Saran KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA Agus, Fx., Suyono, R. Hermawan. 2006. Analisis Kelayakan Usahatani Padi pada Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 22: 134-141. Andriyati. 2003. Perilaku Rumahtangga Petani Padi Dalam Kegiatan Ekonomi di Jawa Barat. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anggoro, T. 2003. Pengembangan Pertanian Organik Kasus Penerapan Pupuk Organik pada Padi Sawah di Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. http:www.lontar.ui.ac.id [ 4 Juni 2011]. BPS. 2007. Sensus Pertanian 2003. Buku D6. Badan Pusat Statistik, Jakarta. BPS. 2009. Klaten Dalam Angka 20072008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, Klaten. BPS. 2010a. Data Strategis BPS. Badan Pusat Statistik, Jakarta. BPS. 2010b. Jumlah Observasi dan Persentase Harga Gabah di Bawah Harga Pembelian Pemerintah HPP. Badan Pusat Statistik, Jakarta http:www.bps.go.id.[ 25 Januari 2010]. BPS. 2010c. Jawa Tengah Dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Semarang. Deptan. 2005a. Visi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025. Departemen Pertanian, Jakarta. Deptan. 2005b. Go Organic 2010 Solusi Alternatif Dalam Eco Agribisnis. Departemen Pertanian, Jakarta. Deptan. 2005c. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Deptan. 2007a. Pedoman Penyusunan Standar Operasi SPO Padi Organik. Departemen Pertanian, Jakarta. Deptan. 2007b. Roadmap Pengembangan Pertanian Organik 2008-2015. Departemen Pertanian, Jakarta. Dinas Pertanian dan Peternakan. 2010. Laporan Tahunan Tahun 2009. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Klaten, Klaten. Dudiagunoviani, Y. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol Studi Kasus Kelurahan Mulyaraja Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fagi, A.M. dan I. Las. 2007. Membekali Petani dengan Teknologi Maju Berbasis Kearifan Lokal pada Era Revolusi Hijau Lestari Dalam F. Kasryno, E. Pasandaran, dan A.M. Fagi Ed.. Membalik Arus Menuai Kemandirian Petani. Yayasan Padi Indonesia, Jakarta. Fitri, M.A.A. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik pada Kelompok Tani Usahatani Bersama Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gujarati, D. 1991. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Erlangga, Jakarta. Gustarini, A. 2006. Proses Komunikasi dan Hubungan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Dalam Usahatani Padi Organik Kasus di Desa Ngdirejo Kecamatan Kepanjen Kidul Kotamadya Blitar. http:ebookbrowse.com. [ 2 Juli 2011]. Hapsari, I.A. 2006. Analisis Komparasi Usaha Tani Padi Sistem Organik dan Padi Sistem Konvensional Kajian Pengembangan Usahatani Padi Organik di Wilayah Kabupaten Ngawi. http:student-research.umm.ac.id.[25 Juni 2011]. Islam, M.S., M.A. Ghani, A.K.M. Saiful Islam, and M.A. Rahman. 2003. Effect of drying and tempering on the milling quality of long grain aromatic paddy processing in Bangladesh. Pakistan Journal of Biological Sciences. 619: 1675-1680. Junaidi, A. 2008. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Organik Studi Kasus di Desa Sumber Ngepoh Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. http:ebookbrowse.com.[25 Juni 2011]. Kloter, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Prenhallindo, Jakarta Lubis, S., Sudaryono, R. Rahmat, Hernani, S. Yuliani, dan Rahmawati. 2007. Teknologi Pengolahan Beras Beriodium untuk Mengatasi Kekurangan Iodium di Daerah Miskin dengan Pangan Pokok Beras. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. Mankiw, N.G. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Terjemahan. Salemba Empat, Jakarta Malian, M.H., R. Sayuti, M. Ariani, dan S. Mardianto. 2003. Dampak Perubahan Harga GabahBeras terhadap Produksi, Konsumsi dan Inflasi. Laporan Penelitian. Puslitbang Sosek Pertanian, Bogor. Marhamah R. 2007. