elaborasi pemikiran. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kelancaran, keluwesan, elaborasi dan keaslian pemikiran seseorang, semakin
tinggi pula tingkat kemampuan kreativitas berpikirnya. Siswa Sekolah Dasar yang memiliki usia 7-12 tahun memulai berpikir
matematis logis. Tahap berpikirnya diawali dengan memanipulasi benda-benda konkret dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Hal ini ditandai dengan
kemampuan pemahaman bilangan, memasangkan, memilih, mengklasifikasikan, mengidentifikasi,
menguraikan, menggeneralisasi
sederhana. Sedangkan
keterampilan yang dapat dikembangkan pada tahap operasional konkret ini adalah agar siswa dapat menumbuhkan inisiatif untuk beraktivitas, keterampilan
mengingat, keterampilan bermain-main dengan berbagai gagasan dan cara pandang yang fleksibel, keterampilan menguraikan informasi, dan keterampilan
mengintegrasi. Pada usia tersebut siswa SD masih memiliki kemampuan berpikir secara holistik dalam menanggapi suatu permasalahan.
22
Adapun dari keempat indikator tersebut di atas batasan peneliti dalam penelitian untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ini hanya
dua dari empat aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu berpikir luwes flexibility untuk menghasilkan beberapa cara atau gagasan yang beragam dalam
menyelesaikan soal dan berpikir rinci elaboration untuk memberikan jawaban dengan melakukan langkah-langkah terperinci.
3. Tingkatan dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Dalam revisi Taksonomi Bloom karya Tatag Yuli Eko Siswono disebutkan bahwa Anderson mengembangkan suatu taxonomi untuk pembelajaran,
pengajaran dan penilaian berdasar dimensi pengetahuan dan proses kognitif dengan merevisi taksonomi Bloom. Dimensi proses kognitif meliputi mengingat
remember, memahami understand, mengaplikasi apply, menganalisis
22
Sri Harmini, Membangun Kemampuan Berpikir dan Kreativitas Siswa melalui Pembelajaran pemecahan Masalah Matematika di SD, Jurnal KNPM Vol V Himpunan Matematika
Indonesia, 2013, hal.819
analyze, menganalisis evaluate dan mencipta create. Berikut ini urutan tingkatannya dari yang terendah hingga tertinggi dapat dilihat pada Gambar 2.1:
23
Gambar 2.1 Dimensi Proses Kognitif
Pada urutan tersebut terlihat bahwa tingkatan tertinggi adalah berkreasi. Berkreasi artinya meletakkan elemen-elemen secara bersama-sama untuk
membentuk suatu keseluruhan yang koheren dan fungsional atau mengatur kembali reorganisasi elemen-elemen ke dalam suatu struktur atau pola-pola
baru. Individu atau siswa yang mempunyai tingkat kemampuan, latar belakang ekonomi maupun sosial budaya yang berbeda, tentu akan mempunyai kualitas
proses kreatif yang berbeda pula.
24
Karena perbedaan itu umumnya berjenjangbertingkat, maka dapat dikatakan bahwa terdapat jenjang atau tingkat
dalam berpikir kreatif itu. Selanjutnya Tatag Yuli Eko Siswono menyebutkan tingkat kemampuan
berpikir kreatif TKBK terdiri dari 5 tingkat yaitu tingkat 4 sangat kreatif,
23
Maksum, Taksonomi
Bloom Revisi,
Dalam http:www.iaincirebon.ac.idperpustakaanartikel-ilmiahprof-dr-maksum-mukhtarma. Diakses 6
Januari 2014
24
Tatag yuli eko siswono, “Konstruksi Teoritik tentang Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Dalam Matematika
”, hal. 5.
