pemecahan masalah. Dengan aktivitas demikian dimungkinakn diperoleh strategi yang bersifat unik atau baru. Hal ini merupakan
salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif. b. Merefleksi kesesuaian solusi atau strategi pemecahan masalah
Memeriksa atau merefleksi kesesuaian solusi atau strategi pemecahan masalah merupakan representasi dari tahap looking back
evaluate solution pada tahap pemecahan masalah yang dikemukakan Polya 1973, yakni mengevaluasi atau menelaah
kembali kesesuaian solusi masalah. c. Generalisasi dan mengidentifikasi strategi penyelesaian maslah yang
dapat diterapkan pada masalah lain Komponen stratgi MHM berikutnya adalah mengidentifikasi apakah
terdapat „sesuatu yang lebih’ dari aktivitas yang telah dilakukan dan mengidentifikasi pendekatan masalah yang dapat digunakan atau
ditarapkan pada masalah lain dalam skala lebih luas. Aktivitas ini mengarah pada generalisasi ide-ide matematis yang telah
dieksplorasikan dan mengarah pada konstruksi konsep-konsep matematika.
d. Memformulasi pertanyaan Komponen strategi MHM berikutnya adalah memformulasi
pertanyaan. Mengembangkan kebiasaan bertanya mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika. Pertnayaan dapat
menstimulasi siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa didorong untuk mengajukan berbagai pertanyaan terkait
situasi atau masalah tertentu. e. Mengkonstruksi contoh
Aktivitas ini menurut Liz et al 2006, pemeberian contoh berperan penting dalam pembelajaran matematika. Suatu konsep yang abstrak
dan kompleks menjadi lebih mudah dipahami bila diberikan contoh yang sesuai. Penggunaan contoh dalam pembelajaran matematika
merujuk pada istilah eksemplifikasi exemplification.
5. Strategi Pembelajaran Ekspositori
a. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori Wina menjelaskan
bahwa “strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menkankan kepada proses penyampaian materi
secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa untuk sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal”.
31
Berdasarkan definisi tersebut, strategi ekspositori lebih menekankan pada pemberian konsep materi pelajaran dan
memberikan contoh-contoh latihan soal dalam bentuk ceramah, tanya jawab, dan penugasan.
b. Karakteristik Srategi Pembelajaran Ekspositori Terdapat beberapa karakteristik dan ciri-ciri dari strategi ekspositori,
yaitu:
32
1 Penyampaian materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh
karena itu sering orang-orang mengidentifikasikannya dengan ceramah.
2 Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang
hars dihapal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. 3 Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu
sendiri. Siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah
diuraikan. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran
ekspositori lebih berorientasi pada guru teacher centered. Guru telah mengelola dan membuat bahan ajar yang telah dipersiapkan secara
sistematis dan lengkap. Guru lebih aktif memberikan informasi dan
31
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2013,hal.177
32
Ibid, hal 177
menjelaskan materi pembelajaran dengan memberi contoh-contoh soal serta penyelesaiannya, memberi kesempatan siswa untuk bertanya, dan
sebagainya. Sebaliknya siswa lebih pasif, siswa hanya menerima informasi dari guru kemudian membuat rangkuman. Pada pembelajaran yang
menerapkan strategi ekspositori cenderung hanya terjadi komunikasi satu arah one way communication, yaitu guru dengan murid atau sebaliknya
murid dengan guru. c. Tahapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi Pembelajaran
Ekspositori Prosedur pembelajaran dengan ekspositori sebagai berikut:
33
1 Persiapan preparation 2 Pertautan apperception
3 Penyajian presentation 4 Evaluasi resitation
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi ekspositori merupakan strategi yang menekankan penuturan lisan guru dalam
penyajian materi sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai bergantung dengan kemampuan guru dalam menyampaikan materi.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Mahmudi 2011 dalam “Pengaruh
Strategi MHM Berasis Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Persepsi terhadap Kreativitas”, makalah termuat dalam Jurnal
Cakrawala Pendidikan. Hasil analisis data menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi MHM berbasis masalah berpengaruh
terhadap pencapaian
kemampuan berpikir
kreatif matematis.