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Sistem Usahatani Padi Organik Studi Kasus di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Propinsi Jawa Barat. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Maryana, R. 2006. Analisis Pendapatan Petani dan Margin Pemasaran Beras Organik Studi Kasus Kecamatan Cikalong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mawarni, A. 2008. Paguyuban Petani Lestari Melangkah Maju. Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM. http: www.pspk-ugm.or.id [ 25 Juni 2011]. Mutakin, J. 2010. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI System of Rice Intensification. http:www.garutkab.go.id [2 Juni 2011]. Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Erlangga, Jakarta. Nuryanti, S. 2001. Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Keputusan Petani Menjual Padi Hasil Panen di Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Purwaningsih, B. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Perilaku Konsumen Beras Organik Studi Eksploratif Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Perilaku Konsumen Beras Organik Di Surakarta. http:digilib.uns.ac.id [12 Mei 2011]. Rachmat, R., R. Thahir, and M. Gummert. 2006. The Imperical Relationship Between Price and Quality of Rice at Market Level in West Java. Indonesian Journal of Agricultural Science 71: 27-33. Rohmiatin, E. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat Di Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rustiono, D. 2010. Pemberdayaan Petani oleh Penyuluh untuk Pengembangan Usaha Tani Padi Organik di Desa Pondok, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. http:digilib.uns.ac.id [2 Juni 2011]. Setiawati, J. 1999. Pengaruh Jenis Pemutih terhadap Mutu Beras. Buletin Enjiniring Pertanian 6 1 dan 2 : 33-39. Setiyanto, A. 2011. Analisis Special Safe Guard Mechanism Komoditas Pangan Utama Indonesia Dalam Rangka Perjanjian Word Trade Organization. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Siahaan, L. 2009. Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soetoyo, R. dan R. Sumardi. 1980. The Effect of Thickness of Paddy Sun Drying on Milling Quality. Laporan Kemajuan Penelitian Seri Teknologi Lepas Panen. Subbagian Teknologi 4, LPPP, Karawang. Sudaryono, S. Lubis, dan Suismono. 2005. Pengaruh Sistem Penggilingan Padi Skala Menengah terhadap Mutu Hasil Giling. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1 1: 64-70. Suhartini, S.Widodo, Irham, S. Hartono. 2006. Sikap dan Perilaku Berkelanjutan pada Petani Organik dan Non Organik di Kabupaten Sragen dan Implikasinya terhadap Kualitas Lahan, Biodiversitas, dan Produktivitas Tanaman Padi. Agros 8 1: 90-102. Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sumaryanto. 2004. Usahatani dan Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi: Studi Kasus di Persawahan DAS Brantas. Dalam F. Kasryno, E. Pasandaran, dan A.M. Fagi Ed.. Membalik Arus Menuai Kemandirian Petani. Yayasan Padi Indonesia, Jakarta. Suprapto, E. 2010. Usahatani Padi Organik. di Kabupaten Sragen. http: digilib.uns.ac.id [12 Juni 2011]. Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta. Suwantoro, A. 2008. Analisis Pengembangan Pertanian Organik di Kabupaten Magelang Studi Kasus di Kecamatan Sawangan. Tesis Magister. Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang. Suwarto. 2008. Produktivitas Lahan dan Biaya Usahatani Tanaman Pangan di Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Ekonomi Pembangunan 9 2: 168 – 183 Syam, M. 2008. Padi Organik dan Tuntutan Peningkatan Produksi Beras. Iptek Tanaman Pangan 31:1-8. Thahir, R. dan S. Santosa. 1978. Pengaruh Alas Penjemuran Gabah terhadap Mutu dan Rendemen Beras. Laporan Kemajuan Penelitian Seri Teknologi Lepas Panen. Sub Bagian Teknologi 3, LPPP, Karawang. Thahir, R. 1996. Effect of Various Polishing Types on Rice Milling Quality. International Seminar on Recent Development on Agricultural Machinery for Postharvest Handling of Rice, Surabaya 9 November 1996. Trisno, I. 2009. Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Pemasaran beras. http:litbang.patikab.go.id [ 25 Juli 2010]. van Ruiten, H.T.L. 1981. Physical Properties of Paddy and Milled Rice. p. 1-12. In Grain Post Harvest Processing Technology. Pustaka Institut Pertannian Bogor, Bogor. Wijayanti, I.K.E. 2005. Evaluasi Kelayakan Pengembangan Usahatani Padi Organik Berorientasi Bisnis di Kabupaten Sleman. Agros 62:93 -99. Windani, I. 2009. Preferensi Konsumen terhadap Beras Organik di Kota Yogyakarta. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Yanti, R. 2005. Aplikasi Teknologi Pertanian Organik Penerapan Pertanian Organik oleh Petani Padi Sawah Desa Sukorejo Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta. LAMPIRAN Lampiran 1. Data Input Output Produksi Padi Organik Sampel Penelitian No QPR IQS IQFL IQFS IQP IQLI IQLO DS DSS 1 900.00 7.00 310.22 434.00 1.78 14.00 20.65 1 0 2 900.00 7.00 322.33 437.50 1.77 14.00 20.57 1 1 3 900.00 7.00 322.44 437.50 1.79 14.00 20.90 1 1 4 600.00 5.00 198.53 315.00 1.20 10.00 11.89 1 0 5 800.00 6.00 300.11 402.50 1.65 12.00 18.71 1 1 6 900.00 7.00 320.22 437.50 1.78 14.00 21.32 1 1 7 700.00 6.00 274.06 350.00 1.34 12.00 17.05 1 0 8 800.00 5.00 284.72 350.00 1.40 12.00 17.86 1 1 9 850.00 6.00 302.33 385.00 1.47 12.00 18.57 1 1 10 850.00 6.00 312.37 385.00 1.48 14.00 19.00 1 1 11 950.00 8.00 329.06 448.00 1.85 15.00 21.46 1 0 12 800.00 7.00 303.34 385.00 1.65 12.00 18.70 1 0 13 700.00 6.00 276.67 381.50 1.33 12.00 16.77 1 1 14 700.00 6.00 275.89 385.00 1.36 12.00 17.25 1 0 15 650.00 5.00 256.22 367.50 1.37 11.00 16.37 1 0 16 1 000.00 7.00 359.90 497.00 1.90 15.00 24.43 1 1 17 400.00 4.00 150.11 210.00 1.02 8.00 9.44 1 0 18 850.00 7.00 304.56 367.50 1.73 14.00 19.41 1 1 19 500.00 5.00 161.22 280.00 1.10 9.00 9.99 1 0 20 900.00 7.00 328.40 420.00 1.77 14.00 20.21 1 1 21 900.00 7.00 328.40 441.00 1.78 14.00 19.85 1 0 22 600.00 5.00 211.67 245.00 1.28 10.00 13.88 1 1 23 900.00 8.00 323.33 420.00 1.79 15.00 20.58 1 1 24 800.00 6.00 312.28 392.00 1.61 14.00 18.70 1 1 25 1 100.00 9.00 389.00 507.50 2.18 16.00 26.13 1 1 26 1 000.00 8.00 362.33 472.50 1.94 15.00 23.45 1 1 27 800.00 7.00 292.69 367.50 1.62 12.00 18.58 1 1 28 1 000.00 9.00 379.44 479.50 1.90 16.00 22.62 1 29 1 150.00 10.00 396.33 497.00 2.16 17.00 25.48 1 30 950.00 8.00 324.12 472.50 1.83 15.00 21.51 1 1 Keterangan : QPR : Produksi Padi Organik kg IQLI : Jumlah TK Dalam Keluarga HKSP IQS : Jumlah Benih kg IQLO : Jumlah TK Luar Keluarga HKSP IQFL : Jumlah Pupuk Cair liter DS : Dummy Musim IQFS : Jumlah Pupuk Padat kg DSS : Dummy Sumber Benih IQP : Jumlah Pestisida liter Lampiran 1. Lanjutan No QPR IQS IQFL IQFS IQP IQLI IQLO DS DSS 31 1 000.00 7.00 343.24 490.00 1.93 15.00 23.47 0 1 32 1 000.00 8.00 356.67 483.00 1.95 15.00 23.65 0 1 33 900.00 8.00 322.22 437.50 1.80 14.00 20.66 0 1 34 600.00 5.00 196.81 315.00 1.25 10.00 14.12 0 1 35 800.00 6.00 301.24 367.50 1.65 14.00 18.18 0 1 36 900.00 8.00 323.53 416.50 1.83 14.00 20.96 0 1 37 750.00 6.00 277.94 353.50 1.60 12.00 17.90 0 1 38 850.00 7.00 312.48 402.50 1.70 11.00 19.43 0 1 39 850.00 7.00 323.03 367.50 1.71 11.00 18.85 0 1 40 880.00 7.00 326.44 385.00 1.75 12.00 19.88 0 1 41 900.00 8.00 331.35 409.50 1.82 14.00 21.36 0 1 42 850.00 7.00 318.46 367.50 1.73 12.00 20.30 0 1 43 700.00 5.00 266.67 367.50 1.33 12.00 17.10 0 1 44 700.00 5.00 255.89 357.00 1.34 12.00 17.27 0 1 45 800.00 6.00 312.75 385.00 1.66 12.00 18.49 0 1 46 1 040.00 8.00 389.34 483.00 1.96 15.00 24.12 0 1 47 480.00 4.00 160.11 210.00 1.04 9.00 9.05 0 1 48 800.00 6.00 312.79 385.00 1.70 12.00 18.48 0 1 49 500.00 4.00 167.89 245.00 1.05 9.00 10.11 0 1 50 920.00 7.00 328.34 385.00 1.81 12.00 20.38 0 1 51 900.00 7.00 312.89 385.00 1.81 14.00 19.83 0 1 52 600.00 5.00 208.89 245.00 1.20 10.00 