Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dengan Strategi Mathematical

Gambar 4.6 Perwakilan Siswa Mempresentasikan Hasil Pekerjaannya Pembelajaran dilanjutkan dengan membagikan Lembar Kerja Siswa LKS kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individual. Pada pertemuan awal pembelajaran siswa masih terlihat bingung dan merasa kesulitan dalam menyelesaikan LKS yang diberikan. Hal itu karena siswa belum terbiasa mengerjakan LKS yang menggunakan strategi MHM. Proses pembelajaran yang biasanya dilakukan guru hanya menyajikan materi kemudian mengerjakan LKS, LKS yang biasa siswa kerjakan juga sederhana tidak menuntut siswa untuk berpikir kreatif. Namun yang terjadi siswa dihadapkan pada situasi keterlibatan secara aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan LKS yang berbeda melalui strategi MHM. Aspek keluwesan dan kerincian yang dilatihkan saat kegiatan pembelajaran individual mendorong siswa dalam kemampuan berpikir kreatif matematis. Pada saat mengerjakan LKS, pada awal pertemuan guru masih menuntun siswa langkah demi langkah strategi MHM agar penyelesaian dapat berjalan dengan lancar dan siswapun dapat memahami permasalahan dengan tepat dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Pada pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai memahami langkah-langkah strategi MHM dengan baik. Tugas LKS dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan kemampuan berpikir kreatif matematis setiap siswa. Kegiatan pembelajaran individual dengan strategi MHM dapat dilihat pada Gambar 4.7 Gambar 4.7 Siswa Mengerjakan LKS Secara Individual Berdasarkan Gambar 4.7 dapat diamati siswa mengerjakan LKS secara individual, setelah sebelumnya siswa dilatih bekerja sama diskusi dengan teman sebangku. Setiap siswa membawa pemahamannya sendiri-sendiri yang telah diperoleh ketika mengerjakan contoh soal yang diberikan guru. Pada awal proses pembelajaran beberapa siswa masih kesulitan dalam mengerjakan LKS individual, sehingga poin yang diperoleh masih rendah. Pada pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai terbiasa dalam proses pembelajaran, baik dalam diskusi teman sebangku maupun individu. Kegiatan pembelajaran berusaha memaksimalkan potensi kemampuan berpikir kreatif matematis baik melalui tanya jawab, diskusi teman sebangku maupun pengerjaan LKS. Berikut adalah hasil pengerjaan LKS 1 pada kelas eksperimen. Soal LKS 1 nomor 1 pada pertemuan pertama dengan indikator pembelajaran sebagai berikut: 1. Menghitung luas bangun datar persegi panjang 2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar persegi panjang Ada beberapa siswa yang menjawab seperti pada Gambar 4.8 Pada Gambar 4.8 terlihat bahwa hasil kerja yang ditulis oleh kebanyakan siswa masih belum memahami seluruh soal tersebut, dan kemampuan berpikir kreatif siswa masih belum terlihat, walaupun siswa sudah mampu mengeksplorasi ide-ide matematisnya, ditunjukkan dengan siswa mampu memahami data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Siswa tidak memperhatikan perintah dengan teliti, belum mampu mencari cara lain yang dalam menyelesaikan masalah. Tetapi perhitungan sudah cukup benar. Siswa sudah konsisten menuliskan satuan luas persegi pada setiap langkah-langkah perhitungan, dan kemudian menuliskan kembali satuan luas persegi pada akhir jawaban. Dari tahap explore mathematical ideas sampai tahap generalization siswa sudah mampu menuliskan dengan tepat, namun pada tahap formulate question dan tahap contruct example siswa masih sedikit kesulitan, terutama untuk memberikan contoh soal yang penyelesainnya sama seperti masalah