2 Kekurangan metode problem solving
a
Sulit untuk memuat kelompok yang homogen.
b Pengetahuan guru tentang pengelompokkan ini kadang-kadang
masih belum mencukupi.
c Anggota kelompok tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan
oleh pemimpin kelompok.
d Dalam belajar bersama kadang-kadang tidak terkendali,
sehingga menyimpang dari rencana dan berlarut-larut.
20
e Interaksi antar anggota kelompok dapat juga terhambat karena
ada anggota yang ragu-ragu mengemukkan pendapatnya.
f Status sosial anggota, ada anggota yang statusnya lebih tinggi
dan kurang mampu mengintegrasikan diri dengan anggota- anggota lain. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba
21
.
g Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah
memerlukan waktu yang cukup lama dan sering terpakasa
mengambil waktu pelajaran lain.
h Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang
kadang-kadang memerlukan
berbagai sumber
belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
22
19
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : kencana. hal.220.
20
Anissatul Mufarakah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Teras. hal.93.
21
W. Gulo. 2002.. Strategi belajar-mengajar. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. hal. 130
– 131.
22
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajaredisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta. hal.93.
i Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
23
3. Hakikat Belajar Dan Hasil Belajar
a. Definisi Belajar
Belajar adalah proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.
24
Sedangkan belajar kimia dapat diartikan sebagai hasil perubahan tingkah laku yang disengaja
sebagai hasil belajar kimia yang dapat ditunjukkan oleh adanya perubahan dari tak biasa atau peningkatan pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap
dan tingkah laku, keterampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri siswa yang bersangkutan setelah menerima
pembelajaran. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepajang kehidupan manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin
dicapai. Ada empat pilar pendidikan universal yang dirumuskan UNESCO
1996,
25
yaitu : 1
Learning to know atau learning to learn, belajar pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga
harus berorientasi kepada proses belajar. 2
Learning to do, bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar
untuk berbuat dengan tujuan akhir pengusaan kompetensi yang sanagt diperlukan dalam era persaingan globalisasi.
23
Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan cet. ketujuh. Jakarta : kencana. hal.221
24
Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan cet. ketujuh. Jakarta : kencana. hal.110.
25
Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan cet. ketujuh. Jakarta : kencana. hal. 110-111.
3 Learning to be, bahwa belajar adalah membentuk manusia yang
“menjadi dirinya sendiri” dengan kpribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
4 Learning to live together, adalah belajar untuk bekerja sama. Hal ini
sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global di mana manusia baik secara individual maupun
kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.
Dalam interaksi
belajar-mengajar terjadi
proses saling
mempengaruhi satu sama lain. Bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Perilaku guru akan
berbeda, apabila menghadapi kelas yang aktif dengan yang pasif. Siswa mempunyai peran yang lebih besar karena, mereka sebagai subyek yang
berinteraksi bukan hanya guru tetapi dengan sesama siswa, dengan buku- buku serta medinya.
Seorang guru perlu menyadari dan memahami bahwa prinsip- prinsip belajar sangat penting dalam proses belajar-mengajar. Beberapa
prinsip yang perlu diketahui oleh seorang guru adalah sebagai berikut : 1
Prinsip perkembangan, sehubungan dengan perkembangan ini maka kemampuan anak pada setiap jenjang usia berbeda dan tingkat kelas
berbeda-beda. Guru hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.
2 Prinsip perbedaan individu, guru perlu mengarti benar tentang adanya
keragaman ciri-ciri siswa, baik didalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tuigas-tugas.
3 Minat dan kebutuhan anak, pengajaran perlu memperhatikan minat dan
kebutuhan. Kareana, setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri.
4 Aktivitas siswa, guru hendaknya merencakan pengajaran, yang
menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar.