besar dalam usahatani padi organik karena sifat organik pada umumnya memberikan respons yang lambat.
Peran penting permodalan juga tercermin dari perbedaan proporsi pendapatan kelompok petani organik dan non organik di lokasi kajian. Rata-rata
petani organik mempunyai pekerjaan lain yang mendatangkan pendapatan sehingga mereka lebih berani menghadapi risiko usahatani, sementara petani
unorganik kurang berani mengambil resiko karena sebagian besar menggantungkan dari usahatani padi sebagai sumber penndapatan keluarga.
Pada tahap awal, seyogyanya pengembangan padi dan beras organik dilakukan melalui kelompok, karena selain efisien dalam penyediaan saprodi,
transportasi dan pemasaran, peluang untuk tercemar dengan pertanian non organik lebih mudah dikelola. Selain itu, keberadaan kelompok ini akan memberikan
motivasi yang besar bagi para anggota, merupakan wadah untuk belajar dan memahami cara-cara bertani organik, serta jalan masuk bagi pihak luar
pemerintah, LSM untuk menguatkan organisasi petani tersebut. Dari berbagai kebijakan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pengembangan beras organik sebagai produk yang premium tidak bisa dilakukan petani sendiri-sendiri, namun harus bergabung dalam sebuah kelompok. Hal ini
disebabkan pengembangan organik pada tahap awal memerlukan biaya yang besar, mempunyai risiko yang tinggi sehingga diperlukan cadangan modal,
memerlukan lokasi dengan tingkat pencemaran minimum, memerlukan kontrol kualitas yang relatif ketat baik pada proses usahatani dan penanganan pasca
panen, serta kesamaan persepsi atas tujuan usahatani yang dilakukan.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan di lapangan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Produktivitas padi organik dan non organik di lokasi penelitian secara statistik tidak berbeda nyata, sementara pendapatan petani padi organik lebih
tinggi dari padi beras medium dan secara statistik berbeda nyata, perbedaan tersebut terutama disebabkan perbedaan harga produk dan pemanfaatan
sumberdaya dalam keluarga tenaga kerja, limbah ternak. 2. Saluran tataniaga gabahberas organik atau premium cenderung tertutup dan
pasar cenderung ke arah persaingan monopolistik. Hal ini disebabkan faktor jaminan mutu dan kepercayaan para pembeli untuk menjaga kualitas. Pola
kerjasama yang dilakukan sebagian berbasis kepercayaan. Dalam jangka panjang, selain mengandalkan kepercayaan personal, pemasaran beras
organik harus berbasis mutu produk, sehingga menghadirkan lembaga penjamin mutu merupakan suatu kebutuhan.
3. Hasil estimasi fungsi produksi padi organik menunjukkan bahwa jumlah benih, pupuk, pestisida, tenaga dalam dan luar keluarga, dan sumber benih,
secara statistik berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik. 4. Potensi pengembangan beras organik diantaranya adalah tingginya
permintaan pasar, luasnya potensi areal pengembangan, tersedianya benih varietas unggul, berbasis sumberdaya keluarga dan input lokal, memiliki
persentase harga yang diterima petani relatif tinggi, memiliki rantai saluran tataniaga yang relatif pendek, dan harga beras organik yang relatif tinggi,
5. Kendala pengembangan beras organik diantaranya adalah persepsi yang masih keliru mengenai sistem pertanian organik, lemahnya kemampuan
permodalan petani, terbatasnya jumlah pupuk dan pestisida organik, terbatasnya peralatan pengolahan padi menjadi beras organik, kurangnya
bimbingan dan penyuluhan, dan lemahnya penerapan standar dan sistem sertifikasi mutu beras organik.
6. Pengembangan beras organik sebagai salah satu jenis beras premium dinilai sebagai salah strategi yang tepat dalam rangka peningkatan pendapatan petani
padi dan kebijakan pengembangan ini dinilai tidak mengganggu program swasembada beras sehingga pemerintah perlu mendorong pengembangan
padi organik melalui peningkatan pemanfaatan potensi yang tersedia dan mengatasi berbagai kendala yang dihadapi.
7. Alternatif kebijakan yang dapat ditempuh adalah melakukan peningkatan promosi dan sosialisasi beras organik, menyediakan permodalan dan
peningkatan akses petani untuk pengembangan beras organik, meningkatkan kemampuan petani dalam memproduksi pupuk dan pestisida organik,
menyediakan alsintan pengolah beras organik, menambah jumlah penyuluh dan meningkatkan intensitas bimbingan dan pendampingan bagi petani,
menyediakan lembaga sertifikasi, asesor mutu, serta meningkatkan akses petani terhadap lembaga sertifikasi mutu tersebut.
9.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini maka saran yang bisa dikemukakan berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kekhawatiran berbagai pihak mengenai pengaruh negatif pengembangan beras organik terhadap swasembada beras mulai harus dikurangi karena
produktivitas padi organik tidak seluruhnya lebih rendah dari produktivitas padi non organik.
2. Agar pengembangan beras organik ini benar-benar tidak berpengaruh negatif terhadap swasembada beras, maka fokus pengembangannya perlu dilakukan
di daerah non sentra produksi beras, khususnya pada daerah yang belum tersentuh teknologi intensifikasi terutama di Luar Jawa.
3. Dalam pengembangan beras organik sebagai beras kualitas premium, pemerintah perlu menempuh kebijakan yang komprehensif dari berbagai
aspek mulai dari subsistem sumberdaya, sarana dan prasanana serta input produksi padi organik, subsistem budidaya atau usahatani, subsistem
pengolahan hasil, subsistem distribusi dan pemasaran, serta subsisten penunjangnya. Keseluruhan subsistem tersebut kebutuhan akan keberadaan
dan kelengkapan sampai ke lokasi pengembangan sangat penting secara terpadu dan teintegrasi.
4. Dalam pengembangan beras organik pendekatan pemberdayaan melalui kelompok tetap sangat dibutuhkan, karena secara spesifik terbukti dengan
kelompok petani memiliki posisi tawar yang lebih tinggi. 5. Dalam upaya pengembangan beras organik pada wilayah baru, adalah penting
untuk melakukan sosialisi, pembinaan secara intensif, pengadaan berbagai fasilitas sarana prasarana, serta melakukan promosi pasar dan menciptakan
pasar baru dalam skala luas baik untuk tujuan pemenuhan permintaan dalam yang belum dapat dipenuhi maupun untuk ekspor.
6. Khususnya untuk penelitian lanjutan sejenis, disarankan kajian lebih diperluas, sehingga potensi-potensi beras premium yang lain seperti premium
dari aspek varietas, premium dari aspek pengolahan pasca panen, dan lain- lain dapat diketahui. Disamping itu, kajian tentang sosial ekonomi tentang
teknologi pasca panen yang mampu menghasilkan beras kualitas premium, kajian efektifitas dan mekanisme jaminan kualitas produk, diyakini akan
membantu pengembangan beras premium di masa-masa yang akan datang.