Prospek Pengembangan Beras Organik

Berdasarkan peluang pengembangan tersebut, maka dalam tataran kebijakan pengembangan beras organik merupakan salah strategi yang layak dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani, namun kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pengembangan ini berjalan lambat, sehingga berbagai informasi terkait peluang, hambatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi baik yang terkait petani langsung atau tidak langsung akan sangat penting dalam rangka merumuskan kebijakan pengembangan beras organik ini. Jika dilihat persepsi petani sebagai produsen tentang peluang dan minat mengembangkan padi organik dapat diketahui bahwa sebenarnya peluang pengembangan beras organik relatif besar, bahkan peluang besar pengembangan padi organik tersebut juga disadarai petani non organik. Gambaran persepsi petani tentang peluang dan minat mengembangkan padi atau beras organik dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Proporsi Persepsi Petani Sebagai Produsen Terkait Peluang dan Minat untuk Mengembangan Beras Organik di Lokasi Penelitian Tahun 2010 Kelompok Petani Organik Kelompok Petani Non Organik Jumlah n=30 Jumlah n=30 Peluang • Besar 19 63.33 12 40.00 • Sedang 11 36.67 18 60.00 • Kecil - - - - • Sangat Kecil - - - - Minat • Besar 4 13.33 1 3.33 • Sedang 17 56.67 15 50.00 • Kecil 9 30.00 14 46.67 • Sangat Kecil - - - - Pada kelompok petani organik, 63 persen responden menyatakan peluang pengembangan beras organik besar. Sedangkan pada kelompok petani non organik, 40 persen petani menyatakan peluang pengembangan beras organik besar dan 60 persen petani menyatakan peluangnya tergolong sedang. Kondisi ini menunjukkan bahwa dari sisi pemahaman, sebagian besar petani sebenarnya telah menyadari bahwa peluang pengembangan beras organik besar. Alasan terbanyak petani mengapa mereka berpendapat bahwa peluang pengembangan beras organik besar adalah ketersedian bahan baku pertanian organik yang melimpah dan relatif murah. Minat petani dalam mengembangkan padi organik berdasarkan Tabel 25 tergolong sedang. Beberapa faktor yang menyebabkan minat petani masih sedang untuk mengembangkan beras organik antara lain adalah petani tersebut tidak punya bahan baku pendukung yang memadai, pertanian organik dipandang kurang praktis, dan meskipun disadari tingkat harga yang diperoleh lebih tinggi tetapi pasar produknya belum terbuka luas sehingga timbul kekhawatiran tidak mampu menjual produk mereka dengan cepat.