14.85 0 1 53 1 000.00 8.00 356.67 472.50 1.93 15.00 23.29 0 1 54 800.00 6.00 313.39 385.00 1.63 14.00 18.37 0 1 55 1 215.00 10.00 392.89 560.00 2.24 16.00 29.20 0 1 56 1 100.00 9.00 334.56 507.50 2.12 16.00 25.66 0 1 57 800.00 7.00 306.68 367.50 1.66 12.00 18.68 0 1 58 1 000.00 8.00 383.33 472.50 1.93 16.00 23.59 0 1 59 1 150.00 10.00 397.61 497.00 2.16 17.00 26.21 0 1 60 950.00 8.00 329.06 437.50 1.83 15.00 21.11 0 1 Keterangan : QPR : Produksi Padi Organik kg IQLI : Jumlah TK Dalam Keluarga HKSP IQS : Jumlah Benih kg IQLO : Jumlah TK Luar Keluarga HKSP QFL : Jumlah Pupuk Cair liter DS : Dummy Musim QFS : Jumlah Pupuk Padat kg DSS : Dummy Sumber Benih IQP : Jumlah Pestisida liter Lampiran 2. Data Input Output Produksi Padi Non Organik Sampel Penelitian No . QMR IQS IQF IQP IQLI IQLO DS DSS 1 700.00 8.00 62.50 0.84 16.00 13.00 1 0 2 870.00 10.50 62.71 1.05 17.00 18.00 1 0 3 945.00 10.00 92.60 1.19 18.00 21.00 1 0 4 840.00 8.50 82.50 0.98 18.00 15.00 1 0 5 800.00 8.50 51.00 0.98 16.00 21.00 1 1 6 880.00 9.00 75.00 1.05 19.00 19.00 1 1 7 985.00 10.50 77.00 1.18 20.00 21.00 1 0 8 1 095.00 11.50 68.00 1.25 22.00 23.00 1 0 9 910.00 9.50 59.88 1.20 19.00 20.00 1 0 10 915.00 9.00 75.00 1.03 19.00 21.00 1 0 11 865.00 9.00 63.92 1.04 19.00 18.00 1 0 12 1 085.00 12.00 88.50 1.28 20.00 23.00 1 0 13 590.00 6.50 45.42 0.68 13.00 15.00 1 0 14 980.00 10.50 82.50 1.14 19.00 22.00 1 1 15 1 020.00 11.00 92.75 1.28 21.00 23.00 1 0 16 1 165.00 12.50 107.50 1.36 19.00 25.00 1 1 17 1 015.00 10.50 81.00 1.15 19.00 23.00 1 0 18 875.00 8.50 70.00 1.03 18.00 21.00 1 0 19 605.00 7.00 85.00 0.73 15.00 14.00 1 0 20 875.00 9.50 72.50 1.07 18.00 20.00 1 0 21 985.00 11.50 70.00 1.23 21.00 21.00 1 1 22 940.00 9.50 76.00 1.10 17.00 17.00 1 0 23 1 060.00 11.00 82.50 1.21 19.00 23.00 1 1 24 1 085.00 11.50 111.50 1.28 22.00 22.00 1 0 25 980.00 9.50 75.00 1.19 19.00 22.00 1 0 26 1 045.00 11.50 95.00 1.24 20.00 20.00 1 1 27 990.00 10.50 72.50 1.15 21.00 21.00 1 0 28 225.00 3.00 11.50 0.28 7.00 3.00 1 1 29 890.00 9.00 61.00 1.01 18.00 18.00 1 1 30 835.00 8.50 80.00 0.98 16.00 20.00 1 1 Keterangan : QMR : Produksi Padi Non Organik kg IQLI : Jumlah TK Dalam Keluarga HKSP IQS : Jumlah Benih kg IQLO : Jumlah TK Luar Keluarga HKSP IQFS : Jumlah Pupuk Padat kg DS : Dummy Musim IQP : Jumlah Pestisida liter DSS : Dummy Sumber Benih Lampiran 2. Lanjutan No . QMR IQS IQF IQP IQLI IQLO DS DSS 31 750.00 9.00 72.50 0.88 16.00 15.00 0 1 32 890.00 11.00 67.71 1.04 17.00 18.00 0 0 33 925.00 10.00 90.25 1.10 18.00 19.00 0 1 34 840.00 8.50 90.00 0.98 17.00 15.00 0 1 35 800.00 8.50 51.00 0.95 16.00 19.00 0 0 36 895.00 9.50 73.50 1.06 19.00 18.00 0 1 37 1020.00 11.00 82.25 1.20 21.00 20.00 38 1095.00 11.00 70.00 1.25 22.00 21.00 1 39 895.00 9.00 58.50 1.04 19.00 18.00 0 0 40 930.00 9.00 77.50 1.04 19.00 21.00 0 1 41 880.00 9.50 71.42 0.98 19.00 16.00 0 0 42 1070.00 11.00 85.00 1.27 21.00 22.00 1 43 625.00 7.00 55.42 0.70 13.00 13.00 0 1 44 1000.00 11.00 85.00 1.14 20.00 20.00 45 1020.00 10.50 92.60 1.20 21.00 22.00 46 1145.00 12.00 112.50 1.35 19.00 25.00 47 980.00 10.00 78.50 1.13 19.00 21.00 0 1 48 890.00 9.00 75.00 1.05 18.00 19.00 0 0 49 620.00 7.00 72.50 0.74 14.00 12.00 0 1 50 895.00 10.00 77.50 1.05 18.00 19.00 0 1 51 985.00 11.50 70.00 1.16 20.00 19.00 0 0 52 955.00 10.00 81.00 1.11 17.00 20.00 0 1 53 1065.00 11.00 82.50 1.21 19.00 21.00 54 1055.00 11.00 107.50 1.30 22.00 20.00 55 980.00 10.00 76.00 1.16 19.00 20.00 0 1 56 1045.00 11.50 97.50 1.22 20.00 19.00 1 57 1005.00 11.00 75.00 1.18 21.00 19.00 58 245.00 3.00 45.00 0.29 9.00 4.00 0 1 59 910.00 9.50 63.50 1.03 18.00 16.00 0 1 60 850.00 9.00 82.50 1.01 16.00 16.00 0 1 Keterangan : QMR : Produksi Padi Non Organik kg IQLI : Jumlah TK Dalam Keluarga HKSP IQS : Jumlah Benih kg IQLO : Jumlah TK Luar Keluarga HKSP IQFS : Jumlah Pupuk Padat kg DS : Dummy Musim IQP : Jumlah Pestisida liter DSS : Dummy Sumber Benih Lampiran 3. