Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok

kimia siswa daripada menggunakan metode problem solving secara individu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 20.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai rata-rata posttest untuk kelompok eksperimen sebesar 72,5 dengan standar deviasi 8,13, kelompok kontrol sebesar 63,38 dengan standar seviasi 6,34. Pada data tersebut dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas serta uji-t dengan taraf kepercayaan 95 dan α = 0.05 terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa antara yang diajar dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok dan individu dengan t hitung = 5,01 dan t tabel = 1,99 dari data posttest ternyata Ho ditolak dan H a diterima. Dengan demikian, bahwa kelas eksperimen lebih tinggi peningkatan hasil belajarnya dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian di atas, penggunaan metode problem solving secara kelompok yang diterapkan pada kelas eksperimen dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving secara individu pada kelas kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan hasil belajar dari kedua kelompok ini merupakan efek dari perlakuan. Pemberian metode problem solving secara kelompok memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan secara individu, karena dalam problem solving secara kelompok merupakan suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana proses kelompok adalah yang paling utama. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah 1 dan dalam problem solving secara kelompok memiliki beberapa keunggulan, yaitu : problem solving secara kelompok dapat melatih siswa menerima pendapat orang lain dan berkerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya, dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk 1 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta. hal.183. menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah, membantu memudahkan menerima materi pelajaran, meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah. Sedangkan problem solving secara individu adalah cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri masing-masing individu yang tidak terikat dengan kehadiran guru dan kehadiran teman sekolah, sehingga pada akhirnya peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya, kalau mendapat kesulitan barulah bertanya dengan guru. 2 hal ini membuat siswa menjadi kesulitan untuk menyelesaikan soal sesuai dengan kemampuannya masing-masing dan siswa cenderung menunjukkan sikap acuh tak acuh atas apa yang disampaikan oleh guru, dan siswa pasif selama proses pembelajaran berlangsung serta sulitnya siswa untuk mengubah kebiasaan belajar dari yang hanya mendengarkan dan menerima informasi menjadi belajar dengan banyak berpikir dalam memecahkan masalah sendiri. Belajar pemecahan masalah merupakan metode belajar-mengajar taraf tinggi, karena metode ini mencoba melihat dan memecahkan masalah yang cukup kompleks dan menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. 3 Sehingga metode ini lebih tepat dilaksanakan secara kelompok. Pada pembelajaran IPA khususnya kimia, pemecahan masalah menjadi semakin penting, dikarenakan kimia merupakan pengetahuan yang logis, sistematis, berpola, artifisial, abstrak, dan yang tak kalah penting menghendaki justifikasi atau pembuktian. Sifat-sifat ini menuntut pembelajar menggunakan kemampuan-kemampuan dasar dalam memecahkan masalah, sehingga siswa terasah kemampuannya dalam memecahkan masalah. Jika metode ini diterapkan didalam kelas, maka akan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru, khususnya pada materi ikatan kimia ini. 2 Martinis Yamin. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta. hal. 107. 3 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. hal. 47.

Dokumen yang terkait

Penguasaan konsep oleh siswa melalui metode problem solving pada konsep sistem respirasi (eksperimen di MTS Negeri Cipondoh Tangerang)

1 53 182

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa : quasi eksperimen di SMP Negeri 6 kota Tangerang Selatan

0 4 182

Pengaruh Penggunaan Media Gambar Kartun Terhadap Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas Viii Smp Al-Amanah, Setu Tangerang Selatan

2 23 191

Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi (Penelitian Quasi Eksperimen Pada Kelas X di SMAN 8 Kota Tangerang Selatan)

2 28 299

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang yang diajar menggunakan metode demontrasi dengan metode ceramah : Studi eksperimen di SMPN I Cikarang Barat

0 3 148

Perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan pendekatan ekspositori melalui metode demonstrasi : quasi eksperimen pada kelas x SMA Negeri 2 Ciputat Tangerang

0 3 163

Penerapan pendekatan problem solving dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa terhadap konsep mol dalam stoikiometri (PTK di kelas X SMAN 2 Cisauk-Tangerang

7 44 219

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

PERBEDAAN PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTSN KOTA MEDAN ANTARA YANG DIAJAR MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING SECARA KELOMPOK DAN INDIVIDU.

0 4 47

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM DI KELAS

0 2 15