dalam sebulan kepada masing-masing pembeli, sehingga waktu tunda memperoleh pembayaran juga satu bulan dan dengan demikian kelompok
melakukan dua kali pengiriman dengan satu satu kali pembayaran. Sistem pembayaran tunda ini merupakan salah hambatan dalam pengembangan beras
organik, karena tidak semua petani atau kelompok tani mempunyai modal yang cukup. Sistem pembayaran tunda masih dilakukan antara kelompok dengan
koperasi karyawan RRI Solo, Jawa Tengah. Sistem pembayaran tunda masih bisa dilakukan kelompok di lokasi kajian, karena kelompok mempunyai dana yang
bersumber baik dari pembeli dengan cash and carry dan dari kegiatan produktif lain yang dilakukan kelompok, seperti pendapatan dari penjualan pupuk kompos,
katul instan, dan jahe katul Pendekatan saling percaya atas jaminan mutu dari kelompok dalam
pemasaran produk menggambarkan bahwa pemasaran beras organik sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan konsumen atas kualitas beras, artinya
konsumen akan rela membayar harga lebih tinggi bila merasa yakin bahwa produk tersebut berkualitas dan berasal dari sumber yang dipercaya. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh penjamin mutu sangat penting peranannya dalam pemasaran beras organik. Kasus di lokasi kajian, kelompok merupakan penjamin mutu atau
quality guaranted terhadap beras organik yang dipasarkan. Dalam jangka
panjang, diperlukan upaya agar pemasaran beras organik selain berdasarkan penjaminan mutu dari kelompok, juga dilakukan sertifikasi mutu produk dari
lembaga yang berwenang. Artinya, konsumen membeli beras organik tersebut karena percaya terhadap produsennya dan mutu beras yang dihasilkan bila diuji
memang telah memenuhi standar mutu yang baik dan disahkan oleh lembaga berwenang.
Saluran pemasaran gabahberas non organik di lokasi kajian tidak menunjukkan variasi yang sangat mendasar dari tahun-ketahun, dimana petani
biasanya menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul atau penebas atau langsung di penggilingan padi di desa, kemudian pedagang pengumpul atau
penebas atau penggilingan padi kemudian menjualnya dalam bentuk gabah dan beras kepada pedagang pengumpul tingkat kecamatan atau penggilingan lain yang
lebih besar, Sub Divisi Regional, dan grosir beras, yang kemudian akan disalurkan ke pengecer dan konsumen. Saluran pemasaran beras medium di lokasi kajian
dapat dilihat pada Gambar 6.
Penggilingan Padi Penebas
Gambar 6. Saluran Pemasaran Beras Non Organik di Lokasi Penelitain
Berdasarkan Gambar 6, setidaknya terdapat tiga saluran utama pemasaran beras medium dari petani sampai konsumen akhir. Saluran utama
pemasaran beras kualitas medium yang ada di lokasi kajian adalah: Petani Æ Penebas ÆPenggilingan Padi ÆPedagang Besar Beras Æ Grosir Beras Æ
Pengecer Æ Konsumen. Saluran utama tersebut sangat dominan di lokasi kajian terutama pada saat panen musim hujan. Pada saat musim kemarau biasanya
Petani Pedagang
Pengumpul Desa
Pedagang Pengumpul
Kecamatan
Grosir Beras Penggilingan
Besar Pedagang Besar
Konsumen
SUBDIVRE Pengecer
petani lebih memilih memanen sendiri padinya, menyimpannya, serta menjual di penggilingan secara bertahap.
7.3.3. Margin Pemasaran Beras Organik
Sistem distribusi pangan dari produsen ke konsumen dapat terdiri dari beberapa rantai tataniaga marketing channels dimana masing-masing pelaku
pasar memberikan jasa yang berbeda. Besar keuntungan setiap pelaku tergantung pada struktur pasar di setiap tingkatan, posisi tawar, dan efisiensi usaha masing-
masing pelaku. Berdasarkan konsep tersebut, maka margin pemasaran dalam penelitian ini didefenisikan dengan dua cara, yaitu: 1 .margin pemasaran
merupakan selisih antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani produsen, dan 2 margin pemasaran merupakan biaya dari balas
jasa-jasa pemasaran. Hasil analisis marjin pemasaran beras organik di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24 Analisis Margin Pemasaran Beras Organik di Lokasi Penelitian Tahun 2010
Uraian Satuan
rpkg Persentase
1. PetaniProdusen a.Harga jual beras
7 000.00 77.78
2. Kelompok a.Harga beli
7 000.00 b.Margin pemasaran:
Biaya pemasaran
1
833.33 Margin keuntungan
166.67 c.Harga jual
8 000.00 88.89
3. Koperasi Pengecer a.Harga beli
8 000.00 b.Margin pemasaran:
1 000.00 Biaya pemasaran
200.00 Margin keuntungan
800.00 c.Harga jual
9 000.00 100.00
1
Biaya sortasi, ayak, kemasan, transportasi
Berdasarkan Tabel 24, terlihat bahwa harga beras organik ditingkat petani adalah 77.78 persen dari harga yang diterima konsumen akhir, sedangkan
koperasi menerima harga 88.89 persen dari konsumen akhir. Marjin keuntungan kelompok tani adalah 166.67 rupiah per kg, sedangkan marjin keuntungan
pedagang pengecer adalah 800 rupiah per kg. Pedagang pengecer menikmati marjin keuntungan lebih besar dibandingkan kelompok tani.
