Kendala Pengembangan Padi atau Beras Organik sebagai Beras Kualitas Premium

keuntungan, kemudahan dalam aplikasi, kesesuaian budaya lokal, dan 2 Keberpihakan pemda dan lembaga pemasaran. Hasil penelitian Windani 2009 mengenai preferensi konsumen terhadap beras organik di kota Yogyakarta menunjukkan bahwa 1 faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap beras organik adalah harga beras organik, tingkat pendidikan istri, pendapatan per kapita rumah tangga dan jumlah anggota keluarga, 2 atribut beras organik yang mempunyai korelasi positif terhadap preferensi konsumen adalah kemasan beras organik, dan 3 faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi beras organik adalah pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, harga beras organik, harga beras non organik dan jenis pekerjaan kepala keluarga. Gustarini 2006 melakukan penelitian mengenai proses Komunikasi Dan Hubungan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Dalam Usahatani Padi Organik Kasus di Desa Ngadirejo Kecamatan Kepanjen kidul Kotamadya Blitar menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor- faktor sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pendidikan, luas lahan garapan, tingkat komersialisasi, pendapatan rumah tangga per tahun, dan frekuensi hubungan petani dan penyuluh dengan tingkat adopsi petani dalam usahatani padi organik di Desa Ngadirejo Kecamatan Kepanjen kidul Kotamadya Blitar kasus pada kelompok tani “Setia Kawan”. Maryana 2006, melakukan Analisis Pendapatan Petani dan Margin Pemasaran Beras Organik di Kecamatan Cikalong, Kabupaten Cianjur. Metode yang digunakan terdiri dari analisis pendapatan, rasio RC, rasio BC, regresi linear berganda dengan Ordinary Least Square OLS, saluran pemasaran, dan margin pemasaran. Hasil penelitian menyatakan bahwa petani padi organik pendapatannya lebih besar daripada petani anorganik. Faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan yakni saluran pemasaran, status petani, dan kepemilikan lahan. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah petani- pedagang-pengumpul- pengecer-konsumen, karena memiliki margin terkecil dan farmer share tertinggi. Fitri 2006 melakukan penelitian tentang Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik pada Kelompok Tani Usahatani Bersama di Sumatera Barat menunjukkan bahwa perbaikan sistem manajemen untuk meningkatkan profesionalisme dan kemampuan manajerial serta meningkatkan kemampuan teknis dan pengetahuan pertanian organik untuk anggota dan pekerja melalui pelatihan sebagai prioritas utama. Dengan menggunakan metode yang sama, Rohmiyatin 2006 melakukan penelitian di Kabupaten Bogor, mengenai ”Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat LPS” menunjukkan bahwa strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah 1 membantu proses sertifikasi produk organik bagi petani binaan, 2 meningkatkan mutu dan kemasan produk agar sulit dipalsukan, 3 menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi produk, dan 4 meningkatkan kualitas produksi beras organik dengan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung. Dudiagunoviani 2009, melakukan penelitian tentang ”Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Ciberureum”dalam