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Padi Organik Dependent Variable: LNQPR Method: Least Squares Date: 092911 Time: 03:45 Sample: 1 60 Included observations: 60 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors Covariance LNQPR=C1+C2LNIQS+C3LNIQFL+C4LNIQFS+C5LNIQP+C6 LNIQLI+C7LNIQLO+C8DS+C9DSS Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C1 3.513264 0.560810 6.264624 0.0000 C2 0.120939 0.067412 1.794023 0.0787 C3 0.189411 0.082225 2.303572 0.0254 C4 0.129813 0.069518 1.867330 0.0676 C5 0.283663 0.128787 2.202570 0.0322 C6 0.121875 0.067635 1.801947 0.0775 C7 0.219159 0.094629 2.315984 0.0246 C8 0.002643 0.008938 0.295738 0.7686 C9 0.026101 0.015830 1.648762 0.1053 R-squared 0.980666 Mean dependent var 6.714290 Adjusted R-squared 0.977633 S.D. dependent var 0.223536 S.E. of regression 0.033431 Akaike info criterion -3.821180 Sum squared resid 0.057000 Schwarz criterion -3.507028 Log likelihood 123.6354 Hannan-Quinn criter. -3.698298 F-statistic 323.3520 Durbin-Watson stat 1.357211 ProbF-statistic 0.000000 Keterangan : C1 : Parameter konstanta C2 : Parameter Jumlah benih IQS C3 : Parameter Jumlah pupuk cair IQFL C4 : Parameter Jumlah pupuk padat IQFS C5 : Parameter Jumlah pestisida IQP C6 : Parameter Jumlah TK Dalam K eluarga IQLI C7 : Parameter Jumlah TK Luar Keluarga IQLO C8 : Parameter Dummy musim DS C9 : Parameter Dummy sumber benih DSS Lampiran 4. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Padi Non Organik Dependent Variable: LNQMR Method: Least Squares Date: 072911 Time: 14:12 Sample: 1 60 Included observations: 60 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors Covariance LNQMR=C1+C2LNIQS+C3LNIQF+C4LNIQP+C5LNIQLI+C6 LNIQLO+C7DS+C8DSS Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C1 5.639894 0.372969 15.12161 0.0000 C2 0.182150 0.080537 2.261689 0.0279 C3 0.002239 0.019431 0.115225 0.9087 C4 0.625029 0.126466 4.942284 0.0000 C5 0.125291 0.063104 1.985472 0.0524 C6 0.118175 0.041099 2.875389 0.0058 C7 -0.017233 0.007329 -2.351318 0.0225 C8 0.008845 0.008222 1.075737 0.2870 R-squared 0.992208 Mean dependent var 6.777187 Adjusted R-squared 0.991159 S.D. dependent var 0.288673 S.E. of regression 0.027143 Akaike info criterion -4.251847 Sum squared resid 0.038310 Schwarz criterion -3.972601 Log likelihood 135.5554 Hannan-Quinn criter. -4.142619 F-statistic 945.9352 Durbin-Watson stat 2.272122 ProbF-statistic 0.000000 Keterangan : C1 : Parameter konstanta C2 : Parameter Jumlah benih IQS C3 : Parameter Jumlah pupuk padat IQFS C4 : Parameter Jumlah pestisida IQP C5 : Parameter Jumlah TK Dalam K eluarga IQLI C6 : Parameter Jumlah TK Luar Keluarga IQLO C7 : Parameter Dummy musim DS C8 : Parameter Dummy sumber benih DSS ABSTRACT MUHAMMAD SURYADI. Development of Premium Quality Rice as a Strategy to Increase Rice Farmers’ Income: Case Study on Development of Organic Rice in Klaten Regency, Central Java M. PARULIAN HUTAGAOL as Chairman and NUNUNG NURYARTONO as Member of the Advisory Committee. Development of medium quality rice as a homogeneous and generic product on the rice self-sufficiency program leads this rice to the perfect competition market and has not been able to generate rice farmers’ welfare. Development of premium quality rice as a heterogeneous and specific product, and leads this rice to the monopolistic competition market, and believes as an effective policy to generate rice farmers’ welfare. This study aims on evaluating potencies and constraints on development of organic rice as a strategy to increase rice farmers income with case study on development of organic rice in Klaten Regency, Central Java Province. This study used Cobb Douglass production function and descriptive analysis. Results showed that organic rice productivity and farm income are higher than non-organic rice and almost all of production inputs