VIII. PROSPEK DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN BERAS ORGANIK
8.1. Prospek Pengembangan Beras Organik
Beras yang merupakan komoditas strategis berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional dan menjadi basis utama dalam
revitalisiasi pertanian, sehingga pemerintah tetap berkeinginkan mempertahankan swasembada beras, setidaknya swasembada ontrend dengan kecukupan produksi
minimal 95 dari kebutuhan nasional Deptan, 2005c. Pengembangan padi organik sebagai bagian dari sistem pertanian
berkelanjutan, dalam jangka panjang perlu dimaknai sebagai salah satu strategi dalam peningkatan produksi padi dan pendapatan petani sebagai pelaku utama
kegiatan. Adanya dukungan sarana prasarana dan kebijakan yang memadai, menyebabkan pengembangan beras organik sebagai salah satu jenis beras
premium diyakini akan menciptakan insentif berproduksi lebih baik, sehingga selain meningkatkan pendapatan petani, insentif tersebut juga diharapkan akan
mendorong wilayah-wilayah pengembangan padi baru yang pada akhirnya secara agregat akan meningkatkan produksi beras nasional.
Permintaan dalam negeri beras organik masih terbuka luas. Hal ini dapat dilihat dari segi selalu meningkatnya produk beras kualitas premium dan
meningkatnya volume impor beras premium. Meskipun data resmi volume permintaan beras premium sulit diperoleh namun berdasarkan perkembangan luas
areal penanaman varietas yang menghasilkan beras berkualitas premium seperti Rojolele, Pandan Wangi, Cianjur, Sintanur, Fatmawati, Bunga Lowe Merah,
Aroma Indah, Rambutan, Bumiayu, Mentik Wangi, Siam Unus, Padi Karya dan
varietas padi aromatik lain dapat diperkirakan volume permintaan beras kualitas premium. Data sebaran varietas yang menghasilkan beras kualitas premium dari
Kementrian Pertanian dalam periode 2004 – 2009, luas varietas padi yang menghasil beras kualitas premium mencapai lebih dari 2.48 juta ha per tahun.
Rata-rata volume produksi beras yang dihasilkan adalah 6.33 juta ton per tahun dengan laju pertumbuhan 17.16 persen per tahun. Secara nasional, dalam periode
tersebut produksi beras secara keseluruh hanya meningkat rata-rata 5.46 persen per tahun. Peningkatan produksi beras dari varietas padi yang menghasilkan beras
kualitas premium yang sangat tinggi tersebut diduga kuat didorong oleh meningkatnya permintaan beras kualitas premium.
Sementara itu, dari segi pasokan yang berasal dari volume impor dengan menggunakan data BPS menunjukkan bahwa pada periode 2004 – 2009, rata-rata
volume impor beras premium kategori beras KepalaUtuh, Basmati, Japonica, Thom Mali, ParboiledKesehatan, Jasmine dan Fargrant adalah sekitar 135.39
ribu ton per tahun dan meningkat rata-rata 26.61 persen per tahun. Mengacu pada angka peningkatan ini, maka dapat diperkirakan impor beras premium Indonesia
akan terus meningkat pesat pada tahun-tahun mendatang dan dengan demikian dapat dilihat, besarnya prospek pasar beras organik sebagai salah satu beras
kualitas premium di Indonesia. Prospek pengembangan padi organik juga didorong oleh kebijakan
Kementrian Pertanian yang mencanangkan program “Go Organik 2010”. Selain itu, peningkatan pendapatan dan kesadaran mengenai pentingnya mengkosumsi
beras yang bebas bahan kimia juga menjadi penyebab meningkatnya permintaan beras kualitas premium. Hal lain yang juga menunjukkan perkembangan