Penganguran Friksional Pengangguran Musimanseasonal unemployment

PENGANTAR EKONOMI 266 menjadi ekonomi yang condong industri. Di satu pihak akan terjadi pengurangan tenaga di sektor pertanian, dan di pihak lain bertambah kebutuhan di sektor industri. Tenaga yang berlebih di sektor pertanian tidak dapat begitu saja diserap di sektor industri, karena sektor industri memerlukan tenaga dengan ketrampilan tertentu. Pada umumnya pengangguran struktural dipengaruhi tiga hal, yakni: mobilitas tenaga kerja, kecepatan perubahan struktural itu sendiri dan aspek regional dari perubahan struktural. Jika mobilitas tenaga kerja tinggi, misalnya karena pendidikan yang cukup baik, maka pergerakan tenaga kerja antar sektor dapat berlangsung lebih cepat dan ini meminimalkan pengangguran struktural. Kecepatan perubahan struktural juga berpengaruh. Misalnya perubahan terjadi sangat cepat, maka para pekerja juga akan mengalami kesulitan dalam melakukan adaptasi. Aspek regional juga sangat berperan. Sebagai contoh adalah penurunan peranan sektor pertanian yang terjadi di Jawa Tengah akan menyebabkan pengangguran struktural paling tidak sementara karena peningkatan peranan sektor industri yang utama terjadi di Jawa Barat. Dengan demikian terjadi biaya dan waktu tambahan bagi mereka yang tadinya bekerja di sektor pertanian di Jawa Tengah untuk berpindah menjadi buruh industri di Jawa Barat.

c. Penganguran Friksional

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk sekedar waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan seleksi, atau terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi. Pengangguran friksional dapat pula terjadi karena kurangnya mobilitas pencari kerja dimana lowongan pekerjaan justru terdapat bukan di sekitar tempat tinggal si pencari kerja. Misalnya pencari kerja terkumpul di Jakarta sedangkan lowongan pekerjaan terdapat di luar Jakarta. Selain itu pengangguran friksional dapat terjadi karena pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya lowongan pekerjaan dan demikian juga pengusaha tidak mengetahui dimana tersediannya tenaga-tenaga yang sesuai. Penganguran ini bisa terjadi karena sementara menganggur karena menginginkan pekerjaan yang lebih layak. Di bagian lain masih banyak jenis pengangguran yang bisa diungkap, yang dilatarbelakangi oleh keadaan yang berkaitan dengan kelebihan tenaga kerja, kondisi alam, lama jam kerja, jumlah pendapatan, latarbelakang pendidikan dan sebagainya. Berikut adalah model pengangguran yang banyak terdapat di negara- negara berkembang :

a. Pengangguran Musimanseasonal unemployment

Pengangguran musiman terjadi karena pergantian musim. Pengangguran ini biasanya terjadi di sektor pertanian, ketika musim penghujan para petani bekerja di sawah dan ketika musim kemarau atau musim paceklik para petani menganggur dan menunggu musim baru tiba. Selama masa menunggu tersebut mereka digolongkan sebagai penganggur musiman. PENGANTAR EKONOMI 267 b. Pengangguran Setengah Menganggurunder unemployment Pengangguran yang terjadi dikarenakan mereka bekerja kurang dari 35 jam per minggu dan tidak pasti dalam kesehariannya. Pengangguran ini banyak terjadi di negara miskin berkembang, dikarenakan sebagian besar penduduknya berpendidikan rendah, sehingga lapangan kerja yang tersedia tidak cocok dengan kemampuan tenaga kerja yang ada. Dalam keadaan seperti ini mereka kadang bekerja kadang tidak bekerja srabutan, sehingga jam kerja per minggu rendah. Setengah pengangguran dibagi menjadi dua kelompok :  Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.  Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar. Proporsi jumlah penduduk setengah pengangguran bermanfaat untuk dijadikan acuan pemerintah dalam rangka meningkatkan tingkat utilisasi, kegunaan, dan produktivitas pekerja. Indikator ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dan sedang bekerja tetapi dengan jam kerja di bawah normal kurang dari 35 jam per minggu dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja. Tingkat Setengah Pengangguran : Misalkan data tentatif, berdasarkan data tahun 2014, persentase penduduk usia 15 tahun atau lebih yang bekerja dengan jam kerja dibawah 35 jam seminggu berjumlah 30.213.692 orang sementara total angkatan kerja 2014 berjumlah 103.973.387 orang. Sehingga tingkat setengah pengangguran pada tahun 2014 sebesar 29. Semakin tinggi tingkat setengah pengangguran maka semakin rendah tingkat utilisasi pekerja dan produktivitasnya.Akibatnya, pendapatan mereka pun rendah dan tidak ada jaminan sosial atas mereka.Hal ini sering terjadi di sektor informal yang rentan terhadap kelangsungan pekerja, pendapatan dan tidak tersedianya jaminan sosial.Sehingga pemerintah perlu membuat kebijakan untuk meningkatkan kemampuan bekerja mereka seperti penambahan balai latihan kerja.

c. Pengangguran Tersembunyi Disguised unemployment