have significant effect on organic rice production. Development of organic rice has high potencies and also has various constraints including wrong perceptions about organic rice, low financial capability of farmers, scarcity of organics’ fertilizer and pesticide, lack of organic rice processing equipments, low extension and assistance of technology, and weak standards and quality certification system implementation of organic rice. This research concluded that development of organic rice as one of the types of premium quality of rice could be an effective strategy to increase farmers’ income and since organic rice productivity can be equal to the non-organic rice; this will not disturb the rice self- sufficiency program. The government needs to encourage the development of organic rice through increasing the utilization of development potency and handling the various constraints of organic rice development. Government should implement the comprehensive policy especially by increasing the promotion and dissemination of organic rice, providing the capital and improving access of organic rice farmers, improving the ability of farmers in producing organic fertilizers and pesticides, providing post harvesting and equipment organic rice processing, increasing the number of extension workers and intensity of the extension and assistance, providing certification institution, quality assessors, and improving farmers access to quality certification institution. Keywords: Premium Quality, Organic Rice, Farm Income, Cobb-Douglass Production Function, Descriptive Analysis

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan. Beras merupakan bahan pangan pokok dan dikonsumsi oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Dalam kaitannya dengan itu, produksi dan konsumsi beras selalu menjadi isu sentral pembangunan. Pada tahun 2009 luas panen padi nasional mencapai 12.88 juta hektar dengan produksi padi 64.40 juta ton BPS, 2010a. Pada tingkat produksi sebesar itu, kebutuhan konsumsi beras nasional belum juga tercukupi dan hampir setiap tahun impor beras selalu terjadi. Disamping isu impor yang terjadi setiap tahun, beras senantiasa menjadi penyumbang inflasi terbesar di Indonesia dari tahun ke tahun. Gejolak harga beras mempunyai pengaruh yang besar terhadap stabilitas ekonomi, karena pengeluaran untuk konsumsi beras rumah tangga masyarakat Indonesia sangat besar. Di sisi lain, produsen beras juga merupakan bagian penduduk terbesar di Indonesia, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada harga beras juga akan mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat secara luas. Sensus Pertanian 2003 menunjukkan usahatani padi masih diusahakan oleh lebih dari 24 juta rumah tangga, dan dari jumlah tersebut lebih dari 18 juta juta rumah tangga mengelola usahatani padi sebagai usaha utama dan mereka menggantungkan hidupnya hanya dari usahatani padi BPS, 2007. Kondisi-kondisi di atas menunjukkan padi dan beras memiliki peran yang sangat besar dan strategis bagi perekonomian Indonesia. Peranan strategis beras menyebabkan pemerintah terus mempertahankan swasembada beras. Namun dibalik peran strategis beras tersebut, ternyata tantangan pengembangan beras semakin berat. Selain laju pertumbuhan produksi beras yang semakin kecil yaitu rata-rata hanya mencapai 0.29 persen per tahun, sementara konsumsi beras meningkat rata-rata 0.75 persen per tahun Setiyanto, 2011, usahatani padi ini terbukti belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani padi yang terlibat di dalamnya. Salah satu penyebabnya adalah adanya permasalahan pasar beras yang tidak menguntungkan petani padi sebagai produsen beras. Selama ini arah kebijakan pemerintah lebih tertuju pada pengembangan beras kualitas medium, dimana jumlah produksi beras untuk memenuhi jumlah kebutuhan konsumsi menjadi fokus perhatian utama. Arah