8.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Beras Organik

Keputusan petani dalam menentukan komoditas apa yang akan ditanam atau teknologi usahatani apa yang akan diterapkan sangat dipengaruhi berbagai faktor. Faktor tersebut berasal dari dalam diri petani, lingkungan fisik, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial budaya dimana petani tersebut tinggal. Pertimbangan adopsi suatu inovasi baru dalam pertanian akan mempertimbangkan apakah teknologi tersebut dapat dilakukan, secara ekonomi menguntungkan, dan teknologi tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial budaya setempat, artinya keputusan tersebut akan selalu melibatkan petani sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Sebagai seorang individu, perbedaan karakteristik seperti umur, pengalaman, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, aset-aset produktif yang dimiliki, sangat menentukan proses adopsi teknologi usahatani. Perbedaan karakteristik tersebut sangat berpengaruh karena mempengaruhi cara pandang terhadap suatu inovasi, tingkat pendapatan yang akan diperoleh, serta kemampuan aksesibilitas teknologi tersebut pada masing-masing petani. Sebagai anggota masyarakat, kebiasaan, aturan atau norma sosial yang berlaku di masyarakat menjadi pertimbangan utama petani untuk mengadopsi inovasi tersebut. Pertimbangan-pertimbangan tersebut terbukti sangat berpengaruh terhadap minat petani dalam mengembangkan padi organik. Faktor utama yang mendorong pengembangan beras organik lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 26 sementara faktor yang menghambatnya dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 26. Proporsi Persepsi Responden terhadap Faktor Utama yang Mendorong Pengembangan Beras Organik di Lokasi Penelitian Tahun 2010 Faktor Pendorong Kel. Petani Organik Kel. Petani Non Organik Jumlah Jumlah • Ketersediaan Lahan Yang Sesuai - - - - • Ketersediaan Input Produksi 13 43.33 8 26.67 • Ketersedianan SDM Petani Yang Memadai - - - - • Ketersediaan Kelembagaan Petani 3 10.00 1 3.33 • Ketersedian Pasar Produk 2 6.67 2 6.67 • Tingkat Harga Produk Yang Lebih Baik Dan Relatif Stabil 8 26.67 11 36.67 • Dukungan Kebijakan Pemerintah Daerah - - - - • Karakteristik Padi Organik Sehat, Rasa, Pengaruh Pada Kesuburan Tanah 4 13.34 8 26.67 30 100.00 30 100.00 Berdasarkan Tabel 26 terlihat bahwa faktor utama yang mendorong petani mengembangkan beras organik adalah ketersediaan input produksi, tingkat harga produk yang lebih baik dan relatif stabil, serta karakteristik padi organik cita rasa enak, menyehatkan, dan menyuburkan lahan. Ketersediaan input menjadi faktor penting dalam mendorong pengembangan beras organik dapat dipahami karena bahan baku pertanian organik biasanya dihasilkan dari pemanfaatan sumberdaya alam dan ternak yang pada umumnya masih melimpah dan belum termanfaatkan dengan baik sehingga petani memandang hal tersebut sebagai sebuah potensi yang mampu mendorong pengembangan padiberas organik. Ketersediaan input produksi menjadi faktor penting dalam mendorong pengembangan beras organik juga terindikasikan dari besar kecilnya minat petani dalam mengembangkan pertanian organik bila dikaitkan dengan kepemilikan aset ternak. Pada kelompok petani organik, rata-rata rumah tangga petani memiliki ternak yang pada umumnya menghasilkan bahan baku pertanian organik. Hal ini menyebabkan minat petani kelompok ini dalam mengembangkan beras organik lebih besar dibanding kelompok petani non organik yang rata-rata tidak mempunyai ternak yang mampu menghasilkan bahan baku pertanian organik dalam jumlah yang memadai. Dari 30 sampel rumah tangga petani organik, hanya dua atau 6.67 persen rumah tangga petani yang tidak mempunyai ternak. Sementara kelompok petani non organik, rumah tangga petani yang tidak mempunyai ternak mencapai 63.33 persen. Dalam hitungan sederhana, bila rumah tangga memelihara satu ekor sapi dewasa, maka dalam satu hari akan didapatkan bahan pupuk sekitar 10 kg basah atau sekitar 3 kg pupuk kering, sehingga dalam satu bulan dapat terkumpul 90 kg dan dalam satu musim tanam sekitar 3 bulan telah terkumpul sekitar 2.70 kuintal, artinya kebutuhan pupuk untuk musim tanam berikutnya sudah terpenuhi dari kotoran hewan di musim tanam sebelumnya dan kondisi ini akan terus berulang sehingga kebutuhan pupuk dapat terpenuhi dari keluarga. Selain dari limbah ternak, limbah tanaman yang ada di sekitar lokasi dapat dimanfaatkan untuk mendukung penanaman padi organik sehingga dapat dimengerti mengapa sebagian petani berpendapat bahwa ketersediaan input produksi merupakan faktor yang mendorong pengembangan beras organik. Faktor pendorong pengembangan padi organik yang lain adalah tingkat harga beras organik yang lebih baik dan relatif stabil. Harga komoditas merupakan sinyal kemana sumber daya harus dialokasikan, sehingga mudah dipahami mengapa hampir seluruh petani menyatakan bahwa harga beras organik yang lebih baik dan stabil akan mendorong pengembangan beras organik lebih luas. Kasus di lokasi sampel, harga beras organik di tingkat petani sekitar Rp 7 000, sementara harga beras non organik berkisar Rp 5 600. Dari kajian ini diketahui bahwa nilai tambah yang diperoleh petani dengan pengembangan beras organik adalah sekitar 4.50 juta rupiah. Sayangnya nilai tambah ini belum dinikmati petani karena kelompok sebagai penampung utama belum siap menerima seluruh hasil petani karena keterbatasan modal, sistem pembayaran yang tidak kontan, dan sulitnya kelompok mengontrol kualitas beras organik yang dihasilkan. Salah satu yang menarik dari Tabel 26 tentang faktor yang mendorong tersebut adalah ternyata, letak geografis dan dukungan kebijakan pemerintah tidak menjadi faktor utama yang mendorong pengembangan beras organik. Letak