dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol. Jadi, ke-dua kelompok tersebut
mempunyai kemampuan yang sama dan dapat diberi perlakuan yang berbeda dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok
pada kelas eksperimen dan menggunakan metode problem solving secara individu pada kelas kontrol. Untuk hasil perhitungan uji hipotesis pretest
kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada lampiran 14.
b. Uji Hipotesis Posttest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok
Kontrol
Hasil perhitungan uji-t posttest kelompok eksperimen dan kontrol disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.10 Hasil Belajar posttest uji-t Kelompok Eksperimen
Dan Kelompok Kontrol Kelompok
Sampel t
hitung
t
tabel
Kesimpulan
Eksperimen 32
5,01 1,99
H
a
diterima dan Ho
ditolak Kontrol
32
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa t
hitung
= 5,01 dan merujuk pada tabel nilai-
t dengan taraf signifikan 95 dengan α = 0,05 dan dk = n1 + n2
– 2, diperoleh t
tabel
sebesar = 1,99. Apabila t
hitung
dan t
tabel
dibandingkan maka diketahui bahwa t
hitung
t
tabel
5,01 1,99. Dengan demikian hipotesis nihil Ho ditolak dan hipotesis alternatif
H
a
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan
menggunakan metode problem solving secara kelompok dan individu pada konsep ikatan kimia. Pembelajaran dengan menggunakan metode
problem solving secara kelompok dapat meningkatkan hasil belajar
kimia siswa daripada menggunakan metode problem solving secara individu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 20.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai rata-rata posttest untuk kelompok eksperimen sebesar 72,5 dengan standar deviasi
8,13, kelompok kontrol sebesar 63,38 dengan standar seviasi 6,34. Pada data tersebut dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas serta uji-t dengan taraf
kepercayaan 95 dan α = 0.05 terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa antara yang diajar dengan menggunakan metode problem
solving secara kelompok dan individu dengan t
hitung
= 5,01 dan t
tabel
= 1,99 dari data posttest ternyata Ho ditolak dan H
a
diterima. Dengan demikian, bahwa kelas eksperimen lebih tinggi peningkatan hasil belajarnya dibandingkan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penggunaan metode problem solving secara kelompok yang diterapkan pada kelas eksperimen dapat memberikan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving secara individu pada kelas kontrol, sehingga dapat
dikatakan bahwa perbedaan hasil belajar dari kedua kelompok ini merupakan efek dari perlakuan.
Pemberian metode problem solving secara kelompok memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan secara individu, karena dalam problem solving
secara kelompok merupakan suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana proses kelompok adalah yang paling utama. Proses
kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang
bergairah
1
dan dalam problem solving secara kelompok memiliki beberapa keunggulan, yaitu : problem solving secara kelompok dapat melatih siswa
menerima pendapat orang lain dan berkerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya, dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta. hal.183.