pemasaran, dan margin pemasaran. Hasil penelitian menyatakan bahwa petani padi organik pendapatannya lebih besar daripada petani anorganik. Faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan yakni saluran pemasaran, status petani, dan kepemilikan lahan. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah petani-
pedagang-pengumpul- pengecer-konsumen, karena memiliki margin terkecil dan farmer share
tertinggi. Fitri 2006 melakukan penelitian tentang Strategi Pengembangan Usaha
Sayuran Organik pada Kelompok Tani Usahatani Bersama di Sumatera Barat menunjukkan bahwa perbaikan sistem manajemen untuk meningkatkan
profesionalisme dan kemampuan manajerial serta meningkatkan kemampuan teknis dan pengetahuan pertanian organik untuk anggota dan pekerja melalui
pelatihan sebagai prioritas utama. Dengan menggunakan metode yang sama, Rohmiyatin 2006 melakukan penelitian di Kabupaten Bogor, mengenai ”Strategi
Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat LPS” menunjukkan bahwa strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan adalah
penetrasi pasar dan pengembangan produk. Beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah 1 membantu proses sertifikasi produk organik bagi
petani binaan, 2 meningkatkan mutu dan kemasan produk agar sulit dipalsukan, 3 menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas
pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi produk, dan 4 meningkatkan kualitas produksi beras organik dengan penambahan sarana dan prasarana yang
mendukung. Dudiagunoviani 2009, melakukan penelitian tentang ”Analisis Strategi
Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Ciberureum”dalam
rangka pengembangan usahatani beras organik disarankan ada enam yaitu: memperluas jaringan pasar, meningkatkan kualitas produk melalui kemasan,
meningkatkan promosi mengenai beras organik kepada masyarakat melalui penyuluhan ataupun media lain, mengembangkan produksi dengan menggunakan
bibit organik unggul, memperkuat modal melalui pengembangan kerjasama dengan pihak swasta, pemerintah atau masyarakat setempat, dan perbaikan sistem
manajemen.
2.6. Kerangka Teoritis
2.6.1. Pasar Persaingan Sempurna dan Persaingan Monopolistik
Kerangka teoritis dari penelitian ini didasari pada prilaku harga komoditas beras dan gabah di pasar, dimana bila diamati pasar beras medium yang ada
menggambarkan mekanisme pasar persaingan sempurna. Jumlah produsen yang relatif banyak, produk yang homogen, perusahaan bisa keluar masuk pasar
dengan bebas, membuat posisi tawar petani rendah sehingga tidak mampu menaikkan pendapatan mereka. Dalam pasar persaingan sempurna untuk
memaksimumkan laba kondisi yang harus dicapai adalah bila harga mampu mencerminkan pendapatan marginal dan biaya marginal dari produk tersebut.
Kemudahan masuk dan keluar sebagai akibat transparansi informasi produk menyebabkan keseimbangan akan terjadi pada saat harga produk sama dengan
biaya rata-rata total minimum, atau dengan kata lain perusahaan hanya mendapat keuntungan normal atau zero profit. Sebagai ilustrasi, Gambar 1 menunjukkan
kondisi pasar persaingan sempurna dimana produsen tidak mendapatkan keuntungan ekonomi, dan kondisi dimana tingkat harga jual tertentu
menyebabkan perusahaan harus berhenti berproduksi, walaupun dari sisi kapasitas produksi mampu berproduksi lebih banyak.
