Luas Pemilikan Tanah Garapan

sifat lambat terurai dan terserap oleh tanaman sehingga lambat pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan lambat pula pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas. Penggunaan pupuk organik akan memperbaiki struktur, tekstur dan unsur hara dalam tanah pada lahan padi organik, sedangkan pupuk kimia justru cenderung merusak struktur dan tekstur tanah dan apabila kelebihan unsur hara yang diserap oleh tanaman dalam justru akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman, karena dapat menjadi racun bagi tanaman. Pengembangan padi organik di Kabupaten Klaten telah dimulai sejak tahun 2005 dan pada lokasi penelitian, usahatani padi organik telah dilakukan selama lebih dari 6 musim tanam, sehingga penggunaan pupuk organik telah memberikan manfaat secara nyata pada pertumbuhan tanaman dan pencapaian produktivitas yang jumlahnya menyamai produktivitas padi non organik. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutakin 2010, Suwantoro 2008, dan Suhartini 2006. Hasil dari ketiga penelitian tersebut menunjukkan bahwa produktivitas padi organik memang lebih rendah pada awal-awal penanaman, namun meningkat pada musim-musim tanam berikutnya. Mutakin 2010 yang melakukan penelitian di Garut, Jawa barat menunjukkan bahwa produktivitas padi organik dengan metode SRI bahkan mencapai 2 kali lipat dibanding produktivitas padi non organik konvensional yaitu sekitar 10 ton per hektar gabah kering panen setelah musim tanam kedua. Suwantoro 2008, yang melakukan penelitian di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah juga menunjukkan produktivitas padi organik telah menyamai produktivitas padi non organik setelah musim tanam keempat yaitu sekitar 4 tonha. Sementara itu, Suhartini 2006 yang melakukan pengamatan produktivitas dalam 3 musim tanam secara berurutan pada tahun 2003 – 2004 dan menunjukkan bahwa produksi dan produktivitas` padi organik setiap musim tanam di Kecamatan Sambung Macan dan Sambirejo Kabupaten Sragen, secara nyata atau signifikan lebih tinggi jika dibandingkan dengan padi non organik. Berdasarkan hasil penelitian ini dan juga beberapa sumber penelitian lain yang telah disebutkan di atas dapat diketahui bahwa produktivitas padi organik tidak berbeda dengan produktivitas padi non organik, dan bahkan dibeberapa kasus produktivitasnya lebih tinggi. Hal ini memberikan gambaran bahwa bahwa seharusnya petani lebih baik menanam padi organik karena mempunyai harga yang lebih baik. Terlebih lagi, jika sarana dan prasarana lingkungan mendukung untuk bertani organik dan petani memiliki kemampuan untuk menjual produk akhir yang dihasilkan berupa beras, tentunya dengan produktivitas yang sama akan meningkatkan penerimaan dan pendapatan petani padi. Produktivitas yang relatif sama antara antara padi organik dan non organik tersebut juga menunjukkan bahwa kekhawatiran berbagai pihak bahwa pengembangan padi organik akan mengganggu produksi beras nasional tidak sepenuhnya benar. Bahwa dalam jangka pendek antara dua hingga empat musim tanam, produktivitas`padi organik lebih rendah jika dibandingkan dengan padi non organik, memang benar. Namun demikian, dalam jangka menengah dan panjang yaitu lebih dari empat musim tanam, produktivitas padi organik telah mampu menyamai produktivitas padi non organik. Oleh karena itu, pengembangan padi organik akan lebih baik jika dikembangkan pada daerah- daerah yang relatif belum banyak tersentuh program intensifikasi melalui penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara intensif. Pada wilayah itu umumnya