sebelumnya. Ini merupakan permulaan yang baik. Gambar di atas adalah contoh gambaran kebun milik Pak Khasan. Luasnya mencapai 588 m 2 dengan panjang 28 m. Tentukan lebar kebun Pak Khasan dan berapa harga tanah kebun Pak Khasan jika akan dijual dengan harga Rp. 175.000,00 per meter? Gambar 4.8 Hasil Pekerjaan LKS 1 Pertemuan Pertama Gambar 4.8 Hasil Kerja LKS 1 Kelas Eksperimen dengan Strategi MHM Pada pertemuan selanjutnya, dengan strategi MHM atau pembiasaan berpikir matematis dengan kerja keras guru dan siswa, perlahan ada perubahan yang baik dan meningkat pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, mereka sudah mampu memahami langkah-langkah strategi MHM dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengerjaan siswa secara individu berdasarkan hasil LKS pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya, serta hasil pengerjaan siswa pada saat diskusi teman sebangku. Berikut hasil pekerjaan siswa pada LKS 6 pada pertemuan keenam di kelas ekperimen. Soal LKS 6 nomor 1 pada pertemuan keenam dengan indikator sebagai berikut: 1. Menghitung luas gabungan bangun datar persegi panjang dan segitiga 2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas gabungan bangun datar persegi panjang dan segitiga Dari seluruh siswa di kelas, jawaban terbanyak menjawab seperti pada Gambar 4.9 Pada Gambar 4.9 menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif pada aspek keluwesan dan rinci semakin membaik. Siswa sudah mampu menyelesaikan tahap demi tahap strategi MHM. Dilihat dari siswa mampu menguraikan data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah dengan membuat gambar yang menunjukkan batang stik es krim yang dibentuk menjadi bingkai foto, siswa juga menuliskan satuan yang ada pada soal tersebut di atas adalah batang karena benda yang digunakan dalam soal adalah stik es krim. Dengan demikian siswa berhasil menyelesaikan soal LKS di atas dengan tepat. Pada tahap generalization siswa sudah mampu mengaitkan dengan permasalahan baru. Serta pada tahap formulate question dan tahap contruct example sudah cukup mengaplikasikan dengan baik. Dengan demikian Fathia mempunyai 38 batang stick es. Ia akan membuat bingkai foto menggunakan stick es berbentuk persegi yang panjang sisinya masing-masing 5 batang stick es. Sedangkan sisanya akan diberikan kepada adiknya untuk dibuatkan bingkai foto berbentuk segitiga yang ketiga sisinya sama panjang. Hitunglah panjang sisi bingkai foto yang berbentuk segitiga Gambar 4.9 Hasil Kerja LKS 6 Kelas Eksperimen dengan Strategi MHM Pada kelas kontrol proses pembelajaran diterapkan metode pembelajaran konvensional berupa metode ekspositori, dimana proses pembelajarannya dengan ceramah, tanya jawab dan latihan. Proses pembelajarannya dimulai dengan guru menerangkan materi pelajaran yang akan dipelajari kemudian memberikan contoh soal. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran tidak banyak, mereka lebih banyak mendengarkan dan mencatat materi yang diberikan. Kemudian jika ada siswa yang kurang memahami materi, mereka dapat menanyakan pada guru perihal kesulitan yang dialami, setelah itu siswa diberi latihan soal. Siswa pada kelas kontrol kurang aktif dalam proses pembelajaran. Hal itu dapat diamati ketika guru bertanya mengenai materi soal hanya beberapa siswa saja yang aktif menjawab. Sebagian besar siswa diam, hanya menerima apa yang dijelaskan oleh guru. Dalam mengerjakan LKS pun jika soal yang diberikan berbeda dengan contoh yang diberikan sebelumya siswa mengalami kesusahan untuk menyelesaikan. Hal ini menyebabkan kemampuan berpikir kreatif siswa kurang berkembang dengan baik.

2. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Berdasarkan indikator dan data hasil posttest, terdapat perbedaan rata-rata hasil kemampuan berpikir kreatif matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi mathematic habits of mind MHM lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam penelitian ini juga terlihat dari hasil posttest yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini hasil analisis hasil jawaban tes kemampuan berpikir kreatif matematis berdasarkan indikatornya.

a. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Indikator

Aspek Keluwesan Flexibility Pada soal posttest yang diberikan, soal nomor 1, 5, 6 dan 9 mewakili kemampuan berpikir kreatif matematis dengan indikator aspek keluwesan flexibility. Dari hasil posttest yang diperoleh siswa, bahwa rata-rata kemampuan berpikir luwes pada kelas eksperimen sebesar 10,8 dari skor ideal 16 dengan persentase 67,5, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata kemampuan berpikir luwes sebesar 8,9 dari skor ideal 16 dengan persentase 55,6. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada indikator keluwesan flexibility, berikut akan disajikan soalmasalah beserta jawaban posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil jawaban siswa pada soal nomor 1 adalah sebagai berikut: Perbedaan hasil jawaban kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.11. Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 merupakan perwakilan hasil jawaban terbanyak yang ditulis oleh seluruh siswa pada masing-masing kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dari hasil jawaban kedua kelas pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa jawaban dari kedua kelas sudah benar, akan tetapi pada kelas eksperimen jawaban lebih baik dari kelas kontrol. Kelas eksperimen mampu memberikan jawaban lebih dari satu cara. Sementara jawaban pada kelas kontrol hanya mampu memberikan dengan satu cara. Siswa kelas eksperimen juga konsisten dalam menuliskan satuan luas pada setiap langkah hingga akhir jawaban. Hal ini menunjukkan kemampuan berpikir kreatif pada aspek keluwesan kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Sebuah tempat pusat perbelanjaan akan dibuat di atas permukaan tanah seperti gambar di bawah ini. Bagaimana menghitung luasnya dan adakah cara lain untuk menghitung luasnya Gambar 4.10 Hasil Kerja Posttest Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Indikator Flexibility Kelas Eksperimen Gambar 4.11 Hasil Kerja Posttest Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Indikator Flexibility Kelas Kontrol

b. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Indikator

Aspek Kerincian Elaboration Pada soal posttest yang diberikan, soal nomor 2, 3, 4, 7, 8, dan 10 mewakili kemampuan berpikir rinci elaboration. Dari hasil posttest diperoleh bahwa rata-rata kemampuan berpikir rinci pada kelas eksperimen sebesar 16,27 dari skor ideal 24 dengan persentase 67,8, sedangkan pada kelas kontrol rata- rata kemampuan berpikir rinci sebesar 13,5 dari skor ideal 24 dengan persentase 56,25. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada indikator kelancaran elaboration, berikut akan disajikan soalmasalah beserta jawaban posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil jawaban siswa pada soal nomor 7 yang mewakili aspek kelancaran elaboration adalah sebagai berikut: Perbedaan jawaban dari kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.12 dan Gambar 4.13 Gambar 4.12 dan Gambar 4.13 merupakan perwakilan hasil jawaban terbanyak yang ditulis oleh seluruh siswa pada masing-masing kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dari hasil jawaban pada Gambar 4.12 dan 4.13 di atas, dapat dilihat bahwa jawaban soal posttest siswa dari kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol sudah baik, akan tetapi jawaban yang diberikan oleh kelas eksperimen lebih rinci dengan langkah-langkah yang tepat dan sesuai. Sementara jawaban yang diberikan oleh kelas kontrol kurang sangat sederhana dan singkat. Pada kelas eksperimen siswamampu mengembangkan ide- ide matematisnya dengan baik, mengolah kosa kata dengan baik. Ada sekumpulan 30 batang korek api. Desi akan membentuk sebuah persegi yang panjang sisinya masing-masing 4 batang. Sedangkan sisanya akan digunakan Romi untuk membentuk persegi panjang yang salah satu panjangnya 3 batang korek api. Bagaimana langkah-langkah menghitung panjang sisi persegi panjang yang lain dan hitunglah luas persegi panjang tersebut

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Heuristik Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

1 30 205

Upaya Penerapan Strategi MHM (Mathematical Habits of Mind) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

0 2 257

Pengaruh Habits Of Mind Terhadap Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa

24 86 196

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS, KREATIF, DAN HABITS OF MIND MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH : Eksperimen terhadap Siswa Madrasah Aliyah.

7 24 86

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI MATHEMATICAL HABITS OF MIND (MHM)PADA MATERI SPLDV.

0 1 118

REFORMULASI STRATEGI HABITS OF MIND MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN MATHEMATICAL CRITICAL THINKING DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS BERKARAKTER

0 0 19

PENERAPAN STRATEGI MHM (MATHEMATICAL HABITS OF MIND) BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA - repo unpas

0 0 7

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MHM (MATHEMATICAL HABITS OF MIND) BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI DISPOSISI MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs N 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Raden Intan Repository

0 3 150

HUBUNGAN ANTARA MATHEMATICAL HABITS OF MIND (MHM) DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 BANYUMAS

1 3 15

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Mathematical Habits of Mind - HUBUNGAN ANTARA MATHEMATICAL HABITS OF MIND (MHM) DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 BANYUMAS - repository perpustakaan

5 17 12