organik. Pada kelompok padi non organik, variasi harga jual antar petani lebih ditentukan oleh kualitas produk dan posisi tawar petani. Petani yang sebagian
biaya usahataninya berasal dari pedagang rata-rata mempunyai posisi tawar yang rendah sehingga petani tersebut lebih lebih sebagai penerima harga dari pedagang
pemberi modal tersebut.
2. Pedagang Pengumpul
Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul beras organik yang salah satunya diperankan oleh kelompok tani mengarah ke pasar persaingan
monopolistik. Kelompok mampu bertindak sebagai penentu harga beras karena beras yang dihasilkan sudah dikenal dan diakui kualitasnya, sehingga peluang
peningkatan pendapatannya besar, namun peluang tersebut belum termanfaatkan karena keterbatasan kemampuan produksi dari kelompok terbatas sebagai akibat
keterbatasan dana kelompok dan kesulitan melakukan kontrol kualitas. Pasar yang dihadapi pedagang pengumpul gabah dan beras non organik
cenderung kearah pasar oligopsoni, dimana pedagang pengumpul sebagain besar hanya telah mempunyai rekanan dagang dalam memasarkan gabahberas yang
dibeli dari petani. Biasanya pedagang pengumpul tersebut telah terikat permodalan dengan pedagang beras yang menjadi rekanannya sehingga ada
kewajiban menjual gabahberas kepada pedagang tersebut dan pedagang pengumpul tersebut lebih berperan sebagai penerima harga.
3. Pengecer
Struktur pasar yang dihadapi pengecer beras organik, dimana pada kasus sampel penelitian terutama diperankan oleh TokoKoperasi karyawan RRI Solo
adalah oligopoli cenderung kearah monopoli. Koperasi karyawan RRI Solo mempunyai posisi yang kuat dalam menentukan harga jual beras organik Balak
Gumbregah karena hanya koperasi karyawan tersebut yang menjual beras organik dari Kelompok Balak Gumbregah.
Struktur pasar yang dihadapi oleh pengecer beras non organik di lokasi kajian cenderung kearah persaingan sempurna, dimana harga beras sangat
ditentukan penawaran dan permintaan beras tersebut. Harga akan cenderung naik bila jumlah pasokan turun sementara permintaan beras tetap atau naik,
sebaliknya harga akan cenderung turun bila jumlah pasokan naik sementara permintaan tetap atau turun. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga beras non
organik lebih berfluktuatif dibanding beras organik.
7.3.2. Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran gabah dan beras premium relatif berbeda dengan beras medium. Bila pemasaran gabahberas medium relatif terbuka atau dapat
dengan mudah para pedagang keluar atau masuk pasar sehingga pasar yang terjadi cenderung ke arah pasar persaingan sempurna, maka pada pemasaran
gabahberas premium cenderung tertutup karena hanya dapat dimasuki oleh para petani, kelompok tani atau pedagang beras organik yang dinilai mampu menjaga
kontinuitas dari segi jumlah beras dan mutu beras yang diperdagangkan. Pada umumnya usahatani beras organik dilakukan oleh perusahaan atau
perseorangan baik dengan mengusahakan di lahan milik mereka sendiri atau sistem kontrak kerjasama dengan pihak lain. Pada kasus usahatani beras organik
yang melakukan sistem kontrak kerjasama dengan pihak lain, biasanya petani
hanya berperan dalam proses usahatani sehingga nilai tambah petani terbatas pada proses produksi gabah. Sedangkan nilai tambah dari bentuk gabah ke beras
sampai proses pemasaran, dinikmati oleh pengusaha. Berkenaan dengan hal tersebut, pengembangan padi organik seyogyanya dilakukan oleh petani atau
kelompok tani sehingga nilai tambah yang diperoleh petani atau kelompok tani akan semakin besar.
Pemasaran gabah dan beras organik di lokasi kajian relatif masih sederhana Gambar 5. Petani organik biasanya menjual berasnya pada
kelompok, warung nasirestoran di luar kota melalui pedagang pengumpul, atau memenuhi permintaan perseorangan atau institusi. Kelompok melakukan seleksi
terhadap beras yang dihasilkan anggotanya, mengemas dengan merk kelompok, dan memasarkan beras tersebut.
