-rata
PENGANTAR EKONOMI
149
7. Diketahui Jumlah produksi
Ongkos berubah total 1
150 3
225 6
300 10
375 I5
450 19
525 22
600 24
675 Berdasarkan kepada data tersebut hitunglah nilai-nilai berbagai jenis ongkos
lainnya Selanjutnya buatlah kurva-kurva berbagai ongkos tersebut
PENGANTAR EKONOMI
150
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
Persaingan sempurna akan terjadi jika produsen-produsen secara individual di pasar tidak bisa mempengaruhi harga. Para produsen tersebut bertindak hanya
sebagai penerima harga price taker. Ketiadaan pengaruh terhadap harga tersebut memerlukan syarat-syarat sebagai berikut.
1. Jumlah pembeli dan penjual banyak Setiap perusahaan dalam suatu industri kecil hanya menghasilkan suatu bagian
yang sangat kecil dibandingkan jumlah output industri secara keseluruhan dan setiap pembeli hanya membeli suatu bagian yang sangat kecil pula dari output total
tersebut.
2. Produk yang homogen Output dari masing-masing perusahaan persis sama dengan output perusahaan-
perusahaan lainnya dalam industri tersebut.
3. Bebas keluar-masuk pasar Perusahaan-perusahaan tidak dihambat untuk memasuki atau keluar dari industri
tersebut.
4. Penyebaran informasi yang sempurna Informasi mengenai biaya, harga dan kualitas diketahui oleh semua pembeli dan
penjual di pasar. Keempat syarat pokok ini, yang diperlukan untuk adanya struktur pasar
persaingan sempurna, sangat membatasi persaingan sempurna untuk lahir di dalam dunia nyata. Walaupun pertukaran-pertukaran komoditi mendekati syarat-syarat
tersebut, ketidaksempurnaan tetap akan terjadi di situ. Meskipun demikian, untuk beberapa perusahaan, keputusan-keputusan penentuan harga harus dibuat dalam
keadaan di mana mereka tidak punya kendali sama sekali atas harga dan karena itu suatu penelaahan terhadap struktur pasar persaingan sempurna akan memberikan
pandangan pemikiran dalam membuat keputusan penentuan harga dalam kasus seperti ini. Lebih penting lagi, suatu pemahaman yang jelas mengenai persaingan
sempurna akan memberikan suatu referensi pokok bagi kita untuk menganalisis struktur-struktur pasar lainnya seperti oligopoli dan persaingan monopolistik.
BAB
7
PENGANTAR EKONOMI
151 7.1. Permintaan Pasar dan Perusahaan
Perusahaan adalah sebagai pengambil harga, yaitu sebuah perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk menentukan harga. Interaksi seluruh produsen
dan seluruh pembeli di pasar yang akan menentukan harga pasar dan seorang produsen hanya menerima saja harga yang sudah ditentukan tersebut. Hal ini
menunjukkan seberapa banyak pun barang yang diproduksikan dan dijual oleh produsen, ia tidak dapat mengubah harga yang telah ditentukan pasar, karena
jumlah yang diproduksikan hanya sebagian kecil saja dari jumlah yang diperjualbelikan di pasar.
Pada pasar persaingan sempurna harga pasar cenderung stabil, sehingga bentuk kurva permintaan dan penawaran pada pasar sempurna berupa garis lurus
mendatar sejajar dengan sumbu jumlah barang OQ. Berapa pun jumlah barang yang dibeli atau yang ditawarkan tidak akan menaikkan atau menurunkan harga
barang. Dan kurva tersebut juga merupakan kurva pendapatan rata-rata atau AR Average Revenue dan pendapatan marginal atau MR Marginal Revenue.