kebijakan tersebut menyebabkan sebagian besar beras yang diproduksi masyarakat adalah beras kualitas medium yang cenderung bersifat homogen dan generik, sehingga menggerakkan pasar beras menuju ke arah pasar persaingan sempurna. Pada pasar persaingan sempurna, jumlah produsen beras sangat banyak dengan ukuran masing-masing produsen beras tersebut relatif kecil dibanding pasar beras itu sendiri, sehingga masing-masing produsen beras tidak mampu mengontrol harga beras dan sebagai penerima harga price taker dengan posisi tawar yang relatif lemah. Pada pasar semacam ini, pesaing baru dapat masuk dan keluar dengan bebas, dimana apabila tingkat terdapat keuntungan tinggi, banyak produsen beras masuk ke pasar dan produsen akan keluar dari pasar beras pada saat keuntungan turun. Hal ini berarti apabila seorang produsen beras menetapkan harga di atas harga yang berlaku, maka produk orang tersebut tidak akan laku di pasaran, karena tersedianya subsitusi-subsitusi sempurna atas beras yang diperdagangkan tersebut. Keterbatasan dalam mengontrol harga inilah yang diduga menyebabkan petani hanya mendapatkan keuntungan normal normal profit dan tidak mendapatkan keuntungan ekonomi economic profit yang memadai sehingga pendapatannya rendah. Berdasarkan kondisi pasar beras tersebut, salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan pendapatan petani adalah dengan membuat kondisi dimana petani mempunyai kontrol harga terhadap produk yang dihasilkan. Cara tersebut dapat dilakukan bila petani mampu menghasilkan beras kualitas premium sehingga dengan sifat premium beras tersebut, konsumen rela membayar dengan harga lebih tinggi. Beras kualitas premium pada umumnya dicirikan: 1 cita rasa yang tinggi warna putih, pulen atau pera dan kualitas fisik tekstur yang baik kadar pecahnya maksimal 10 persen, dan 2 dihasilkan dengan proses produksi tertentu dengan tujuan khusus. Beberapa contoh beras kualitas premium antara lain adalah Rojolele, Pandan Wangi, Cianjur Kepala, Ramos, IR 64 Kualitas I, Bunga Lowe Merah, Aroma Indah, Rambutan, Bumiayu, Mentik Wangi, Siam Unus, Padi Karya, beras organik, dan beras-beras aromatik lain, baik varietas unggul maupun varietas unggul lokal. Pada kesempatan ini, penelitian dilakukan pada beras kualitas premium yang dihasilkan dari budidaya organik atau beras organik. Dasar pertimbangannya adalah bahwa pada beras kualitas premium yang bukan dari budidaya organik, umumnya diperoleh dengan cara pengolahan tertentu dan nilai tambah dan harga tinggi diperoleh oleh para pedagang dan pengolah beras medium non organik menjadi Beras Kepala, Beras Kualitas I, Beras Kristal dan Ramos. Pada beras kualitas premium kelompok ini, petani tidak menikmati harga tinggi, karena para pedagang dan pengolah padi membeli dengan harga padi yang rendah atau sesuai harga yang berlaku dan selanjutnya mereka mengolah dan menjual dalam bentuk beras kualitas premium. Berbeda dengan beras organik, harga dan nilai tambah yang tinggi dimulai dari tingkat usahatani, sehingga petani organik menerima harga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan petani non organik atau petani biasa. Strategi pengembangan beras kualitas premium yang berasal dari budidaya organik dan selanjutnya disebut beras organik ini diduga layak sebagai strategi untuk meningkatkan pendapatan petani padi. Inisiatif pengembangan beras organik telah dilakukan petani dan kelompok tani di beberapa Kabupaten di Indonesia, diantaranya adalah Magelang, Sragen, Boyolali dan Klaten. Kabupaten Klaten dipilih sebagai lokasi penelitian didasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Klaten merupakan salah satu dari lima sentra produksi beras terbesar di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan salah satu penghasil beras kualitas premium yang sudah lama dikenal masyarakat luas. Beras kualitas premium dari Kabupaten Klaten yang