KoperasiTokoPedagang Petani
Kelompok Konsumen:
• Masyarakat umum
• RestoranRumah
Makan Pedagang
Pengumpul
Gambar 5. Saluran Pemasaran Beras Organik di Lokasi Penelitian
Pada awal pengenalan beras organik kelompok, porsi terbesar pemasaran beras organik adalah untuk memenuhi permintaan koperasi-koperasi karyawan
dimana pengurus kelompok Balak Gumbregah tersebut bekerja atau mempunyai jalinan kerjasama. Strategi ini dilakukan dalam rangka membuka pasar beras yang
dihasilkan kelompok ini. Pada tahap awal ini pemasaran beras di koperasi karyawan dianggap cara yang tepat untuk mengenalkan produk yang dihasilkan,
meskipun untuk itu petani dan kelompok harus menerima konsekuensi pembayaran tunda. Seiring produk yang dihasilkan sudah dikenal di masyarakat
maka porsi pemasaran tersebut mulai bergeser ke konsumen langsung rumah makan dan restoran, perseorangan, sehingga jika pada awal pengembangan
saluran utama pemasaran beras organik di lokasi kajian adalah: Petani Æ Kelompok ÆKoperasi Toko Beras Æ Konsumen, maka dengan semakin
terbukanya pasar beras organik kelompok, saluran utama beras organik kelompok dilokasi kajian saat ini adalah: Petani Æ Kelompok Æ konsumen langsung
Rumah makan dan perseorangan, Berdasarkan informasi di lokasi penelitian, diketahui bahwa potensi pasar
beras organik kelompok sebenarnya cukup besar, mencapai 71 ton per bulan, yaitu dari pedagang luar daerah, Jaringan Petani Organik Jawa Tengah,
koperasi, restoranrumah makan, dan masyarakat umum. Namun demikian kelompok belum dapat memenuhi permintaan tersebut, karena volume produksi
masih relatif kecil dan dana kelompok yang terbatas. Kerjasama yang selama ini dilakukan kelompok petani organik
menggunakan prinsip dasar saling percaya berdasarkan jaminan kelompok terhadap kontinuitas mutu dan volume penjualan baik antara pengurus dengan
anggotanya, maupun antara pengurus dengan pihak lain sehingga terbentuk kepercayaan satu sama lain. Sistem pembayaran beras organik yang dilakukan
antara kelompok dan pedagang adalah pembayaran tunda, sedangkan antara kelompok dengan konsumen langsung adalah kontan. Dalam sistem pembayaran
tunda, pembayaran periode sekarang akan dibayar pada pengiriman barang periode selanjutnya. Periode pengiriman dilakukan rata-rata dalam satu kali
dalam sebulan kepada masing-masing pembeli, sehingga waktu tunda memperoleh pembayaran juga satu bulan dan dengan demikian kelompok
melakukan dua kali pengiriman dengan satu satu kali pembayaran. Sistem pembayaran tunda ini merupakan salah hambatan dalam pengembangan beras
organik, karena tidak semua petani atau kelompok tani mempunyai modal yang cukup. Sistem pembayaran tunda masih dilakukan antara kelompok dengan
koperasi karyawan RRI Solo, Jawa Tengah. Sistem pembayaran tunda masih bisa dilakukan kelompok di lokasi kajian, karena kelompok mempunyai dana yang
bersumber baik dari pembeli dengan cash and carry dan dari kegiatan produktif lain yang dilakukan kelompok, seperti pendapatan dari penjualan pupuk kompos,
katul instan, dan jahe katul Pendekatan saling percaya atas jaminan mutu dari kelompok dalam
pemasaran produk menggambarkan bahwa pemasaran beras organik sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan konsumen atas kualitas beras, artinya
konsumen akan rela membayar harga lebih tinggi bila merasa yakin bahwa produk tersebut berkualitas dan berasal dari sumber yang dipercaya. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh penjamin mutu sangat penting peranannya dalam pemasaran beras organik. Kasus di lokasi kajian, kelompok merupakan penjamin mutu atau
quality guaranted terhadap beras organik yang dipasarkan. Dalam jangka
panjang, diperlukan upaya agar pemasaran beras organik selain berdasarkan penjaminan mutu dari kelompok, juga dilakukan sertifikasi mutu produk dari
lembaga yang berwenang. Artinya, konsumen membeli beras organik tersebut karena percaya terhadap produsennya dan mutu beras yang dihasilkan bila diuji