2.2.2. Kualitas dan Penanganan Pasca Panen
Selain dari varietas, teknik budidaya dan areal pengembangan, beras kualitas premium dapat dihasilkan melalui perbaikan kualitas dan penanganan
pasca panen. Pengolahan padi menjadi beras yang siap dikonsumsi harus melalui beberapa proses pasca panen, yaitu: perontokan, pengangkutan, pengeringan,
penyimpanan sementara, penggilingan, penyimpanan, pengangkutan dan pengemasan. Setiap proses tersebut, jumlah dan tingkat teknologinya berkembang
seiring dengan perkembangan produktivitas padi di Indonesia. Namun disadari bahwa perkembangan teknologi pengolahan padi di Indonesia tidak seperti halnya
di negara-negara produsen beras di Asia, misalnya Thailand, Jepang, China dan Vietnam. Pengolahan padi di Indonesia masih menggunakan teknologi yang
relatif sederhana. Sebagai akibatnya, beras yang dihasilkan memiliki kualitas dan rendemen beras yang lebih rendah. Selain itu produk samping berupa beras patah,
menir, dedak dan sekam belum mendapat perhatian yang serius sehingga nilai tambah yang dapat diperoleh dari pemanfaatan hasil samping dari pengolahan
padi di Indonesia belum maksimal. Dalam rangka pengembangan beras premium dipandang sangat perlu
dilakukan perbaikan rendemen dan mutu beras antara lain melalui perbaikan pada setiap tahapan proses pasca panen tersebut. Proses pasca panen yang baik akan
menghasilkan beras yang mempunyai cita rasa tinggi, tingkat patahan yang rendah, putih, cemerlang, namun tetap mempunyai nilai gizi yang tinggi sehingga
layak sebagai beras premium. Proses pengeringan perlu mendapat perhatian dalam rangka menghasilkan
beras premium. Proses penjemuran gabah dapat menghasilkan beras giling dengan mutu yang baik sepanjang tidak terganggu oleh hujan, menggunakan alas,
dan dilakukan pembalikan setiap 2 jam. Cara ini menghasilkan rendemen beras 57-60 persen dengan kandungan beras kepala 84 persen Islam et al., 2003; Thahir
dan Santosa, 1978; Soetoyo dan Sumardi, 1980. Perbaikan sistem penggilingan padi juga menjadi faktor penting dalam
penanganan pasca panen, karena penggilingan padi menjadi muara antara produksi, pengolahan primer, dan pemasaran beras. Bahkan pada proses ini, nilai
tambah dari gabah ke beras giling mencapai 400-600 persen Rachmat et al., 2006. Perbaikan sistem penggilingan padi dapat dilakukan antara lain dengan
perbaikan teknik penyosohan dengan mengombinasikan sistem aberasif dan friksi serta sistem penyosohan bertahap. Kombinasi sistem aberasif dan friksi
meningkatkan volume beras kepala menjadi 86 persen dan menekan jumlah beras patah menjadi 13 persen Thahir, 1996; Setiawati 1999; van Ruiten 1981;
Sudaryono et al., 2005. Penggunaan nozzle pengabut pada penyosohan dengan pelembutan aleuron dapat digunakan untuk perbaikan mutu beras giling. Melalui
sistem pengabut, perlakuan pengayaan mutu fortifikasi dapat diberikan terhadap beras giling untuk menghasilkan beras kepala beraroma tertentu, seperti
aroma varietas Pandanwangi atau dimanfaatkan untuk fortifikasi bahan pangan fungsional, seperti unsur yodium untuk pencegahan gondok Lubis et al., 2007.
Berdasarkan uraian penanganan pasca panen tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan teknologi dan tingkat pengetahuan pasca panen
untuk menghasilkan beras premium dalam negeri sebenarnya telah cukup tersedia, namun belum dimanfaatkan dengan baik, terutama karena ongkos produksinya
tinggi.
2.3. Padi atau Beras Organik sebagai Beras Kualitas Premium
Padi atau beras organik adalah padi atau beras yang dihasilkan dari pertanian organik. Pertanian organik di banyak tempat dikenal dengan istilah yang
berbeda- beda. Ada yang menyebut sebagai pertanian lestari, pertanian ramah lingkungan, dan sistem pertanian berkelanjutan. Sutanto 2002 mendefinisikan
pertanian organik sebagai suatu sistem produksi pertanian yang berasaskan daur ulang secara hayati. Menurut para pakar pertanian Barat, sistem pertanian organik
merupakan ”hukum pengembalian law of return” yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah,
baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberikan makanan pada tanaman. Filosofi yang melandasi pertanian
organik adalah mengembangkan prinsip-prinsip memberikan makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman feeding the soil
that feeds the plants dan bukan memberi makanan langsung pada tanaman.
Sistem pertanian organik adalah sistem produksi holistis dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami serta
mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan.
Menurut International Federation of Organic Agriculture Movement IFOAM, pertanian organik merupakan suatu pendekatan sistem yang utuh
berdasarkan satu perangkat proses yang menghasilkan ekosistem yang berkelanjutan sustainable, pangan yang aman, gizi yang baik, kesejahteraan
hewan dan keadilan sosial. Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistis
yang mendukung dan mempercepat biodiversity, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.
Adapun tujuan pengembangan padi organik adalah 1 meningkatkan pendapatan petani padi karena adanya efisiensi pemanfaatan sumberdaya dan
nilai tambah produk, 2 menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani padi, 3 meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan
pertanian padi, 4 menjaga dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian padi dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan, 5 menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan sosial pedesaan, dan 6 menghasilkan pangan berupa beras yang cukup aman,
berkualitas sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus meningkatkan daya saing produk agrobisnis padi.
Syam 2008 menyebutkan bahwa sampai saat ini Thailand dikenal sebagai negara yang paling banyak memasok padi dan beras organik untuk pasar
tertentu di Uni Eropa. Harga beras organik jauh lebih mahal daripada beras biasa disebabkan oleh keyakinan segolongan masyarakat bahwa beras organik baik
untuk kesehatan karena bebas dari bahan kimia toksin yang kemungkinan besar berasal dari pestisida dan pupuk kimia.
Perkembangan pertanian padi organik di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan pertanian organik dunia, bahkan dapat dikatakan pemicu
utama pertanian organik domestik adalah karena tingginya permintaan pertanian organik di negara-negara maju. Menurut Hamm 2000 dalam Agus, et al. 2006,
tingginya permintaan pertanian organik di negara-negara maju dipicu oleh 1 menguatnya kesadaran lingkungan dan gaya hidup alami dari masyarakat, 2