Keadaan Sarana Transportasi KONDISI UMUM DAERAH

Tabel 16. Komposisi Petani Sampel Penelitian Berdasarkan Umur Tahun 2010 Kelompok Umur Petani Organik Petani Non Organik Jumlah Persentase Jumlah Persentase tahun orang orang 40 3 10.00 0.00 41 - 50 6 20.00 6 20.00 51 - 60 9 30.00 10 33.33 60 12 40.00 14 46.67 Total 30 100.00 30 100.00 Berkaitan dengan pengembangan beras organik, usia petani yang rata-rata sudah tua tersebut sedikit banyak menjadi faktor yang mempengaruhi pengembangan beras organik. Petani-petani tua pada umumnya tidak terlalu reaktif dalam menerima hal-hal baru, cenderung berpikiran sederhana dan meneruskan cara-cara yang telah mereka kenal dengan baik, serta berusaha menerima apa yang mereka peroleh dengan cara-cara tersebut, sehingga kurang tertarik mencoba hal-hal baru untuk meningkatkan pendapatannya.

6.1.2. Tingkat Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan petani sampel pada umumnya adalah Tamat SD dan tidak sekolah atau tidak tamat SD. Pada petani organik, bila digabungkan petani yang hanya tamat SD, tidak tamat SD atau tidak sekolah berjumlah sekitar 57 persen, sedangkan pada petani non organik berjumlah 73 persen. Komposisi petani berdasarkan pendidikan ini terlihat berhubungan dengan komposisi petani menurut umur. Pendidikan petani berumur tua cenderung rendah. Tingkat kesadaran pendidikan yang masih rendah dan kendala biaya saat itu menyebabkan mereka merasa cukup bersekolah pada tingkat dasar. Gambaran komposisi petani berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Komposisi Petani Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Petani Organik Petani Non Organik Jumlah Persentase Jumlah Persentase orang orang Tidak Sekolah Tidak Tamat SD 7 23.33 8 26.67 Tamat SD 10 33.33 14 46.67 Tamat SLTP 2 6.67 1 3.33 Tamat SLTA 6 20.00 6 20.00 Diploma dan Sarjana 5 16.67 1 3.33 Total 30 100.00 30 100.00

6.1.3. Sumber-sumber Pendapatan Rumah Tangga Petani

Sumber pendapatan rumah tangga petani sampel berasal dari sektor pertanian dan non pertanian. Dari sektor pertanian, sumbangan pendapatan bersumber dari usahatani sawah, usahatani non sawah, serta kegiatan berburuh tani. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian antara lain: GuruPNS, perangkat desa, tukang, jasa rias pengantin, pengeras suara, bengkel, angkutan, pedagang, penyewaan alat pertanian, usaha tenun, dan buruh industri. Gambaran sumber pendapatan rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 menunjukkan sebagian besar pendapatan rumah tangga petani non organik berasal dari sektor pertanian, yaitu sebesar 73.44 persen. Sedangkan untuk petani organik, sumber pendapatan dari pertanian lebih kecil dibanding petani non organik,yaitu 64.21 persen. Sumber pendapatan dari usahatani sawah bagi petani organik maupun non organik merupakan penyumbang terbesar pendapatan keluarga, namun pangsa usahatani sawah pada petani organik lebih kecil. Perbedaan ini menunjukkan bahwa petani organik mempunyai sumber- sumber pendapatan lain yang lebih banyak, sehingga tidak sangat bergantung hanya dari sektor pertanian. Perbedaan sumber pendapatan ini diduga juga berpengaruh pada pengembangan padi organik karena mempengaruhi keberanian mengambil risiko dalam berusahatani. Tabel 18. Komposisi Pendapatan Rumah Tangga Pertanian Tahun 2010 Sumber pendapatan Petani Organik Petani Non Organik rpkg rpkg

A. Pertanian 12 701 333.33

64.21 10 440 750.00

73.44 • Usahatani Sawah 10 210 000.00 51.62 9 543 333.33 67.13 • Usahatani Non Sawah 1 781 333.33 9.01 511 416.67 3.60 • Buruh tani 710 000.00 3.59 386 000.00 2.72

B. Non Pertanian 7 079 333.33

35.79 3 775 333.33

26.56 • Usaha Non Pertanian 6 412 333.33 32.42 3 572 000.00 25.13 • Buruh Non Pertanian 667 000.00 3.37 203 333.33 1.43 Total 19 780 666.67 100.00 14 216 083.33 100.00 6.2. Keadaan Umum Pertanian 6.2.1. Pengelolaan Usahatani Pengelolaan usahatani di lokasi sampel penelitian sebagian besar sudah menggunakan alat-alat mekanisasi . Penggunaan alat-alat pertanian seperti traktor, mesin perontok padi, mesin pompa air, untuk membantu mengelola usahatani telah lama dilakukan masyarakat. Jenis pengairan di lokasi sampel 76.62 persen merupakan irigasi setengah teknis sekitar 104.55 hektar. Pola tanam di lahan sawah yang umum dilakukan petani adalah menanam dua kali padi dan satu kali palawija. Pada wilayah-wilayah tertentu, sebagian masyarakat mampu menanam padi tiga kali, namun hal tersebut sangat tergantung kondisi air yang ada di cek dam dan frekuensi hujan yang terjadi. Palawija yang umum ditanam adalah kedelai karena dinilai tingkat kebutuhan airnya rendah dan tahan kekeringan.