Pembelajaran demikian juga berpengaruh terhadap pencapaian persepsi siswa terhadap kreativitas, terutama pada sekolah yang kategorinya
sedang. Selain itu, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor kategori sekolah terhadap kemampuan
33
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2013, 79.
berpikir kreatif matematis. Sebaliknya, terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor kategori sekolah terhadap persepsi terhadap
kreativitas. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurapriliani Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dengan judul “Efektivitas
Strategi Pemecahan Masalah Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis” Penelitian ini dilakukan di MI Al Mursyidiyyah pada kelas V, menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika menggunakan strategi pemecahan masalah Polya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Aktivitas
siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari kategori baik menjadi sangat baik. Selain itu menunjukan respon positif terhadap
strategi yang digunakan 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Aminatul Faizah Skripsi IAIN
Walisongo Semarang, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Tadris Matematika yang berjudul “Upaya Penerapan Strategi
Mathematical Habits of Mind terhadap pemahaman belajar siswa MTs Futuhiyyah 2 Mranggen” penelitian ini dilakukan di kelas VII,
menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan berpikir kreatif matematis hanya dapat memenuhi satu aspek yaitu aspke kefasihan,
sedangkan hanya sebagian kecil yang sudah mampu memenuhi aspek kebaruan dan fleksibilitas. Hal ini terjadi karena anak cenderung
menggunakan prosedur baku rumus untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Selain itu anak juga mengalami kesulitan dalam membuat soal.
Dari berbagai penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematis, pemberian soal mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Penelitian tentang kemampuan berpikir kreatif
matematis juga sudah banyak dilakukan di jenjang SDMI, dan terbukti sudah mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Dalam penelitian ini strategi yang dugunakan adalah Mathematical Habits of Mind yaitu strategi pembelajaran dengan melakukan kebiasaan-
kebiasaan berpikir kreatif terutama dalam pelajaran matematika, dengan kebiasaan berpikir kreatif siswa akan mampu memformulasikan pertanyaan
dan siswa mampu menyelesaikan masalah dengan berbagai cara atau strategi terutama dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran matematika.
C. Kerangka Berpikir
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah proses pembelajaran di kelas yang masih berpusat pada guru
teacher center, pembelajaran di kelas kurang mendorong siswa untuk mengemabngkan kemampuan berpikirnya. Yang menjadi fokus pembelajaran
adalah kemampuan anak untuk menghafal tanpa memahami, tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan
jawaban ataupun cara lain yang berbeda. Pada saat berlangsungnya pembelajaran, penggunaan dan pemahaman
pola pikir sangatlah dibutuhkan. Terutama pada pelajaran matematika, sangat membutuhkan kemampuan berpikir kreatif. Penggunaan cara belajar dengan
memfokuskan pada siswa student center dan habits of mind kebiasaan berpikir dapat menjadi salah satu upaya membantu siswa dalam menggunakan
kreativitasnya. Belajar matematika yang baik adalah dengan disertai dengan kemampuan dan pola berpikir yang kretaif dalam mengembangkan pelajaran di
sekolah seperti mengemukakan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dan menyampaikan pertanyaan saat guru menerangkan pelajaran. Adapun
kemampuan berpikir kreatif matematis adalah proses mental yang menghasilkan suatu ide yang baru novelty, menghasilkan ide yang banyak fluency, berbeda-
beda flexibility dan terperinci elaboration untuk memperbaiki keadaan atau menyelesaikan masalah.
Kemampuan berpikir kreatif matematis pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung cukup besar pengaruhnya, karena dengan berpikir kreatif
membuat siswa lebih aktif serta mudah dalam memahami materi secara spesifik