Marilah kita pehatikan perbedaan kurve permintaan bagi seorang konsumen dan seorang produsen. Dilihat dari kacamata seorang produsen permintaan
konsumen merupakan sumber pendapatan, uang yang dikeluarkan oleh konsumen merupakan pendapatan bagi seorang produsen. Jadi kurve permintaan konsumen
merupakan kurva pendapatan produsen. Besarnya pendapatan produsen tergantung dari jumlah barang yang dijual dan
berapa harga barang yang dijual, secara ringkas pendapatan pengusaha sebagai berikut :
TR = P . Q Dimana TR adalah total revenue
Dari rumusan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa tingginya harga menceminkan tingginya pendapatan rata-rata produsen.
AR = TR Q AR = P . Q Q
AR = P Secara grafik hubungan antara permintaan konsumen dan pendapatan rata-rata
produsen dapat dilukiskan dengan kurva berikut ini. Harga
Pe 0 Qe Qunit
Harga Pe
D = P = AR = MR
0 Qunit
Gambar 7.1 : Permintaan Konsumen sama dengan Pendapatan Rata-rata Produsen
PENGANTAR EKONOMI
152
Pada harga OPe, jumlah barang yang diminta oleh konsumen sebesar OQe, sehingga pendapatan produsen sebesar :
TR = Pe . Qe Pendapatan per satuan barang adalah :
AR = Pe Kesamaan AR = Pe ini berlaku pada setiap harga dan kuantitas barang yang dijual,
akibatnya setiap titik pada kurva permintaan mencerminkan tingginya pendapatan rata-rata produsen.
Hubungan antara TR, AR dan MR adalah sebagai berikut : TR = P . Q
AR = TR Q = P . Q Q = P MR =
∂ TR ∂ Q = ∂ P . Q ∂Q = P Sehingga P = AR = MR
MR adalah Marginal Revenue pendapatan marginal dapat didefinisikan sebagai tambahan pendapatan total yang diterima produsen akibat tambahan penjualan
dengan satu-satuan barang. Untuk mudah memahami TR, AR dan MR marilah kita perhatikan ilustrasi dibawah
ini.
Tabel 7.1. Produksi dan penjualan
Jumlah Produksi Q
Harga P
Penjualan Total
TR=PxQ Penjualan
rata-rata AR
Penjualan Marginal
MR 150
- -
- 1
150 150
150 150
2 150
300 150
150 3
150 450
150 150
4 150
600 150
150 5
150 750
150 150
6 150
900 150
150 7
150 1050
150 150
8 150
1200 150
150 9
150 1350
150 150
10 150
1500 150
150
PENGANTAR EKONOMI
153
Kurve Penerimaan Total Hubungan AR, MR dan P
Hasil Penjualan Rata-rataAR Kurva permintaan pada dasarnya digambarkan dengan tujuan untuk
menjelaskan tentang jumlah permintaan terhadap suatu barang pada berbagai tingkat harga. Di samping itu, di dalam menganalisis kegiatan
perusahaan ia menunjukkan pula hasil penjualan rata-rata yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksinya.
Hasil Penjualan MarginalMR Satu konsep mengenai hasil penjualan yang sangat penting untuh diketahui
dalam analisis penentuan harga dan produksi oleh suatu perusahaan adalah pengertian hasil penjumlahan marginalMarginal Revenue, yaitu tambahan
hasil penjualan yang diperoleh perusahaan perusahaan dari menjual satu unit lagi barang yang diproduksinya. Dalam pasar persaingan sempurna berlaku
keadaan berikut harga=hasil penjualan rata-rata = hasil penjualan marginal.
Hasil Penjualan Total Seluruh jumlah pendapatan yang diterima perusahaan dari menjual barang
yang diproduksinya dinamakan hasil penjualan total Total Revenue. Telah diterangkan bahwa dalam persaingan sempurna harga tidak akan berubah
walau bagaimanapun banyaknyan jumlah barang yang dijual perusahaan. Ini menyebabkan kurva penjualan total TR adalah berbentuk garis lurus yang
bermula dari titik 0.
7.2. Ekuilibrium Usaha Harga keseimbangan adalah harga pasar yang terbentuk karena adanya