tingkat 3 kreatif, tingkat 2 cukup kreatif, tingkat 1 kurang kreatif dan tingkat 0 tidak kreatif. Adapun penjelasannya mengenai tingkat kemampuan berpikir
kreatif adalah sebagai berikut:
25
Tabel 2.2 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
TKBK Karakteristik
TKBK 4 Siswa mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan
atau fleksibilitas dan kebaruan dalam memecahkan maupun mengajukan masalah
TKBK 3 Siswa mampu menunjukkan kefasihan dan kebaruan atau kefasihan
dan feksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan masalah TKBK 2
Siswa mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan masalah
TKBK 1 Siswa mampu menunjukkan kefasihan dalam memecahkan maupun
mengajukan masalah TKBK 0
Siswa tidak mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan
Dari tingkat berpikir kreatif TBK ini bersifat teoritis-hipotesis, artinya dikembangkan berdasar teori-teori yang diketahui dan merupakan hipotesis yang
memerlukan verifikasi secara empirik di lapangan sekolah. Dalam penelitian ini, aspek yang diambil peneliti adalah aspek keluwesan flexibility dan aspek
kerincian elaboration.
4. Strategi Mathematical Habits of Mind
Kebiasaan adalah pola perilaku yang dibentuk oleh pengulangan yang berkelanjutan. Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan semakin kuat
dan menetap pada diri individu sehingga sulit diubah. Dalam hal ini kebiasaan tersebut dilakukan secara berulang-ulang
Mathematical Habits of Mind atau kebiasaan berpikir secara matematis adalah suatu strategi yang mengedepankan perilaku berpikir seseorang dalam
25
Tatag Yuli Eko Siswono, “Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Identifikasi Tahap Be
rpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan dan Mengajukan Masalah Matematika”, Ringkasan Disertasi Surabaya: Program Doktor Universitas Negeri Surabaya, 2007
menyelesaikan persoalan matematika. Kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan seorang individu akan sangat mempengaruhi hidupnya. Sebelum berbicara jauh
tentang kebiasaan berpikir matematis ada baiknya kita mengenal tentang kebiasaan.
Dari kutipan yang dinyatakan oleh Wiliiam B. Allen menyebutkan bahwa ... informasi yang digambarkan kebiasaan berpikir itu adalah cepat dan
jauh yang sangat berpengaruh dalam menentukan tingkah laku seseorang, dalam bukunya yang menyebutkan “... informed by the view that habits of
mind are far and away the most influential determinants of human conduct in our time...”
26
Untuk membentuk „Kebiasaan pikiran’ diperlukan banyak pengalaman, usaha, perenungan, pelatihan, sesi praktik dan pengajaran. Untuk mewujudkan
tujuan ini, guru harus membiasakan diri untuk mengajarkan kosakata „kebiasaan pikiran’ secara hati-hati menyusun pertanyaan dan mendorong siswa untuk
merencanakan dan merenungkan bagaimana mereka menggunakan kebiasaan- kebiasaan itu.
27
Banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk menerapakan kebiasaan di kelas dan berbagai cara menyiapkan siswa untuk lebih lama lagi
mendengarkan materi. Mereka dapat mendorong siswa untuk awas dan sadar akan penggunaan kebiasaan pikirannya saat berusaha menyelesaikan permasalahan
yang rumit dan tugas-tugas yang berat dan menantang secara kognitif.
28
Dengan demikian siswa dapat memanfaatkan kebiasaan-kebiasaan ini dalam membantu
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan Ada berbagai macam kebiasaan yang mempengaruhi hidup seseorang
untuk menuju kesuksesan, salah satunya adalah kebiasaan berpikir habits of mind. Kesuksesan individu sangat ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan oleh individu tersebut. Kebiasaan positif yang dilakukan secara konsisten akan berpotensi membentuk kemamapuan-kemampuan positif.
26
Allen, William B. And Carol M. Allen 2003. “ Habits of Mind : Fostering acces and excellene in higher education
”. New Jersey : Transaction Publisher. hal xi-xii
27
Arthur L.Costa dan Bena Kallick,Belajar dan Memimpin dengan Kebiasaan Pikiran 16 Karakteristk Penting untuk Sukses.Jakarta : PT Indeks.2012, hal.56
28
Ibid, hal 57