sangat dikenal masyarakat luas adalah Rojolele. Namun demikian, selain Rojolele, di wilayah ini juga berkembang varietas lainnya seperti Mentik Wangi, Sintanur, Pandan Wangi dan lain-lain sehingga wilayah ini berkembang menjadi salah penghasil beras kualitas premium di Jawa Tengah maupun di Indonesia. Sebagai salah satu kabupaten sentra produksi beras, wilayah ini memproduksi beras kualitas premium organik dan non organik, sehingga relatif mudah untuk memperoleh perbandingan tingkat pendapatan petani antara yang melakukan melakukan budidaya organik maupun yang melakukan budidaya non organik atau konvensional. Pada tahun 2009, dengan luas panen 61 543 hektar, produksi padi di Kabupaten Klaten mencapai 383 930 ton gabah kering giling GKG atau setara dengan dengan sekitar 250 000 ton beras, diantara jumlah produksi tersebut sekitar 4.82 persen sekitar 12 ribu ton merupakan beras organik dan sekitar 33.92 persen sekitar 85 ribu ton merupakan beras kualitas premium bukan organik. Pengembangan beras organik di Kabupaten Klaten dimulai sejak tahun 2005. Pengembangan ini diawali sebagai sebuah kesadaran untuk mengatasi penurunan kualitas tanah yang menurun drastis akibat pola tanam yang dilakukan masyarakat sangat intensif sehingga unsur organik tanah terkuras terus-menerus, dan aplikasi pestisida kimia atau anorganik yang berlebihan sehingga tingkat resistensi organisme pengganggu tanaman meningkat dari tahun ke tahun. Pengembangan padi organik dipandang sebagai sebuah cara yang tepat untuk mengembalikan kesuburan lahan pertanian dan meningkatkan pendapatan petani karena harga beras organik relatif tinggi dan permintaan pasarnya terus meningkat. Kabupaten Klaten yang secara geografis berada di tengah tiga kota besar, yaitu Solo, Semarang, dan Yogyakarta memberikan keuntungan tersendiri bagi pemasaran beras organik. Dalam kenyataannya, produksi beras organik di wilayah ini terus berkembang sekalipun mengalami pasang surut dan dinamika. Dengan melakukan penelitian tentang tingkat produktivitas dan pendapatan usahatani, karakteristik pelaku usahatani dan pemasaran, dan berbagai faktor pendorong dan penghambat pengembangan beras organik di Kabupaten Klaten diharapkan mampu memberikan penjelasan dan pembuktian yang memadai tentang peluang pengembangan beras kualitas premium sebagai strategi peningkatan pendapatan petani. Meskipun tidak sepenuhnya dapat menggeneralisasi permasalahan pengembangan beras premium secara nasional, namun kajian ini sedikit banyak diharapkan mampu mengidentifikasi berbagai permasalahan utama yang terjadi dalam pengembangan beras kualitas ini.

1.2. Perumusan Masalah

Potensi produksi dan peluang pasar untuk pengembangan kualitas premium di Indonesia relatif besar, namun pada kenyataannya tidak banyak petani yang menghasilkan padi kualitas premium ini dan pemerintah belum berminat untuk memanfaatkan potensi dan peluang tersebut. Padahal, sampai saat ini volume impor beras kualitas premium Indonesia terutama dari China dan Thailand masih cukup besar. Data BPS menunjukkan indikasi yang mengkhawatirkan mengenai perkembangan impor beras premium Indonesia. Pada periode 2004 – 2009, rata-rata jumlah impor beras premium kategori beras KepalaUtuh, Basmati, Japonica, Thom Mali, ParboiledKesehatan, Jasmine dan Fargrant adalah sekitar 135.39 ribu ton per tahun dan meningkat rata-rata 26.61 persen per tahun. Mengacu pada angka peningkatan ini, maka dapat diperkirakan impor beras premium Indonesia akan terus meningkat pesat pada tahun-tahun mendatang. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab petani dan pemerintah kurang berminat mengembangkan beras kualitas premium, yaitu: 1 berkembang persepsi di masyarakat bahwa beras kualitas premium mempunyai produktivitas rendah sehingga pendapatan yang diterima petani rendah, 2 usahatani beras kualitas premium merepotkan, 3 usahatani beras organik