ATC, MC
Sumber: Mankiw 2006, dimodifikasi Gambar 1. Kurva Industri Pasar Persaingan Sempurna
Secara teoritis persoalan ini dapat diatasi dengan mengusahakan kondisi industri beras berada pasar persaingan monopolistik atau monopolistic
competition . Dalam jangka pendek, perusahaan dalam pasar persaingan
monopolistik, perusahaan mendapatkan ekses profit, namun dalam jangka panjang hanya mendapatkan zero profit. Hilangnya ekses profit adalah akibat terjadinya
ekses kapasitas dari persaingan monopolistik, sehingga agar produsen tetap mendapatkan keuntungan ekonomi maka produsen harus mengupayakan
berproduksi tidak pada kondisi ekses kapasitas Gambar 2. Pada tingkat produksi ini, petani dapat menjaga posisi tawar yang lebih baik dan peluang mendapatkan
pendapatan yang lebih baik akan semakin besar. Pengurangan jumlah petani dari pasar persaingan sempurna juga akan
membawa kondisi pasar beras non premium lebih baik karena sebagian dari
P, MR, AR,
AVC,
ATC
Q Q
Titik Penutupan Usaha
AVC ATC
AVC MC
P=MR =AR Titik Impas
Keterangan Gambar 1. P : Harga Pasar
AR : Pendapatan Rata-rata MR : Pendapatan Marginal
MC : Biaya Marginal ATC: Biaya Total Rata-rata
AVC: Biaya Variabel Rata-
rata Q : Jumlah produksi
mereka telah keluar dari pasar. Hanya saja upaya untuk mencapai kondisi pasar persaingan monopolistik tidak mudah karena perlu dukungan kuat dari pemerintah
terutama dalam hal alokasi sumberdaya, dukungan kebijakan promosi, iklan dan infrastruktur.
Sumber: Mankiw 2006, dimodifikasi Gambar 2.
Kondisi Pasar Persaingan Monopolistik Jangka Panjang
2.6.2. Pemasaran Produk Pertanian
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain Kotler, 1997. Konsep pemasaran yang paling umum digunakan adalah konsep yang menyatakan bahwa pemasaran merupakan upaya
yang dilakukan perusahaan sehingga perusahaan tersebut menjadi lebih efektif dan efisien daripada pesaing dalam menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran. Pemasaran produk pertanian memegang peranang penting dalam sistem
produksi pertanian karena produk pertanian biasanya tidak bisa langsung dibawa
Keterangan Gambar 1. D : Permintan
P : Harga Pasar AR : Pendapatan Rata-rata
MR : Pendapatan Marginal MC : Biaya Marginal
ATC: Biaya Total Rata-rata Q : Jumlah produksi
P
P, ATC,
MC
Q MC
ATC
Q ATC
min
MR D = AR
Q
ef
Ekses Kapasitas
= Q
ef
Q MC
ke konsumen. Hal ini disebabkan karena 1 produk-produk pertanian letaknya berjauhan dengan konsumen, dan 2 produk-produk pertanian umumnya bersifat
musiman sementara konsumsi berlangsung sepanjang tahun sehingga demikian diperlukan penyimpanan untuk menyesuaikan penawaran dengan permintaan
konsumen Abbot dan Makeham, 1981 dalam Trisno, 2009. Pemasaran produk-produk pertanian seperti beras dimulai dari lahan
usahatani ketika petani merencanakan produksinya untuk memenuhi permintaan pasar yang spesifik dan prospek pasar sampai produk tersebut ke tangan
konsumen akhir. Sehingga, sistem tataniaga suatu komoditas dapat diamati atau ditelusuri dengan mempelajari karakteristik komoditas, struktur pasar, dengan
memperhatikan kebijakan pemerintah dan komponen tataniaga melalui pendekatan sistem Saefudin,1983 dalam Trisno, 2009. Analisis ekonomi dari
tataniaga dapat didekati dengan analisis struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar. Struktur pasar merupakan karakteristik organisasi yang
menentukan hubungan antara para penjual dengan para pembeli. Perilaku pasar merupakan tingkah laku tataniaga dalam struktur pasar tertentu yang meliputi
kegiatan penjualan, pembelian, penentuan harga, dan siasat tataniaga. Struktur dan perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui peubah
harga, biaya dan margin tataniaga, dan jumlah komoditi yang diperdagangkan. Dengan banyaknya aspek yang mempengaruhi efisiensi tataniaga
komoditas, maka dalam melihat potensi pengembangan beras kualitas premium sebagai strategi peningkatan pendapatan petani padi, analisis deskriptif pada
penelitian ini hanya akan difokuskan pada struktur, perilaku, dan keragaan pasar yang dihadapi petani secara langsung.